Kerja Sama Ekonomi Demi Tingkatkan Investasi dan Lapangan Kerja
Oleh : Syarif Hidayat
Kerja sama ekonomi, termasuk antara Indonesia-China diproyeksikan ke depannya agar mampu meningkatkan investasi dan juga bisa membuka lapangan pekerjaan dengan lebih besar lagi.
Selama ini China memang dikenal sebagai salah satu negara sahabat yang selalu menjalin kerja sama perekonomian dengan Indonesia. Terlebih, semenjak Indonesia menjadi Presidensi sekaligus tuan rumah penyelenggaraan forum Internasional, KTT G20, maka kesempatan untuk terus memperdalam kerja sama tersebut semakin terbuka dengan lebar.
Baru-baru ini, antara Indonesia dan China akan kembali menjalin kerja sama dengan perencanaan menggelar Konferensi Meja Bundar Kewirausahaan G20 atau G20 Enterpreneurship Roundtable Conference (ERC).
Pertemuan tersebut memang ditujukan untuk bisa lebih mendukung pengembangan kewirausahaan yang selama ini sudah terjalin dengan lebih berkelanjutan serta menjadi lebih inklusif.
Bukan tanpa alasan, pasalnya memang untuk bisa menghadapi segala macam tantangan perubahan dan gejolak perekonomian dunia sekarang ini, memang harus dibutuhkan saling kerja sama dan bau-membahu antar negara secara infklusif.
Karena tidak bisa dipungkiri, kebijakan dari salah satu negara pasti sedikit-banyak juga akan berdampak pada negara lain. Terlebih untuk menjawab segala macam tantangan, akan sangat sulit jika suatu negara hanya bergerak sendirian saja.
Selanjutnya, tujuan dari kerja sama dalam Konferensi Meja Bundar Kewirausahaan yang digelar antara Indonesia dan China tersebut juga akan berfokus untuk menciptakan lapangan kerja yang jauh lebih stabil. Pasalnya memang kedua negara tersebut selama ini sudah saling bertukar tenaga kerja, entah itu dari Indonesia yang diberangkatkan kesana sebagai seorang TKI, ataupun Negeri Tirai Bambu itu mengirim TKA mereka ke Tanah Air yang biasanya untuk beberapa jenis project. Tentu dengan adanya komitmen untuk membuat iklim ketenagakerjaan tersebut menjadi lebih stabil, maka akan menguntungkan kedua belah pihak.
Mengenai rencana tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi, menyinggungnya secara langsung tatkala menghadiri pertemuan bilateral dengan delegasi China di sela-sela pelaksanaan hari pertama Pertemuan Keenam Kelompok Kerja Bidang Ketenagakerjaan G20 (The 6th Employment Working Group/EWG Meeting) di Bali.
Lebih lanjut, Anwar Sanusi juga menambahkan bahwa Indonesia selaku Presidensi penyelenggaraan KTT G20 EWG akan langsung melakukan kolaborasi dengan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) untuk menyelenggarakan side event G20 ERC pada 20 Oktober 2022 secara hybrid di Indonesia dan Tiongkok.
Namun tidak hanya sekedar melibatkan China saja, melainkan agenda tersebut juga diproyeksi akan melibatkan semua negara anggota G20, termasuk di dalamnya beberapa organisasi internasional, para pelaku bisnis, akademisi hingga stakeholders terkait lainnya yang memang concern dalam bidang isu kewirausahaan dan perluasan kesempatan kerja.
Seluruh pihak yang berkepentingan memang harus diajak secara menyeluruh karena kebaikan demi percepatan peningkatan ekonomi tidak akan bisa jika hanya dilakukan oleh beberapa pihak saja tanpa adanya bantuan dari berbagai macam pemegang kepentingan secara sinergis.
Terlebih, mengenai isu kewirausahaan, yang mana Indonesia sendiri bisa dikatakan sejauh ini fundamental perekonomiannya selalu kuat karena ditopang oleh bagaimana kencangnya aktivitas perdagangan di level para UMKM yang ada di Tanah Air. Selain itu, mengenai perluasan kesempatan kerja, hal tersebut merupakan topik yang tak kalah pentingnya lantaran Indonesia memiliki banyak sekali masyarakat usia produktif atau tengah mengalami lonjakan demografis, yang mana juga secara tidak langsung membuat kesempatan kerja akan semakin sulit lantaran banyaknya orang yang harus bersaing. Dengan perluasan kesempatan kerja yang dilakukan, diharapkan generasi muda akan mampu memiliki kesempatan seluas-luasnya dalam berkarier.
Sejauh ini, Sekjen Kemenaker itu menambahkan pula bahwa antaran kedua belah pihak, yakni Enterpreneurship Roundtable Conference (ERC) dan Pemerintah RI masih terus melakukan perundingan bagaimana finalisasi agenda yang akan dilakukan, termasuk juga di dalamnya bagaimana skema penentuan panelis yang akan terlibat dan juga apa saja kontribusi apa saja yang akan dilakukan oleh para panelis di acara tersebut.
Anwar Sanusi menerangkan bahwa awal mula gagasan mengenai G20 ERC bisa muncul ke permukaan adalah lantaran banyaknya dukungan atas isu-isu prioritas yang diangkat oleh Indonesia sendiri selaku Presidensi G20 dalam forum EWG G20, khususnya isu Sustainable job creation towards changing world of work.
Isu yang diangkat oleh Presidensi G20 Indonesia tersebut memang merupakan hal yang penting dan tidak bisa diremehkan begitu saja, karena berkaitan dengan keberlanjutan tenaga kerja dalam beradaptasi di dunia yang seperti sekarang ini, yang mana akan sangat banyak tantangan-tantangan baru menanti.
Para delegasi yang menghadiri acara tersebut berharap supaya mereka mampu untuk lebih memperdalam dan menjelajahi apa saja metodologi dan praktik-praktik terbaik yang sangatlah efektif untuk bisa mempromosikan kewirausahaan demi terciptanya perluasan lapangan kerja, yang mana nantinya juga akan diadaptasi oleh negara-negara anggota G20 lainnya.
Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan itu juga berharap supaya ke depannya dengan banyaknya acara seperti itu akan mampu semakin memperkuat dan memperluas kebersamaan dan juga komitmen antar negara dalam pengembangan kewirausahaan negaranya masing-masing.
Maka dari itu untuk bisa membuka dan mengembangkan aspek kewirausahaan dengan jauh lebih baik, serta memperluas pembukaan lapangan pekerjaan, Indonesia langsung melihat momen emas dalam serangkaian acara G20 untuk membuat perundingan dan kerja sama dengan negara lain, khususnya China.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute