Pemerintah Maksimalkan Persiapan IPU Bali
Oleh : Aulia Hawa
Inter Parliamentary Union (IPU) akan diadakan di Bali pada tanggal 20 hingga 24 Maret 2022. Pemerintah akan memaksimalkan persiapan IPU di Bali mengingat pentingnya kelancaran acara tersebut.
Pandemi masih berlaku tetapi kondisi ini tidak langsung membuat kita murung, justru di masa seperti ini Indonesia berani menjadi tuan rumah Inter Parliamentary Union, karena forum ini akan membawa banyak kebaikan bagi negeri.
Persiapan acara harus dilakukan dengan maksimal agar berlangsung dengan sempurna.
Ketua DPR RI Puan Maharani meninjau langsung persiapan IPU di Bali. Puan menyatakan bahwa persiapan harus maksimal, terutama sinyal internet.
Dalam artian, internet memang penting karena semua akses komunikasi di acara ini harus memiliki sinyal yang kuat. Jika internetnya tidak lancar maka panitia akan kelimpungan.
BUMN di bidang telekomunikasi sudah menyiapkan akses internet untuk mensukseskan gelaran IPU. Bahkan yang disiapkan sinyal 5G untuk acara ini.
Akses internet memang disiapkan jika ada negara anggota IPU yang menghadiri secara virtual karena kenaikan kasus di negaranya, sehingga IPU diadakan secara hybrid.
Puan Maharani melanjutkan, persiapan IPU yang diperhatikan juga mengenai antrian. Dijaga jangan sampai berdesakan dan menimbulkan kerumunan. Antrian ini juga harus ditata dengan rapi dan memperhatikan waktu, jangan sampai merugikan masyarakat Bali. Dalam artian, pernyataan Puan memang betul karena IPU untuk keuntungan warga dan jangan sampai membuat mereka mengeluh karena macet.
Untuk meminimalisir kerumunan maka IPU akan menggunakan sistem bubble. Sistem ini sudah cukup familiar karena juga digunakan di PON XX Papua, balapan di Mandalika, NTB, dan beberapa pagelaran lainnya. Dalam sistem bubble maka ada batasan-batasan ketika delegasi negara peserta IPU beraktivitas, sehingga mereka tidak bisa keluyuran pasca rapat selesai.
Selain itu, jika ada sistem bubble maka pertemuan tidak diadakan dengan full alias semua delegasi ditaruh di satu tempat, tetapi ada grup-grup tertentu, sehingga mengurangi kerumunan dan otomatis mematuhi protokol kesehatan. Dengan begitu maka setiap resiko akan diminimalisir agar aman dan sehat.
Resiko corona memang wajib untuk diminimalisir dan seluruh peserta IPU maupun panitia harus dites swab tiap hari, tujuannya tentu untuk mengetahui apa mereka positif atau negatif. Semuanya wajib tertib swab karena merupaka standar protokol di era pandemi.
Protokol kesehatan (Prokes) juga wajib ditaati dan persiapannya juga maksimal, tujuannya tentu mencegah terbentuknya klaster baru. Selain pengaturan jarak antar kursi dan maksimal kapasitas ruangan (50%) maka prokes lain yang wajib ditaati adalah pemakaian masker. Aturan ini harus ditati tanpa kecuali karena masker adalah perlindungan utama.
Penegakan aturan tentang masker tentu sudah dipahami oleh para delegasi IPU, karena di negaranya mereka juga tertib memakai masker. Bahkan yang dikenakan juga masker ganda untuk mencegah penularan omicron. Tidak hanya cukup dengan face shield karena tidak maksimal dalam melindungi mulut dan hidung.
Persiapan-persiapan ini memang harus maksimal agar panitia bisa menjalankan acara dengan baik. Dukungan juga dberikan tak hanya dari perusahaan BUMN di bidang transportasi tetapi juga BUMN lain yang terkait, juga UMKM. Semuanya berkolaborasi demi kesuksesan acara ini.
IPU akan diselenggarakan dalam waktu dekat dan persiapannya makin matang. Mulai dari panitia hingga BUMN serta UMKM yang mendukung, akan memaksimalkan acara ini agar berlangsung dengan sukses. IPU akan membawa banyak keuntungan sehingga para tamu alias delegasi dari negara anggota IPU akan dilayani dengan sangat baik.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini