spot_img
BerandaUncategorizedPeningkatan Infrastruktur di Bali Bukti Komitmen Indonesia Siap Selenggarakan...

Peningkatan Infrastruktur di Bali Bukti Komitmen Indonesia Siap Selenggarakan WWF 2024

Peningkatan Infrastruktur di Bali Bukti Komitmen Indonesia Siap Selenggarakan WWF 2024

Oleh : Davina G

World Water Forum Ke-10 di Bali pada 18-24 Mei 2024 diharapkan akan menghasilkan berbagai solusi masalah air termasuk sanitasi dan bencana alam terkait air, serta menghasilkan kebijakan yang berdampak langsung ke masyarakat di negara-negara peserta forum.

Maka dari itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada jajarannya mempersiapkan dengan baik ketersediaan infrastruktur untuk menyukseskan gelaran WWF Mei ini di Bali.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) memastikan, dalam persiapan World Water Forum (WWF) ke-10 di Bali pemerintah terus mempersiapkan seluruh infrastruktur tempat penyelenggaraan. Pemerintah Indonesia menyiapkan venue untuk 300 pertemuan. Pertemuan itu, nantinya dapat berupa seminar maupun workshop.

Adapun infrastruktur tak kalah penting adalah hasil penerapan teknologi bendung modular. Pemerintah Indonesia mengangkat keberhasilan penerapan teknologi bendung modular dalam World Water Forum (WWF) ke-10 pada 18-25 Mei 2024 di Bali ini melalui Teknologi ini dikembangkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk meningkatkan produktivitas irigasi guna menjaga ketersediaan air dan ketahanan pangan.

Menteri PUPR sekaligus Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggara WWF ke-10 Basuki Hadimuljono menyatakan bahwa inovasi dan teknologi diperlukan dalam pembangunan infrastruktur air. Menurutnya pemanfaatan teknologi yang tepat guna, efektif, dan ramah lingkungan didorong guna menciptakan nilai tambah dan pembangunan berkelanjutan agar manfaat infrastruktur dapat dirasakan generasi mendatang.

Salah satu peneliti teknologi Bendung Modular yang juga menjabat sebagai Fungsional Perekayasa Madya Balai Hidrolika dan Geoteknik Keairan Kementerian PUPR James Zulfan menerangkan teknologi ini menggunakan modul blok beton terkunci yang didesain khusus untuk kepraktisan di lapangan. Dengan metode tersebut, pembangunan bendung modular dapat menghemat waktu dan biaya pembangunan sampai 40 persen.

Inovasi yang telah terdaftar dan mendapatkan paten dari Kementerian Hukum dan HAM ini masih terus dikembangkan dan dikolaborasikan dengan program padat karya. Prototipe Bendung Modular pertama dibangun pada 2013 di Sungai Cikarag, Provinsi Jawa Barat. Setelahnya, bendung modular diterapkan di Sungai Kalisade, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada 2016 dan di Sungai Gugubali, Morotai, Provinsi Maluku Utara pada 2019.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, menyatakan pihaknya telah bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Provinsi Bali untuk melakukan pengecekan sejumlah sarana infrastruktur.

Made Indra menambahkan bahwa pihaknya telah melakukan pengecekan pada sarana penunjang seperti alat pemberi isyarat lalu lintas (APILL) atau lampu lalu lintas guna memastikan kelancaran pengaturan arus lalu lintas nantinya saat menerima tamu delegasi dari berbagai negara.

Made Indra juga mengungkap nantinya para delegasi World Water Forum ke-10 pada hari pertama akan diajak untuk menyaksikan upacara ritual Segara Kerthi, sebagai simbol air merupakan komponen penting kehidupan. Masyarakat Bali sendiri telah melakukan tata kelola air sejak turun temurun hingga menjadi salah satu komponen kearifan lokal. Kegiatan upacara Segara Kerthi akan dilaksanakan pada 18 Mei 2024 berlokasi di Pantai Kura-Kura.

Indonesia mengangkat misi untuk menjadikan air sebagai sumber kesejahteraan masyarakat dalam World Water Forum (WWF) 2024, mengingat banyaknya tantangan air global seperti kelangkaan, pencemaran, dan bencana alam akibat perubahan iklim, Indonesia ingin menjadikan air sebagai solusi atas permasalahan tersebut dan bukanlah sebagai sumber konflik.

WWF 2024 ini akan menghadirkan puluhan negara membahas terkait pengelolaan sumber daya air dan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. Forum ini memiliki misi menyediakan platform atau wadah bagi semua pemangku kepentingan di bidang air untuk berdiskusi, berbagai ilmu dan pengalaman, serta menciptakan ide-ide konkret dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya air yang lebih baik.

WWF Ke-10 ini memiliki pesan utama membawa isu keamanan air (water security) ke masyarakat. Water security itu sendiri artinya luas dan mencakup sejumlah isu berbeda yang nantinya akan dibahas dalam forum WWF 2024. Terdapat dua alasan utama digelarnya WWF 2024 di Bali yakni untuk dapat membentuk komitmen kuat di level tinggi seperti dalam pengelolaan air, melakukan pendanaan air, dan untuk menyampaikan pesan tingkat tinggi yang bisa diterapkan oleh pemerintah ketika pada delegasi kembali ke negaranya.

Dengan begitu, semua ahli tersebut sebanyak ribuan orang dan jurnalis akan mampu melakukan dan membawa solusi-solusi konkret, solusi dasar, dan solusi yang sangat spesifik terkait permasalahan air dan akan dibagikan ke seluruh dunia.

Jelang momentum besar ini, pengamanan terus diintensifkan. Kepala Biro Pembinaan Operasi SOPS Polri Brigjen Pol Auliansyah menyatakan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menggunakan perangkat-perangkat teknologi untuk mengoptimalkan pengamanan dengan menyiapkan posko yang dinamakan 91 Command Center yang berada di Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC).

Diharapkan, dengan keberhasilan Pemerintah di mata dunia dapat memberikan contoh bagi negara-negara peserta lainnya dalam mengatasi persoalan terkait air. Selain itu, dengan suksesnya WWF 2024 maka bertambahnya gagasan inovatif, ilmu dan pengetahuan, serta ide-ide konkret untuk mengatasi masalah air secara global.

)* Penulis merupakan Pegiat Forum Literasi Muda Batavia