MUI Tak Permasalahkan Kemunculan Ganjar di Tayangan Adzan: Justru Bagus
Jakarta — Majelis Ulama Indonesia (MUI) sama sekali tidak mempermasalahkan kemunculan Ganjar Pranowo di salah satu tayangan adzan di televisi (TV). Justru bagi mereka, hal tersebut sangat bagus.
Wakil Ketua Umum (Waketum) MUI), Anwar Abbas menilai bahwa tayangan adzan yang menampilkan sosok pemimpin berambut putih itu merupakan hal yang lumrah dan menilai bahwa sama sekali tidak ada yang salah dalam tayangan tersebut.
“Karena saya bukan seorang politisi, maka bagi saya pribadi peristiwa tayangan azan dengan memunculkan video Ganjar Pranowo tidaklah bermasalah bahkan hal demikian menurut saya sangat bagus,” katanya.
Pasalnya, menurut Waketum MUI tersebut bahwa apa yang ditayangkan dalam video adzan itu merupakan bagian dari tindakan yang positif.
Hal tersebut dikarenakan juga akan mendatangkan dampak dan nilai terhadap kehidupan beragama bagi Umat Muslim.
“Jadi apa yang dilakukan oleh Ganjar tersebut menurut saya boleh-boleh saja apalagi nilai dan dampaknya terhadap kehidupan keagamaan umat Islam tentu akan sangat besar,” tuturnya.
Senada, Akademisi sekaligus Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno juga menegaskan bahwa kemunculan Ganjar Pranowo dalam tayangan adzan sama sekali bukanlah merupakan praktik politik identitas.
Menurutnya, kemunculan pemimpin kelahiran Kabupaten Karanganyar itu sama seperti dengan adanya kemunculan para tokoh politik dalam iklan selama hari-hari besar keagamaan lainnya yang juga sering terjadi.
Terlebih, tayangan tersebut hanyalah memperlihatkan Ganjar Pranowo yang sedang menunaikan ibadah sholat dan mengajak kepada kebaikan.
“Jelas bukan politik identitas. Politik identitas tak sederhana begitu definisinya. Itu hanya tayangan orang sholat. Mengajak kebaikan,” tegas Adi.
Pengamat Politik itu kemudian menambahkan bahwa ketika seorang politikus terlihat melakukan ritual keahamaan, maka tidak lebih hanya merupakan ekspresi religiusitas saja.
“Mengikuti salat, ikut pengajian, dan seterusnya, itu bukan politik identitas. Tapi bagian sisi religiusitas,” kata Adi.
Dirinya justru merasa prihatin dengan banyaknya kekeliruan anggapan dari masyarakat yang menilai bahwa sesuatu yang berkaiyan dengan simbol agama maka langsung dikaitkan dengan politik identitas, padahal hanya religiusitas.
“Seakan semua yang berkaitan dengan simbol agama adalah politik identitas. Padahal sebatas relijiusitas,” ungkap Adi.
Sementara itu, Sekjen PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menjelaskan bahwa tayangan adzan itu juga menampilkan bagaimana sisi spiritualitas yang memang telah tertuang dalam Pancasila dalam sila pertama.
Terlebih, selama ini Capres yang mereka usung tersebut sama sekali tidak memiliki rekam jejak untuk melakukan praktik politik identitas.
“Pak Ganjar menampilkan spiritualitas sebagai negara yang menjalankan Pancasila dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada rekam jejak sedikitpun politik identitas dari Pak Ganjar dan juga PDIP. Kami partai Nasionalis Soekarnois,” imbuhny