Sumpah Pemuda Momentum Menolak Demonstrasi Anarkis dan Adu Domba Digital
Sumpah Pemuda Momentum Menolak Demonstrasi Anarkis dan Adu Domba Digital
Oleh: Aulia Sofyan Harahap
Peringatan Hari Sumpah Pemuda 2025 berlangsung aman, tertib, dan penuh semangat kebersamaan. Di berbagai daerah, sinergi antara TNI dan Polri bersama masyarakat menjadi kunci terjaganya kondisi kondusif di tengah dinamika sosial, tantangan global, dan derasnya arus informasi digital. Momentum nasional ini menjadi simbol kokohnya persatuan bangsa sekaligus pengingat bahwa kedewasaan demokrasi tidak hanya diukur dari kebebasan berpendapat, tetapi juga dari kemampuan kolektif menjaga harmoni dan mencegah provokasi.
Tema nasional “Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu” bukan sekadar slogan seremonial, melainkan refleksi nyata dari tekad generasi muda untuk menjaga keutuhan Indonesia di tengah perbedaan yang semakin kompleks. Di tengah perkembangan teknologi yang membuat informasi beredar cepat, semangat Sumpah Pemuda kini menuntut kecerdasan baru: menjaga persatuan di dunia nyata sekaligus kewaspadaan di dunia maya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menilai bahwa kondisi kondusif dalam peringatan tahun ini menunjukkan semakin kuatnya kesadaran pemuda terhadap pentingnya kolaborasi dan solidaritas nasional. Ia mengingatkan, semangat pemuda 1928 yang mampu menyatukan bangsa tanpa teknologi modern kini diteruskan dalam bentuk kolaborasi digital dan sosial yang lebih luas. “Tantangan sekarang bukan penjajahan fisik, tetapi disintegrasi yang bisa muncul dari hoaks dan perpecahan digital. Di sinilah semangat Sumpah Pemuda diuji,” ujarnya.
Pratikno juga menekankan bahwa tantangan global seperti perubahan iklim, ketegangan geopolitik, krisis pangan, hingga disrupsi teknologi menuntut bangsa ini memperkokoh persatuan. Dalam pandangannya, hanya dengan kesatuan yang kokoh bangsa Indonesia dapat menghadapi perubahan besar dunia. Pemuda, katanya, bukan sekadar penerus, melainkan penggerak utama pembangunan nasional yang tangguh dan berdaya saing.
Sejalan dengan itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam keterangan resminya (menyampaikan apresiasi atas semangat masyarakat dan generasi muda dalam menjaga keamanan selama peringatan Sumpah Pemuda. Ia menegaskan bahwa stabilitas nasional yang tercipta merupakan hasil kerja bersama antara aparat keamanan dan masyarakat sipil. “Kondusifitas tidak mungkin tercapai tanpa partisipasi publik. TNI, Polri, dan masyarakat adalah tiga pilar utama penjaga persatuan bangsa,” ujarnya. Kapolri juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap berita palsu dan provokasi daring yang kerap muncul menjelang momentum nasional.
Hal senada disampaikan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto yang menegaskan komitmen TNI untuk terus bersinergi dengan Polri dalam menjaga stabilitas keamanan, khususnya saat peringatan hari-hari besar nasional. “Kami bersama Polri menjaga agar peringatan Sumpah Pemuda berjalan aman dan penuh semangat persaudaraan. Ini bukti bahwa keamanan nasional adalah hasil gotong royong seluruh elemen bangsa, bukan hanya tugas aparat,” katanya dalam pernyataan di Jakarta, 24 Oktober 2025. Ia juga menyerukan agar generasi muda menjadikan media sosial sebagai ruang inspirasi, bukan provokasi.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menilai perayaan yang berlangsung damai tersebut merefleksikan keberhasilan bangsa dalam menjaga nilai-nilai luhur Sumpah Pemuda. Ia menekankan bahwa cinta tanah air, semangat gotong royong, dan komitmen terhadap persatuan harus terus ditanamkan di kalangan muda, terutama karena 56,45 persen pemilih pada Pemilu 2024 berasal dari generasi milenial dan Z. “Mereka bukan hanya mayoritas demografis, tapi juga penentu masa depan demokrasi Indonesia,” ujarnya.
Perayaan Sumpah Pemuda di berbagai daerah berlangsung tertib dan penuh semangat. Upacara, pawai budaya, dan kegiatan reflektif berjalan tanpa gangguan berarti. Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) turut mendorong pemuda menjadi pelopor harmoni sosial di dunia nyata dan digital. Kampanye literasi digital yang mereka jalankan terbukti efektif menjaga ruang publik dari provokasi dan ujaran kebencian.
Kondusifitas nasional juga menjadi cerminan kemampuan masyarakat beradaptasi dengan perubahan zaman. Dr. H. Darsono, M.Si, Ketua Program Studi Magister Ilmu Politik Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, memandang bahwa Sumpah Pemuda di era digital harus dimaknai sebagai gerakan literasi kebangsaan. “Ruang digital kini menjadi medan baru bagi perjuangan moral dan intelektual. Pemuda harus bisa memilah informasi, menolak hoaks, dan menyebarkan optimisme kebangsaan,” ujarnya. Ia menambahkan, generasi muda kini menunjukkan “nasionalisme kritis” — sikap cinta tanah air yang berpadu dengan kemampuan berpikir terbuka, analitis, dan rasional.
Kehadiran sinergi antara TNI, Polri, dan masyarakat juga menjadi simbol penting bahwa keamanan bukan sekadar tanggung jawab aparat, melainkan hasil partisipasi publik. Kesadaran ini terlihat dari berbagai inisiatif warga yang turut mengamankan jalannya peringatan, mulai dari posko bersama di tingkat desa hingga patroli siber yang digerakkan oleh komunitas digital.
Dalam pandangan banyak pengamat, kondisi aman dan damai selama perayaan Sumpah Pemuda 2025 menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia telah mencapai kematangan dalam berdemokrasi dan bersosialisasi. Ketika masyarakat, aparat, dan pemuda bersatu, maka potensi disintegrasi akibat hoaks dan provokasi dapat ditekan secara signifikan.
Semangat 1928 kini hidup dalam bentuk baru—semangat kolaborasi dan kewaspadaan digital. Sumpah Pemuda tidak lagi hanya diikrarkan, tetapi dijalankan dalam tindakan nyata: menjaga persatuan, menolak hoaks, serta memperkokoh sinergi antarwarga demi keutuhan bangsa. Dalam harmoni yang terjaga itu, Indonesia menegaskan diri sebagai bangsa besar yang dewasa, tangguh, dan mampu menghadapi tantangan zaman dengan persatuan yang kokoh. (*)
Pengamat Kebijakan Publik