Investasi Pariwisata di Indonesia Memiliki Prospek Cerah
Oleh : Dede Sulaiman
Banyaknya objek wisata unggulan di Indonesia tentu saja harus bisa dimanfaatkan dengan baik, bahkan bukan tidak mungkin di sektor pariwisata ini akan mendatangkan investor yang dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia.
Bahlil Lahadalia selaku Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meyakinkan para investor bahwa investasi di sektor pariwisata di Indonesia memiliki prospek yang baik karena masih banyak potensi wisata yang belum dikembangkan.
Dirinya tidak segan untuk meyakinkan kepada rekan-rekannya bahwa Indonesia memiliki banyak wisata yang bisa dituju selain Destinasi Pariwisata Super Prioritas.
Bahlil mengatakan, sektor pariwisata memiliki kontribusi yang tinggi terhadap penciptaan lapangan kerja di dalam negeri. Selain itu, sektor pariwisata juga mendorong pengembangan UMKM dan ekonomi daerah.
Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk mendorong percepatan pembangunan infrastruktur di destinasi pariwisata melalui investasi.
Pihaknya berkomitmen untuk melakukan percepatan-percepatan, langkah-langkah komprehensif dan terukur di hampir semua kementerian untuk menjadikan ini menjadi salah satu tujuan wisata ke depan, karena tidak hanya Bali tetapi juga banyak daerah-daerah yang harus terus dipromosikan. Selain memiliki potensi pariwisata, pemerintah Indonesia juga terus berupaya dalam melakukan pembenahan dari berbagai sisi untuk mendukung sektor tersebut.
Bahlil juga menyebut bahwa struktur ekonomi Indonesia yang kuat pasca pandemi Covid-19 saat ini telah menciptakan stabilitas politik dan keamanan. Karena pariwisata yang maju, tentu tidak akan lepas dari keamanan serta kenyamanan bagi para pengunjung.
Senada dengan hal tersebut, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan mengungkapkan, daya tarik utama Indonesia bagi para investor di sektor mana pun adalah besarnya pasar domestik di Tanah Air.
Nurul menjelaskan saat Covid-19 melanda pada 2020, kunjungan wisatawan mancanegara sempat anjlok. Namun, di Indonesia, pergerakan wisatawan domestik masih menggeliat.
Sementara itu, Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, mendorong masuknya investasi baik dalam maupun luar negeri untuk dapat mengoptimalkan pengembangan lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP). Kelima DPSP tersebut yakni Danau Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang.
Luhut menuturkan, realisasi investasi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) pada 2020 hingga triwulan I-2022 mencapai 5,31 triliun rupiah. Kendami mencapai realisasi investasi tercatat baik, Luhut menekankan perlu ada perhatian khusus lantaran lama tinggal (lenght of stay) wisatawan yang masih rendah di Borobudur dan Danau Toba.
Jika dilihat dari rata-rata length of stay wisatawan di DPSP Mandalika, Labuan Bajo dan Likupang saat ini cukup baik yaitu sekitar 3-5 hari. Sementara untuk Borobudur dan Danau Toba hanya sekitar 1-2 hari.
Di sisi lain, saat ini rata-rata wisatawan asing menghabiskan sekitar 500-1000 dollar AS per kunjungan ke Mandalika, Labuan Bajo, Borobudur dan Likupang.
Oleh karena itu, Luhut meminta kepada Kepala BKPM untuk dapat terus menjaga kepercayaan para investor, mengawal kemudahan berinvestasi dengan tetap memperhatikan lingkungan dan kearifan lokal, serta melakukan percepatan proses perizinan dan pemberian insentif investasi.
Investasi di sektor pariwisata diklaim akan menyerap banyak lapangan kerja. Dengan demikian, perlu ada strategi yang dijalankan oleh pemerintah untuk dapat mendorong investasi di sektor pariwisata ini.
Di sisi lain, strategi pemerintah juga harus menjawab pertanyaan, seperti bagaimana menarik investasi untuk dapat menciptakan nilai tambah. Hal tersebut sejalan dengan visi Presiden Jokowi tentang transformasi ekonomi yang berkaitan dengan hilirisasi dan industrialisasi.
Pada kesempatan berbeda, GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) merekomendasikan destinasi wisata super prioritas untuk dipromosikan kepada para investor. Rekomendasi tersebut disampaikan terkait dengan adanya upaya pemerintah dalam menggiring investor ke sektor pariwisata.
Menurut Didien Djunaedi selaku Ketua Umum GIPI, pemerintah perlu mempromosikan sektor-sektor pariwisata di destinasi-destinasi tersebut kepada investor sejak jauh-jauh hari. Dengan demikian, masuknya penanaman modal asing pada masa pemulihan pandemi bisa lebih maksimal.
Perlunya destinasi wisata super prioritas untuk dijadikan sebagai skala prioritas pemerintah terkait dengan investasi di sektor pariwisata tidak terlepas dari masih cukup terbukanya peluang untuk daerah pariwisata seperti provinsi Bali yang dinilai masih cukup menarik bagi para investor.
Secara sektoral, perhotelan level menengah ke bawah dinilai sebagai segmen yang mampu menarik minat para investor. Sebab, hotel-hotel di segmen tersebut memiliki pasar yang relatif lebih memungkinkan untuk digiring pada saat turis asing belum diizinkan berwisata ke dalam negeri, yakni wisatawan domestik.
Selain itu, investor juga menaruh minat pada sektor wisata alam untuk berinvestasi. Investor juga menganggap bahwa sektor tersebut bisa menjadi lahan bisnis yang cukup menjanjikan.
Indonesia memiliki kekayaan alam dan pariwisata yang tidak perlu diragukan, bahkan di sektor ini juga masih bisa dikembangkan sehingga diharapkan mampu menjadi motor ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar destinasi wisata tersebut.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Bangsa Institute