Tokoh Papua Imbau Warga Menolak Provokasi dan Menjaga Kedamaian

Tokoh Papua Imbau Warga Menolak Provokasi dan Menjaga Kedamaian

 

Oleh: Lusi Wenda

 

Imbauan untuk menjaga keamanan dan kedamaian di Papua semakin menguat. Tokoh-tokoh adat dan agama menekankan bahwa stabilitas wilayah bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah dan aparat keamanan, melainkan juga kewajiban moral setiap warga. Seruan ini hadir di tengah dinamika situasi nasional yang kerap memunculkan aksi demonstrasi di sejumlah kota besar, yang dikhawatirkan bisa berdampak hingga ke wilayah Papua.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ketua Dewan Adat Distrik Skanto, Didimo Sorare, menilai masyarakat Keerom sebaiknya tidak terpengaruh oleh aksi-aksi di luar Papua. Menurutnya, gelombang demonstrasi yang terjadi di kota-kota besar tidak membawa manfaat bagi masyarakat di tingkat kampung. Ia mengingatkan bahwa energi lebih baik diarahkan pada kerja sama menjaga keamanan lingkungan dan mendukung pembangunan infrastruktur dasar, seperti perbaikan jalan yang masih menjadi kebutuhan utama di banyak wilayah. Dengan demikian, kehidupan masyarakat bisa berjalan tenang dan pembangunan tetap berlanjut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Suara senada datang dari Kepala Suku Emkate, Oktavianus Stafur. Ia menganggap bahwa aksi demonstrasi justru menimbulkan kegaduhan tanpa tujuan yang jelas. Jika ada persoalan, menurutnya, cara yang lebih tepat adalah menyampaikannya melalui dialog yang baik, bukan dengan tindakan anarkis. Ia menekankan pentingnya ketenangan di desa-desa, sebab kehidupan masyarakat masih jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Baginya, ajakan untuk ikut demonstrasi sama sekali tidak membawa arti, bahkan bisa menimbulkan kekacauan yang merugikan banyak pihak.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pesan damai dari tokoh-tokoh adat ini memperlihatkan kesadaran bahwa situasi aman merupakan fondasi pembangunan. Tanpa kedamaian, program-program pemerintah yang sedang dijalankan akan terhambat. Pembangunan jalan, sekolah, layanan kesehatan, hingga pengembangan ekonomi lokal hanya bisa berhasil bila masyarakat konsisten menjaga ketertiban. Hal ini menunjukkan bahwa menjaga keamanan tidak hanya soal menghindari kerusuhan, tetapi juga bagian dari upaya mempercepat kemajuan Papua.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sementara itu, Tokoh Adat Asotimur menambahkan pentingnya masyarakat perbatasan agar tidak mudah terprovokasi isu-isu nasional. Ia mengajak warga untuk fokus mendukung program pembangunan dari pusat hingga kampung. Menurutnya, pemekaran provinsi, pembangunan distrik, maupun penguatan desa hanya bisa sukses bila masyarakat menahan diri dari ajakan-ajakan yang tidak jelas arahnya. Seruan ini menjadi penegasan bahwa stabilitas di perbatasan adalah kunci untuk menjaga Papua tetap kondusif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengingat serupa juga datang dari tokoh agama, Pendeta Telius Wonda, yang menyoroti pengalaman pahit di Puncak Jaya. Ia mengingatkan banyaknya korban jiwa maupun kerugian harta benda akibat kerusuhan sebelumnya. Pengalaman itu menjadi pelajaran berharga agar masyarakat lebih memilih menahan diri, menjaga keluarga, dan memelihara nama baik daerah. Menurutnya, ketenangan di Puncak Jaya adalah modal penting untuk membangun kehidupan yang lebih baik ke depan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Masyarakat Papua pada dasarnya memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang menekankan pada kebersamaan, persaudaraan, dan perdamaian. Nilai ini yang dihidupkan kembali oleh para tokoh ketika potensi provokasi mulai bermunculan. Dengan menjaga kedamaian, masyarakat tidak hanya melindungi diri dari potensi konflik, tetapi juga turut membuka jalan bagi hadirnya investasi, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan layanan publik. Keamanan menjadi fondasi penting agar program pemerintah benar-benar menyentuh kehidupan sehari-hari masyarakat Papua.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selain itu, pesan dari para tokoh ini juga memiliki dimensi politik kebangsaan. Dengan mengajak masyarakat menjaga stabilitas, saat itu juga sebenarnya sedang memperkuat komitmen untuk tetap bersama dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bagi para tokoh Papua, demonstrasi yang bernuansa provokatif tidak memberi ruang bagi dialog sehat, justru memperlemah kepercayaan masyarakat terhadap pembangunan. Oleh karena itu, upaya mengedepankan musyawarah dan kerja sama menjadi solusi yang diutamakan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pemerintah sendiri terus mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjaga keamanan. Peran tokoh adat, tokoh agama, dan pemimpin masyarakat dianggap strategis karena memiliki kedekatan emosional dengan warga. Dukungan para tokoh sangat penting untuk meneguhkan pesan damai dan memastikan program-program pembangunan berjalan sesuai rencana. Dengan adanya keselarasan antara pemerintah dan tokoh masyarakat, situasi Papua dapat tetap terjaga dari potensi gangguan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ke depan, menjaga Papua tetap aman dan damai membutuhkan kesadaran kolektif. Setiap individu memiliki tanggung jawab moral untuk tidak terprovokasi isu yang menyesatkan. Ajakan dari tokoh-tokoh adat dan agama menunjukkan bahwa komitmen terhadap perdamaian lahir dari kesadaran lokal yang kuat. Jika masyarakat dapat konsisten dengan sikap ini, maka agenda besar pemerintah untuk mewujudkan Papua yang sejahtera, maju, dan setara dengan daerah lain di Indonesia akan lebih mudah tercapai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Seruan yang bergema dari Keerom hingga Puncak Jaya memperlihatkan bahwa masyarakat Papua memiliki tekad menjaga keamanan. Pesan para tokoh sederhana namun tegas, yaitu jangan ikut-ikutan dengan aksi yang tidak bermanfaat, tetaplah tenang, dan dukung program pemerintah. Inilah yang menjadi landasan agar Papua tidak hanya dikenal sebagai wilayah yang kaya budaya dan alam, tetapi juga sebagai tanah yang damai dan penuh harapan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

*) Pengamat Sosial Papua