Upacara Puja Genta Pinara Pitu Bertujuan Membumikan Perdamaian di Gelaran KTT G20
Upacara Puja Genta Pinara Pitu bertujuan untuk membumikan perdamaian di Bali, khususnya dalam penyelenggaraan semua rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) yang dipusatkan di Bali.
Demikian disampaikan Ida Shri Bhagawan Putra Natha Wangsa Pamayun, di Nusa Dua, Badung.
Saat memimpin doa bersama ini, tentunya para delegasi dan pemimpin negara akan membawa kepentingan masing-masing dan bisa saja kepentingan itu saling bertolak belakang, “Karena itu, doa bersama Puja Genta Pinara Pitu bertujuan memberikan vibrasi kedamaian para pemimpin dunia.” Kata Ida Sri Bhagawan.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa Puja Genta Pinara Pitu bermakna menyambungkan antara kekuatan alam bawah, alam manusia dan alam atas menjadi satu dan diterima oleh bumi ini sebagai energi kedamaian, “Energi kedamaian ini akan menyebar ke seluruh dunia. Dan semua manusia-manusia berpikir tentang damai. Sambung Ida Shri Bagawan.
G20 saat ini memang dunia yang memilih Bali sebagai pusat cosmic dewata, cosmic pusat kedamaian, pusat keragaman, kebhinekaan, dari sebuah toleransi, kesejahteraan dan kesejagatan. “Kita harapkan taksu cakra sidhi Bali biar kembali landra atau bangkit.” Lanjut Ida Shri Bhagawan
Ida Sri Bhagawan yakin tujuan dari Puja Genta Pinara Pitu akan berhasil, “Bahwa warga dunia bersama-sama menaruh pikirannya, menaruh jiwa-jiwanya yang sudah kita sterilkan di Bali menjadi jiwa-jiwa kedamaian. Ungkap Ida Shri Bhagawan.
Dalam Doa bersama yang baru saja digelar diikuti 1200 orang pemangku asal dari seluruh Bali, yang masing masing membawa genta dan membunyikan secara bersama-sama dan juga membawa dupa. Diselenggarakan di peninsula sebuah tempat terbuka di setelah petang hari.
Acara Puja Genta Pinara Pitu ini, diikuti para pemangku di masing masing Pura di berbagai penjuru, di 1.493 desa adat secara live streaming. Jadi diperkirakan ada 150.000 warga mengikuti doa bersama ini dan juga dihadiri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) RI, Luhut Binzar Panjaitan dan Gubernur Bali, Wayan Koster serta Forkopimda Provinsi Bali, Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, serta Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, Pimpinan Majelis Umat Islam, Kristen, Khatolik, Budha, dan Konghucu.