Pemerintah Jaga Ketersediaan BBM, Listrik, dan Pangan Tetap Stabil Selama Periode Libur Akhir Tahun

Pemerintah Jaga Ketersediaan BBM, Listrik, dan Pangan Tetap Stabil Selama Periode Libur Akhir Tahun

Oleh: Rustam Khoiruddin

Periode libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) selalu menjadi momentum krusial bagi stabilitas sosial dan ekonomi nasional. Mobilitas masyarakat meningkat signifikan, konsumsi energi melonjak, serta kebutuhan pangan cenderung naik. Dalam situasi seperti ini, peran negara menjadi sangat vital untuk memastikan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan pangan tetap terjaga, sekaligus harga tetap terkendali. Tahun ini, pemerintah menunjukkan kesiapsiagaan yang patut diapresiasi melalui langkah-langkah terukur dan berbasis data.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan bahwa ketahanan energi nasional berada dalam kondisi aman selama libur Nataru 2025/2026. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa pasokan BBM cukup untuk memenuhi lonjakan kebutuhan masyarakat. Ketahanan pertalite atau RON 90 berada di kisaran 19 hari, melampaui batas minimum nasional 17–18 hari. Untuk RON 92, ketahanannya di atas 23 hari, sementara RON 95 bahkan mencapai lebih dari 31 hari. Angka-angka ini mencerminkan perencanaan yang matang dan antisipatif.

Tidak hanya bensin, pasokan solar juga berada pada level aman. Solar subsidi CN48 memiliki ketahanan sekitar 15 hari, di atas batas minimum 14 hari. Sementara itu, solar non-subsidi CN53 mencapai sekitar 25 hari. Ketahanan avtur yang berada di atas 29 hari juga menjadi indikator penting bahwa sektor transportasi udara, yang biasanya padat saat Nataru, tidak akan terganggu oleh persoalan pasokan energi. Di sisi kelistrikan, kondisi nasional dinyatakan normal dengan ketersediaan bahan baku pembangkit, baik BBM, gas, maupun batu bara, berada di atas 10 hari. Hal ini memberi rasa aman bagi masyarakat bahwa aktivitas rumah tangga dan ekonomi tetap berjalan tanpa gangguan listrik.

Komitmen pemerintah semakin diperkuat oleh pernyataan Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung yang menegaskan bahwa kecukupan energi selama Nataru menjadi prioritas utama. Pemerintah tidak menutup mata terhadap potensi gangguan, termasuk dampak bencana alam yang sempat memengaruhi distribusi BBM di sejumlah wilayah. Namun, respons cepat dilakukan dengan pengiriman tambahan pasokan dari Dumai dan Sumatera Barat. Langkah ini menunjukkan bahwa negara hadir secara aktif, tidak sekadar reaktif, dalam menjamin kebutuhan dasar masyarakat.

Lebih jauh, peningkatan cadangan BBM nasional dari kisaran minimal 18 hari menjadi 24–26 hari patut dipandang sebagai strategi jangka menengah yang cerdas. Kebijakan ini tidak hanya untuk menghadapi Nataru, tetapi juga sebagai antisipasi rangkaian hari besar keagamaan setelahnya, seperti Imlek, Ramadan, dan Idulfitri. Dengan demikian, stabilitas energi tidak bersifat musiman, melainkan berkelanjutan.

Di sektor pangan, pemerintah juga menunjukkan keseriusan yang sama. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), I Gusti Ketut Astawa, memastikan bahwa kondisi pasokan dan harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) tetap aman dan terkendali selama Natal dan Tahun Baru. Sebagai pusat distribusi beras terbesar di Indonesia, PIBC menjadi barometer utama pergerakan harga dan pasokan nasional. Fakta bahwa aktivitas perdagangan berjalan normal dan kondusif menjadi sinyal positif bagi stabilitas pangan nasional.

Data harga yang disampaikan juga menunjukkan hasil nyata dari pengendalian pemerintah. Harga beras medium rata-rata berada di angka Rp12.300 per kilogram, di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) zona 1 sebesar Rp13.500 per kilogram. Sementara itu, beras premium berada di kisaran Rp13.700 per kilogram, juga di bawah HET Rp14.900 per kilogram. Kondisi ini membuktikan bahwa pasokan yang cukup dan distribusi yang lancar mampu menahan gejolak harga, sekaligus melindungi daya beli masyarakat.

Upaya menjaga stabilitas tidak berhenti di hilir. Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menekankan pentingnya komitmen harga di tingkat grosir. Stabilitas harga di hulu dinilai akan menciptakan rantai distribusi yang sehat, memberi ruang usaha yang wajar bagi pengecer, dan pada saat yang sama melindungi konsumen. Pendekatan ini mencerminkan keseimbangan antara kepentingan pelaku usaha dan masyarakat luas.

Ketegasan pemerintah juga terlihat dari sikap Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman. Menjelang Nataru, pemerintah menegaskan tidak akan mentolerir pelaku usaha pangan yang menjual komoditas di atas HET. Penegakan aturan ini didukung oleh kondisi pasokan pangan nasional yang sangat mencukupi. Seluruh komoditas strategis dipastikan aman, sehingga tidak ada justifikasi bagi lonjakan harga. Masa imbauan dinyatakan telah berakhir, dan pemerintah kini mengedepankan pengawasan ketat serta penindakan langsung di lapangan.

Dari perspektif sosial, langkah-langkah ini memiliki dampak yang jauh melampaui aspek teknis. Stabilitas BBM, listrik, dan pangan selama Nataru memberikan rasa aman psikologis bagi masyarakat. Keluarga dapat merayakan hari besar keagamaan dengan tenang, pelaku usaha kecil tetap bisa beraktivitas, dan perekonomian lokal bergerak tanpa tekanan berlebihan akibat fluktuasi harga atau kelangkaan pasokan.

Menghadapi masa libur Natal dan Tahun Baru yang identik dengan peningkatan kebutuhan, publik patut memberikan kepercayaan penuh kepada pemerintah. Data pasokan yang kuat, distribusi yang terjaga, serta pengawasan yang tegas menunjukkan bahwa negara hadir dan bekerja untuk rakyat. Dengan sinergi antara pemerintah, BUMN, dan pelaku usaha, stabilitas BBM, LPG, listrik, dan pangan selama Nataru bukan sekadar janji, melainkan realitas yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Kepercayaan publik menjadi modal sosial penting agar upaya menjaga stabilitas ini terus berjalan efektif demi kepentingan bersama.

(* Penulis merupakan Pemerhati Sosial