spot_img
BerandaNasionalPemerintah Tindak Mafia MinyaKita, Pengamat: Bentuk Kesigapan Negara

Pemerintah Tindak Mafia MinyaKita, Pengamat: Bentuk Kesigapan Negara

Pemerintah Tindak Mafia MinyaKita, Pengamat: Bentuk Kesigapan Negara

Jakarta – Pemerintah semakin tegas dalam memberantas mafia MinyaKita yang telah merugikan masyarakat. Pengamat Politik Indonesia Political Review, Iwan Setiawan, mengapresiasi langkah Presiden RI Prabowo Subianto dalam menindak pelaku kecurangan tersebut.

 

Menurut Iwan, ketegasan Prabowo menunjukkan bahwa tidak ada satu orang pun yang kebal hukum di pemerintahannya.

 

“Ini menunjukkan kesigapan dan kehadiran negara dalam menjaga dan melindungi rakyatnya,” ungkapnya.

 

Kasus ini juga menegaskan bahwa pemerintah mengambil langkah nyata dalam mengawasi serta menindak praktik spekulatif dan manipulasi harga yang merugikan masyarakat.

 

Iwan menilai sidak yang dilakukan Menteri Pertanian Amran Sulaiman terhadap takaran MinyaKita di lapangan adalah bagian dari instruksi langsung Presiden.

 

“Sidak dan penelusuran yang dilakukan Menteri Pertanian Amran Sulaiman terhadap takaran MinyaKita di lapangan saya yakin merupakan instruksi dan atensi dari Presiden, sebagaimana atensi Presiden terhadap kasus-kasus mega korupsi yang belakangan ini juga mencuat,” jelasnya.

 

Iwan menambahkan bahwa langkah tegas pemerintah ini patut diapresiasi.

 

“Untuk itu saya kira ketegasan dan kesigapan pemerintah ini patut diapresiasi bahwa pemerintah tak main-main dalam hal pangan,” tutupnya.

 

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto dikabarkan marah setelah mengetahui bahwa volume MinyaKita yang seharusnya 1.000 mililiter disunat menjadi sekitar 750 hingga 800 mililiter oleh oknum nakal. Hal ini diungkapkan Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono setelah bertemu Prabowo di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.

 

“Ya gimana, masak nggak marah ya kan, orang rakyat banyak, yang marah itu nggak hanya Presiden, kita juga semua marah kan,” ujar Sudaryono.

 

Kepala Negara juga menegaskan agar tidak ada lagi pihak yang mengambil keuntungan dengan mengorbankan rakyat.

 

“Maksudnya begini, jangan sampai hanya ingin untung sesaat, kemudian rakyat yang banyak dikorbankan. Kayak ngurangi timbangan, ngurangi kualitas, ngurangi volume, itu kan sudah jelas kejahatan lah, ya,” Sudaryono.