Sinergitas Kunci Cegah Penyebaran Paham Radikal dan Intoleran
Oleh : Diska Putro
Sinergitas antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait memiliki peran penting dalam upaya mencegah penyebaran paham radikal dan intoleran di masyarakat. Dalam menghadapi tantangan ini, kolaborasi yang kokoh antara berbagai pihak adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang aman dan inklusif bagi semua.
Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam menyediakan keamanan dan menjaga stabilitas negara.
Melalui kebijakan yang tepat dan penegakan hukum yang kuat, pemerintah dapat memberikan landasan yang kokoh untuk melawan paham radikal dan intoleran. Selain itu, peran pemerintah dalam memberikan pendidikan dan akses kepada masyarakat tentang nilai-nilai toleransi dan pluralisme sangat penting.
Aparat Kepolisian dari Polres Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung terus meningkatkan sinergitas dengan kalangan ulama di daerah, langkah itu dilakukan guna mencegah paham radikalisme dengan melakukan gotong royong dan bakti sosial bersama pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat.
Kasat Intelkam, Iptu Joniarto mengatakan pihaknya melaksanakan kegiatan cegah paham radikalisme guna meningkatkan sinergi dengan pemangku agama di daerah. Sinergitas diperlukan untuk menjalin kedekatan dan selalu hadir di tengah-tengah masyarakat dalam setiap kegiatan.
Melalui kegiatan tersebut pihaknya juga terus berupaya untuk mencegah pemahaman radikalisme kepada masyarakat. Di mana penyebaran paham radikal masih terus diwaspadai pemerintah Indonesia. Dalam setiap kegiatan keagamaan dan pencegahan paham radikalisme kami juga terus berkolaborasi. Baik antara pihak kepolisian dan pemangku agama.
Kegiatan sosialisasi cegah paham radikalisme sangat penting sebagai bentuk penegasan dan komitmen bersama untuk melawan serta menolak paham radikalisme dan intoleransi yang dapat melemahkan ideologi dan dasar negara.
Tanggung jawab ini tidak hanya ada pada pemerintah. Masyarakat juga memiliki peran krusial dalam mencegah penyebaran paham radikal dan intoleran. Dengan meningkatkan kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang bahaya radikalisme, serta mempromosikan dialog antaragama dan antarbudaya, masyarakat dapat menjadi garda terdepan dalam membangun keharmonisan sosial.
Dengan mengimplementasikan langkah cegah paham radikalisme secara komprehensif, diharapkan masyarakat dapat membangun pertahanan yang kuat terhadap penyebaran paham radikal dan intoleran, serta memperkuat fondasi perdamaian dan toleransi.
Selain pemerintah dan masyarakat, lembaga terkait seperti lembaga pendidikan, agama, dan media juga memiliki tanggung jawab dalam memerangi paham radikal dan intoleran. Lembaga pendidikan dapat memainkan peran yang signifikan dalam membentuk pemikiran dan sikap toleransi sejak dini. Sementara itu, lembaga agama dapat menggunakan pengaruh mereka untuk mempromosikan pesan perdamaian dan kerukunan antarumat beragama. Media, di sisi lain, memiliki peran penting dalam memastikan informasi yang disampaikan kepada masyarakat tidak memicu konflik dan intoleransi.
Paham radikalisme tumbuh subur dan menyusup melalui lingkungan sekolah, menancapkan, mendoktrin secara pelan dan perlahan tapi pasti. Pelajar menjadi sasaran empuk untuk bisa mendulang kekuatan dalam menebarkan virus ekstrem yang nilai simpatik dan peduli terhadap sesama dilunturkan, kelembutan dan kasih sayang berubah menjadi kekerasan, hingga tawuran. Toleran berubah menjadi intoleran melawan keberagaman yang terjadi di lingkungan masyarakat. Bhinneka Tunggal Ika yang sudah menjadi semboyan sengaja dibenturkan dengan berbagai alasan.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Komjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan pihaknya mengajak mahasiswa untuk meneladani semangat dan daya juang para pahlawan, sekaligus meningkatkan pendidikan kebangsaan dalam rangka membangun ketahanan nasional.
Terdapat empat alasan mengapa pendidikan kebangsaan itu penting kaitannya dengan pencegahan ideologi radikalisme dan terorisme. Pertama, radikalisme dan terorisme tidak sesuai dan mengancam keutuhan NKRI. Kedua, radikalisme dan terorisme merusak peradaban umat manusia dan merobek-robek humankind.
Saran utama radikalisme dan terorisme adalah perempuan, anak, dan remaja. Keempat, radikalisme dan terorisme memanipulasi kesucian simbol dan atribut agama untuk kepentingan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara atas nama agama.
Maka dari itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) RI Komjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan mahasiswa dan sivitas untuk membangun kesadaran bersama tentang segala bahaya laten ideologi kekerasan dan melapor kepada pihak berwenang, jika menemukan kajian yang mengajarkan kekerasan dan intoleran.
Hal pertama yang harus dilakukan adalah memperkuat pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan cinta NKRI. Paham radikalisme bertentangan dengan Pancasila, yang mengajarkan nilai – nilai kemanusiaan untuk menjadi warga negara yang baik. Tidak hanya sekedar teori saja melainkan juga dalam praktek, penerapan dalam kehidupannya.
Penting merancang program-program pencegahan yang holistik, yang mencakup pendekatan edukasi, pembangunan komunitas, pembinaan keterampilan sosial, dan peningkatan kesadaran masyarakat.
Dengan sinergitas yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait, kita dapat mengatasi ancaman yang ditimbulkan oleh paham radikal dan intoleran. Kolaborasi lintas sektor dan pemahaman bersama tentang pentingnya toleransi dan keragaman akan menciptakan fondasi yang kokoh untuk masyarakat yang inklusif dan damai.
)* Mahasiswa Bhayangkara