Presidensi G20 Perkuat Sektor Keuangan Global
Oleh : Abdullah
Indonesia mendapat kehormatan karena menjadi Presidensi G20 tahun 2022. Tema KTT G20 tahun ini adalah Recover Together, Recover Stronger, sehingga tiap anggota bekerja sama untuk mengatasi efek pandemi, terutama di bidang ekonomi. Keuangan global akan diperkuat karena ada Financial Intermediatary Fund yang menjadi penyelamat.
Pandemi memukul perekonomian hampir semua negara sehingga mengancam kesehatan finansial mereka. Bahkan di negara yang selama ini kuat, seperti Inggris, masih terancam resesi, karena efek jangka panjang dari pandemi.
Untuk mencegah resesi global dan memperkuat keuangan global maka KTT G20 yang tahun ini diselenggarakan di Indonesia, mengambil langkah penting dalam memperkuat sektor keuangan global.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia bekerja sama untuk menangani dan mencari solusi atas berbagai tantangan yang sedang terjadi, agar perekonomian pulih kembali. Untuk itu, selain mengupayakan penanganan dengan instrumen kebijakan fiskal, menteri keuangan dan gubernur bank sentral anggota G20 juga mengupayakan dari sisi moneter.
Sebab, pemulihan ekonomi tidak bisa dilakukan hanya dengan satu instrumen kebijakan. Mengingat tantangan ekonomi global saat ini terdiri dari berbagai masalah, mulai dari tekanan inflasi, hingga pengetatan kebijakan suku bunga.
Dalam artian, saat ini tantangan ekonomi global salah satunya adalah inflasi, saat harga-harga barang naik drastis. Inflasi terjadi akibat situasi politik di Eropa Timur, ketika Rusia menyerang Ukraina. Padahal di sana ada kilang minyak terbesar, sehingga produksi dan distribusinya tersendat-sendat, dan harga minyak dunia jadi naik drastis (100 dollar per barrel).
Ketika harga minyak dunia naik maka berpengaruh ke harga BBM di semua negara dan mengakibatkan harga barang-barang naik, dan terjadi inflasi. Meski inflasi di Indonesia masih dalam status ringan (karena hanya 4%) tetapi pemerintah berusaha agar tidak naik drastis. Caranya dengan menjadi Presidensi G20 sebaik mungkin.
Ukraina adalah negara anggota G20 sehingga otomatis diundang dalam KTT G20. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy belum memastikan akan datang ke Bali dan menghadiri KTT. Namun beliau menyambut baik Presiden Jokowi ketika beraudensi di Kyiv, Ukraina.
Sementara Presiden Jokowi juga berupaya mengundang Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam KTT G20, karena Rusia juga jadi anggota G20. Meski Putin belum mengiyakan secara gamblang, tetapi tidak ada respon negatif. Berarti Rusia dan Ukraina akan bertemu di KTT G20 dan Indonesia berusaha jadi penengah sehingga konflik mereka berakhir.
Saat konflik Rusia-Ukraina berakhir maka diharap permasalahan minyak dunia juga berakhir, karena kilang minyaknya aktif lagi. Dengan demikian maka sektor keuangan global juga kembali sehat. Memang hubungan antara ekonomi dan politik sangat kuat, dan Presiden Jokowi mengambil strategi agar perekonomian global bisa diselamatkan melalui KTT G20.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani, menyatakan bahwa dalam pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20, mencapai sebuah komitmen untuk mendukung Presidensi G20 yang bertema Recover Together Recover Stronger. Dalam pertemuan tersebut dibahas pemicu kegoncangan sektor keuangan global, mulai dari perang (di Eropa Timur) sampai kenaikan harga pangan dan energi.
Negara-negara G20 mencari solusi untuk keluar dari efek negatif pandemi dan scarring efect (kecemasan). Caranya dengan mendirikan FIF (Financial Intermediary Fund) . Dana perantara keuangan tersebut akan mengatasi kesehatan global dan tanggap pandemi. Biaya untuk pemulihan pasca pandemi akan teratasi secara jangka panjang.
Dengan bantuan dari FIF maka akan mengatasi berbagai masalah keuangan, terutama di negara-negara yang kurang mampu. Mereka tidak akan kolaps atau mengalami resesi karena pandemi yang berkepanjangan. Sedangkan dana FIF dari negara-negara donor. Pengaturan operasi FIF masih dalam tahap pembahasan dan Indonesia akan co-chair bersama Italia.
Sementara untuk mengatasi permasalahan ekonomi global, salah satunya dengan penguatan ekonomi hijau dan penguatan ketahanan pangan. Indonesia sebagai negara agraris bangga karena jadi Presidensi G20 dan mengajari tatakelola agraria yang baik dan modern. Salah satunya dengan program ‘Petani Milenial’ yang tak hanya bisa bertani tetapi wawasannya luas dan bisa memasarkan produknya dengan baik.
Masyarakat Indonesia bangga karena dipercaya jadi Presidensi G20 dan co-chair FIF. Berarti dalam pergaulan antar bangsa, Indonesia memiliki posisi yang dihormati, walau statusnya masih negara berkembang. Para pemimpin negara lain memandang Indonesia memiliki kekuatan untuk mengatasi efek pandemi, terutama di bidang ekonomi, dan memuji kinerja Presiden Jokowi selama hampir 2 periode menjadi pemimpin di negeri ini.
Presidensi G20 akan memperkuat sektor keuangan global sehingga memperkecil resiko inflasi dan resesi global. Indonesia menjadi pemimpin di KTT G20 dan memberikan teladan, dengan mendirikan FIF yang akan mengatasi berbagai permasalahan global (terutama di bidang ekonomi) yang terjadi karena efek pandemi. Krisis ekonomi global bisa dihindari karena ada kerja sama antar anggota G20.
)* Penulis adalah kontributor Persada institute