Program MBG Ciptakan Ratusan Ribu Lapangan Kerja, Ekonomi Lokal Terdongkrak
Program MBG Ciptakan Ratusan Ribu Lapangan Kerja, Ekonomi Lokal Terdongkrak
Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terus menunjukkan dampak nyata bagi masyarakat, tidak hanya dalam peningkatan kualitas gizi, tetapi juga dalam penciptaan lapangan kerja dan penguatan ekonomi lokal.
Kementerian Keuangan mencatat realisasi anggaran Program MBG telah mencapai Rp 52,9 triliun per 15 Desember 2025. Nilai tersebut setara dengan 74,6% dari total pagu anggaran MBG dalam APBN 2025 sebesar Rp 71 triliun.
Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara mengatakan capaian tersebut menunjukkan progres signifikan pelaksanaan program prioritas pemerintah di bidang pemenuhan gizi nasional.
“Makan Bergizi Gratis sampai dengan 15 Desember sudah Rp 52,9 triliun atau 74,6% dari anggaran di APBN yang sebesar Rp 71 triliun,” ujar Suahasil.
Kemudian dari sisi penerima manfaat, program MBG telah menjangkau sekitar 50,7 juta orang dari total target 82,9 juta penerima. Kelompok sasaran mencakup anak-anak, peserta didik, hingga ibu hamil di berbagai wilayah Indonesia.
Berdasarkan data terbaru, pelaksanaan MBG saat ini didukung oleh 17.555 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar secara nasional. Keberadaan unit tersebut turut menyerap tenaga kerja sebanyak 741.985 orang.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana mengatakan program MBG kini didukung oleh sekitar 16.503 SPPG yang beroperasi setiap hari.
“Ini otomatis sudah ada 700 ribu lebih relawan yang terlibat langsung di SPPG. Jadi, kemungkinan besar ini sudah 1,5 juta orang terlibat dalam MBG sampai hari ini,” ujar Dadan.
Ia menambahkan besarnya serapan tenaga kerja tersebut tidak terlepas dari keterlibatan pemasok bahan baku di tingkat lokal. Setiap SPPG membutuhkan sedikitnya 15 pemasok, yang masing-masing mempekerjakan 2 hingga 15 orang.
“Dengan rantai pasok yang melibatkan petani, peternak, produsen bahan makanan, hingga penyedia logistik, program MBG menciptakan perputaran ekonomi yang masif di daerah,” imbuhnya.
Dadan menekankan bahwa peningkatan ekonomi lokal tersebut menjadi salah satu dampak paling nyata dari pelaksanaan MBG. Manfaat ekonomi ini akan terus tumbuh seiring perluasan cakupan SPPG di berbagai kabupaten dan kota.
“Dengan ekosistem yang semakin besar, MBG tidak hanya berdampak pada perbaikan gizi, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi baru di tingkat daerah,” katanya.
Dengan pendekatan kolaboratif antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat, MBG diharapkan menjadi motor penggerak kesejahteraan sekaligus fondasi pembangunan manusia Indonesia yang berkelanjutan.*
