Pemerintah Percepat Pemulihan Aceh, Masyarakat Diimbau Jaga Persatuan Nasional

Pemerintah Percepat Pemulihan Aceh, Masyarakat Diimbau Jaga Persatuan Nasional

Oleh: Farhan Abdullah

Proses pemulihan Aceh pascabencana banjir dan tanah longsor terus berjalan dengan keterlibatan aktif pemerintah pusat bersama pemerintah daerah, BUMN, dan mitra strategis. Pemerintah menempatkan pemulihan sebagai agenda utama yang tidak hanya berorientasi pada perbaikan fisik, tetapi juga pada pemulihan kehidupan sosial, ekonomi, serta stabilitas keamanan masyarakat. Dalam situasi yang masih rentan, pemerintah menilai pentingnya menjaga kondusivitas daerah agar seluruh upaya pemulihan dapat berjalan berkelanjutan.

 

 

 

 

Kementerian Komunikasi dan Digital bersama seluruh ekosistem digital nasional mengambil peran signifikan melalui penyaluran bantuan kemanusiaan sekaligus peninjauan pemulihan jaringan telekomunikasi di Aceh Tamiang. Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa kehadiran pemerintah di lokasi bencana merupakan bentuk pendampingan langsung kepada masyarakat. Pemerintah memandang pemulihan tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan membutuhkan kerja bersama antara negara, pelaku usaha, dan elemen masyarakat agar warga terdampak dapat kembali menata kehidupan secara bertahap.

 

 

 

 

Langkah konkret tersebut diwujudkan melalui distribusi bantuan logistik yang difokuskan pada kebutuhan paling mendasar masyarakat. Pemerintah menyalurkan ratusan tangki air bersih berkapasitas besar untuk menjamin ketersediaan air layak konsumsi, disertai bantuan obat-obatan, pakaian, perlengkapan ibadah, tenda dengan fasilitas sanitasi, kelambu, sumur bor, hingga alat berat untuk membantu pembersihan wilayah terdampak. Bantuan ini dirancang untuk meringankan beban masyarakat sekaligus membangun kembali rasa aman di tengah proses pemulihan.

 

 

 

 

Di sektor konektivitas, pemerintah mencatat bahwa sebagian besar jaringan telekomunikasi di Aceh telah kembali beroperasi. Meutya Hafid menjelaskan bahwa pemulihan konektivitas telah melampaui 95 persen, meskipun masih terdapat sejumlah wilayah dengan tingkat pemulihan yang belum optimal akibat kendala pasokan listrik.

 

 

 

 

Pemerintah menegaskan komitmennya untuk terus mengawal proses ini hingga jaringan benar-benar pulih sepenuhnya, mengingat konektivitas berperan penting dalam mendukung aktivitas ekonomi, layanan publik, serta ketenangan psikologis masyarakat.

 

 

 

 

Pemulihan Aceh juga diperkuat melalui langkah strategis di bidang ekonomi. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam pertemuannya dengan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, menegaskan komitmen pemerintah pusat untuk mendukung pemulihan ekonomi masyarakat sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. Pemerintah menilai bahwa percepatan pemulihan ekonomi menjadi fondasi penting agar masyarakat dapat segera bangkit dari dampak bencana.

 

 

 

 

Salah satu kebijakan utama yang disiapkan adalah relaksasi Kredit Usaha Rakyat bagi pelaku usaha terdampak. Airlangga menyampaikan bahwa relaksasi tersebut mencakup keringanan kewajiban pembayaran angsuran pokok dan bunga, perpanjangan tenor, hingga pemberian masa tenggang bagi usaha yang tidak dapat beroperasi akibat kerusakan parah. Kebijakan ini dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi pelaku usaha agar dapat bertahan dan memulai kembali aktivitas ekonomi secara bertahap tanpa tekanan finansial berlebihan.

 

 

 

 

Selain kebijakan pembiayaan, pemerintah juga terus mendorong penyaluran bantuan kemanusiaan dan percepatan perbaikan infrastruktur publik. Airlangga menekankan bahwa perbaikan infrastruktur merupakan prasyarat penting bagi pemulihan ekonomi dan kehidupan masyarakat, karena tanpa dukungan infrastruktur yang memadai, aktivitas produksi dan distribusi tidak akan berjalan optimal.

 

 

 

 

Di tengah berbagai upaya pemulihan tersebut, kewaspadaan terhadap potensi provokasi separatis dinilai menjadi hal yang tidak kalah penting. Akademisi Aceh, Dr. Wiratmadinata, mengingatkan bahwa kondisi psikologis masyarakat pascabencana masih berada dalam situasi rentan. Menurutnya, kesedihan, kekecewaan, dan tekanan emosional yang dialami warga dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendorong agenda politik yang berpotensi memecah belah.

 

 

 

 

Ia menilai bahwa fokus utama masyarakat Aceh seharusnya diarahkan pada pemulihan dan penguatan solidaritas sosial, bukan pada keterlibatan dalam aksi atau narasi yang berisiko memicu konflik baru. Stabilitas sosial dan keamanan dinilai sebagai faktor kunci agar seluruh program pemulihan yang telah dirancang pemerintah dapat berjalan efektif dan tepat sasaran.

 

 

 

 

Pemerintah secara konsisten menegaskan bahwa pemulihan Aceh tidak hanya menyangkut pembangunan fisik, tetapi juga pemulihan rasa aman, kepercayaan, dan persatuan. Sinergi antara kebijakan pemerintah, dukungan dunia usaha, serta peran aktif masyarakat menjadi kunci untuk memastikan Aceh dapat bangkit tanpa meninggalkan luka sosial baru. Dengan menjaga fokus pada pemulihan dan meningkatkan kewaspadaan terhadap provokasi separatis, pemerintah optimistis Aceh dapat melalui masa sulit ini menuju kondisi yang lebih stabil dan berkelanjutan.

 

 

 

 

Dalam konteks tersebut, pemerintah juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk memperkuat literasi informasi dan tidak mudah terpengaruh narasi menyesatkan. Partisipasi aktif warga dalam menjaga ketenangan sosial dinilai sebagai modal penting agar pemulihan Aceh berlangsung inklusif, damai, dan sejalan dengan kepentingan nasional.

 

 

 

 

Pemerintah menilai bahwa keberhasilan pemulihan Aceh sangat bergantung pada terciptanya ruang publik yang sehat dan bebas dari manipulasi informasi. Oleh karena itu, kolaborasi antara aparat, tokoh masyarakat, dan media arus utama dipandang krusial untuk menjaga keutuhan sosial serta mencegah berkembangnya narasi yang berpotensi merusak persatuan.

 

 

 

 

)* Penulis adalah pengamat sosial politik