Progam MBG Dinikmati 44 Juta Orang dan Mendistribusikan 2 Miliar Porsi Makanan
Progam MBG Dinikmati 44 Juta Orang dan Mendistribusikan 2 Miliar Porsi Makanan
Oleh: Citra Kurnia Khudori
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kini tercatat telah dinikmati oleh lebih dari 44 juta masyarakat di berbagai daerah, menunjukkan skala implementasi yang semakin luas. Capaian ini menjadi bukti bahwa intervensi pemerintah dalam pemenuhan gizi mampu menjangkau kelompok rentan secara lebih merata.
Distribusi lebih dari 2 miliar porsi makanan sehat menandai langkah besar dalam memastikan kecukupan nutrisi terutama bagi anak-anak usia sekolah. Kebijakan ini sekaligus memperlihatkan komitmen pemerintah dalam menekan ketimpangan akses pangan.
Capaian tersebut disampaikan sendiri oleh Presiden RI Prabowo Subianto. Ia mengatakan, MBG sebagai salah satu program prioritas telah dinikmati oleh 44 juta penerima dan memproduksi lebih dari 2 miliar porsi makanan. Kelompok yang berhak menerima MBG antara lain ibu hamil, balita, dan siswa sekolah di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo menambahkan bahwa dengan jumlah penerima manfaat itu, setidaknya 2 miliar porsi makanan diproduksi dan disajikan oleh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Jumlah itu jauh lebih besar dari total realisasi yang semula diproyeksikan sebesar 1,8 miliar porsi.
Dengan capaian itu, Presiden Prabowo merasa bangga program unggulannya bisa melampaui target. Presiden Prabowo menceritakan dirinya sangat dibantu oleh tokoh-tokoh kunci dalam perekonomian Indonesia, termasuk juga Badan Gizi Nasional (BGN) yang telah mengawal program tersebyt. Menurutnya, hal itu bisa terjadi karena sinergi dan kerja sama yang baik.
Di tengah berbagai tantangan sosial ekonomi, MBG hadir sebagai program yang menawarkan jawaban nyata atas persoalan gizi dan ketahanan keluarga. Keberhasilan distribusi masif ini memperlihatkan bahwa kolaborasi lintas sektor dapat menghasilkan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat.
Meski demikian, Presiden Prabowo telah menekankan kepada jajarannya agar tidak boleh ada sedikit pun penyimpangan dalam setiap program yang menjadi prioritas pemerintah. Saat ini, tegas Prabowo, persiapan dilakukan lebih ketat dan pemantauan lebih keras karena uang yang digunakan adalah uang rakyat sehingga ia tak menoleransi terjadinya penyimpangan.
Walaupun sudah mencapai 44 juta orang penerima manfaat, Presiden Prabowo masih belum puas. Sebab sasaran pemerintah sebanyak 82,9 juta. Untuk itu, masih ada sekitar 40 juta lagi Masyarakat yang belum menerimal MBG.
Ia yakin program MBG sudah banyak memberi manfaat bagi masyarakat. MBG bukan sekadar prpgram makan, tetapi investasi jangka panjang bagi generasi muda.
Guru Besar Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof. Sandra Fikawati, pun sepakat bahwa program yang dijalankan sejak 6 Januari 2025 itu bukan hanya menutup kesenjangan akses pangan bagi anak-anak, tetapi juga membangun fondasi jangka panjang bagi kualitas SDM Indonesia.
Prof. Fika menilai, ketertinggalan saya saing Indonesia selama ini tak lepas dari minimnya perhatian terhadap asupan gizi anak di masa pertumbuhan. Dulu pertumbuhan anak-anak tidak dipikirkan sehingga SDM-nya kurang kompetitif. Sebelumnya, pemerintah belum memprioritaskan pentingnya makanan bergizi untuk perkembangan fisik dan otak.
Dengan program MBG, ia yakin daya saing Indonesia lebih baik karena kualitas generasi muda sudah dipupuk sejak dini. Ia menjelaskan, manfaat MBG berdampak langsung pada peningkatan daya belajar, pertumbuhan kognitif, dan kehadiran anak di sekolah, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) yang selama ini minim akses makanan bergizi.
Ia pun mengajak semua pihak untuk menjaga keberlangsungan program, karena jika tidak, bangsa Indonesia sendiri yang merugi.
PKGK FKM UI sebelumnya melakukan penelitian mandiri mengenai dampak pemberian makanan bergizi sebelum MBG berjalan awal tahun ini. Simulasi intervensi dilakukan di 15 sekolah tingkat TK–SMP serta satu posyandu di Kabupaten Bekasi, Makassar, Padang, Mempawah, Sragen, dan Malang.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan status gizi buruk dari 2 persen menjadi 0,5 persen, serta gizi kurang dari 7,7 persen menjadi 6,4 persen. Setelah 15 minggu intervensi, anak-anak mengalami kenaikan berat badan rata-rata 2 kilo gram dan pertumbuhan tinggi badan rata-rata 2,9 sentimeter. Secara keseluruhan, angka kecukupan gizi (AKG) harian meningkat signifikan dari 69,9 persen menjadi 93,4 persen.
Selain pemberian makanan bergizi, siswa sekolah dasar dalam penelitian tersebut juga mendapat edukasi gizi. Pengetahuan, sikap, dan praktik terkait gizi seimbang meningkat cukup signifikan.
Keberhasilan program MBG tidak hanya ditentukan oleh besarnya cakupan, tetapi juga oleh ketekunan negara dalam memastikan setiap porsi benar-benar sampai kepada mereka yang membutuhkan. Karena itu, penguatan pengawasan dan akuntabilitas menjadi kunci agar manfaat program tetap terjaga dan tepat sasaran.
Ke depan, keberlanjutan program ini memerlukan dukungan kolektif dari seluruh elemen bangsa agar dampak positifnya terus meningkat. Dengan kolaborasi yang konsisten, MBG dapat menjadi fondasi kuat bagi lahirnya generasi Indonesia yang lebih sehat, unggul, dan berdaya saing tinggi.
)* Pemerhati Isu Sosial-Ekonomi

