Wujudkan Kedamaian Natal Bebas dari Ancaman KST Papua
Oleh : Helena Tebai
Seiring berjalannya waktu menuju perayaan Natal dan Tahun Baru, situasi di Papua semakin menantang, khususnya dalam hal menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Ancaman dari Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua menjadi sebuah tantangan nyata, yang menuntut persiapan dan respons yang matang dari aparat keamanan, terutama Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Persiapan aparat keamanan menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru di Papua menjadi hal yang sangat penting, mengingat sensitivitas waktu tersebut dan potensi gangguan keamanan yang dapat muncul. Salah satu langkah awal yang diambil oleh TNI/Polri adalah peningkatan kehadiran personel di wilayah yang dianggap rawan, termasuk lokasi-lokasi ibadah, pusat keramaian, dan fasilitas umum lainnya.
Kehadiran yang intensif ini diharapkan dapat memberikan rasa aman kepada masyarakat Papua yang akan merayakan Natal dan menyambut Tahun Baru.
Kapolda Papua Barat, Irjen Pol Daniel Tahi Monang Silitonga mengajak semua pihak menjaga keamanan dan ketertiban di Papua Barat menjelang Hari Natal dan Tahun Baru 2024.
Pihaknya mengungkapkan rasa aman harus diciptakan dari Kota sampai pelosok. Saat ini kondisi di Bumi Cenderawasih dalam keadaan baik, aman, dan tertib. Hal tersebut harus bisa dijaga memasuki minggu-minggu advent. Sebab, kedamaian Papua adalah tanggung jawab bersama dan rasa damai harus dirasakan semua warga.
Senada dengan Kapolda Papua Barat, Kapolres Kepulauan Yapen, AKBP Herzoni Saragih menyebut sinergitas TNI/Polri diperlukan untuk bersama-sama menjaga situasi keamanan di Papua menyambut Natal 2023 dan Tahun Baru 2024. Pihaknya berharap, baik TNI, Polri, dan stakeholder terkait, seperti Dinas Perhubungan, Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP), Basarnas serta Damkar agar dapat bersinergi dalam rangka mengamankan beberapa kalender Kamtibmas pada Desember ini.
Ada beberapa hal penekanan kepada seluruh personil gabungan, yaitu mengutamakan tindakan simpatik, persuasif, selalu mengedepankan sikap humanis, dan profesional, namun tetap memperhatikan keselamatan diri anggota serta memastikan tidak ada anggota yang bertindak arogan di lapangan yang dapat menyakiti hati masyarakat sehingga diharapkan masyarakat yang berseberangan dapat kembali ke pangkuan NKRI.
Selain peningkatan kehadiran fisik, aparat keamanan juga melakukan peningkatan kapasitas intelijen mereka. Dalam menghadapi ancaman KST Papua, informasi yang akurat dan cepat menjadi kunci dalam mencegah potensi serangan. Dengan meningkatkan kemampuan intelijen, TNI/Polri dapat lebih efektif dalam merespons dan mencegah insiden yang mungkin terjadi di sekitar perayaan Natal dan Tahun Baru.
Kerja sama erat antara TNI dan Polri juga menjadi aspek krusial dalam persiapan ini. Operasi gabungan dan pertukaran informasi yang baik antarlembaga keamanan akan memastikan sinergi yang diperlukan untuk menangani ancaman dengan efektif. Koordinasi yang baik antara dua institusi ini akan meminimalkan celah dan memastikan respons yang cepat dan terkoordinasi.
Tidak kalah penting adalah pendekatan humanis dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Peningkatan komunikasi dengan masyarakat lokal, melibatkan tokoh-tokoh agama dan adat, akan membantu menciptakan pemahaman bersama dan mendukung langkah-langkah aparat keamanan. Keterlibatan aktif masyarakat Papua dalam menjaga keamanan daerahnya sendiri merupakan aspek penting dari strategi keseluruhan.
Tokoh agama, sebagai pemimpin spiritual masyarakat, memainkan peran penting dalam menyelaraskan pemahaman antar umat beragama. Papua dikenal dengan keberagaman agamanya, dan tokoh agama dapat menjadi jembatan untuk memahami perbedaan serta membangun toleransi di antara umat beragama. Melalui pesan-pesan toleransi, perdamaian, dan saling pengertian, tokoh agama dapat membentuk basis yang kuat untuk menghindari potensi konflik selama perayaan Natal dan Tahun Baru.
Ketua Persekutuan Gereja-gereja Papua (PGGP) Provinsi Papua Barat, Pendeta Shirley Parinussa mengatakan Papua adalah tanah yang kaya, sehingga seluruh elemen masyarakat harus selalu menyuarakan dan menjaga kedamaian.
Sementara itu, Ketua Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) Wilayah II Pegunungan Tengah Papua Pendeta Hans Wakerkwa mewakili tokoh agama mengatakan semangat Gerbang Natal menjadi poin penting bagi semua pihak untuk bertanggung jawab menjaga kedamaian, supaya memasuki perayaan Natal 2023 dan Tahun Baru 2024 bisa dalam keadaan damai sejahtera.
Dalam melaksanakan tugasnya, aparat keamanan harus tetap memegang teguh prinsip hak asasi manusia. Upaya pencegahan dan penanggulangan konflik haruslah bersifat proporsional dan menghindari tindakan yang dapat merugikan masyarakat sipil. Sedangkan tokoh agama dapat memainkan peran vital dalam memberdayakan masyarakat untuk turut serta dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Dengan menyebarkan nilai-nilai agama yang mengajarkan kedamaian, kesederhanaan, dan kerja sama, tokoh agama dapat mendorong masyarakat untuk bersama-sama menjaga suasana kondusif selama perayaan.
Dengan persiapan yang matang dan pendekatan yang holistik, diharapkan Natal dan Tahun Baru di Papua dapat berlangsung dengan damai dan khidmat. Peran aktif TNI/Polri dalam menjaga keamanan dan ketertiban di Papua tidak hanya mencerminkan profesionalisme, tetapi juga komitmen untuk mewujudkan Papua yang aman, damai, dan sejahtera bagi seluruh masyarakatnya.
*) Penulis merupakan mahasiswi Universitas Cenderawasi