Menteri Luar Negeri RI: KTT ASEAN 2023 Berdampak pada Penguatan Ketahanan Energi
*Manggarai Barat* – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi mengatakan bahwa agenda KTT ASEAN 2023 mampu berdampak pada penguatan ketahanan energi. Bukan hanya itu, juga mengenai pembangunan ekosistem kendaraan listrik yang merupakan pembahasan prirotas dalam keketuaan Indonesia pada KTT ASEAN Summit 2023.
Dalam KTT ASEAN 2023 disepakati penggunaan kendaraan listrik. Peran signifikan kendaraan listrik sebagai upaya pengurangan emisi gas rumah kaca, percepatan transisi energi, dekarbonisasi sektor transportasi darat di wilayah tersebut, mencapai net-zero target emisi, dan meningkatkan ketahanan energi di setiap negara anggota ASEAN.
Dalam KTT ASEAN juga telah menyepakati, ke depannya negara kawasan akan lebih memprioritaskan untuk menggunakan mata uang negara ASEAN sendiri dalam melakukan transaksi perdagangan dan konektivitas mekanisme pembayaran di kawasan.
Para pemimpin ASEAN mulai menyiapkan peluang inovasi pembayaran lintas batas. Selain itu, juga mendorong penggunaan mata uang lokal untuk transaksi regional dilakukan demi mendukung peran otoritas sektor keuangan.
Penggunaan mata uang sendiri tersebut juga telah disepakati oleh menteri keuangan dan Bank Sentral ASEAN pada Maret 2023 lalu. Menlu Retno Marsudi kemudian mengungkapkan bahwa prioritas menggunakan mata uangnya sendiri adalah untuk semakin memperkuat stablitas keuangan.
” Dalam pertemuan Menkeu dan Bank Sentral ASEAN, disepakati komitmen ASEAN untuk menggunakan mata uang lokal dan perluasan konektivitas mekanisme pembayaran (regional payment connectivity) guna memperkuat stabilitas keuangan di kawasan,” paparnya.
Menurutnya, dalam pertemuan tersebut juga menyepakati perlindungan bagi pekerja migran. Kebijakan untuk memasukkan bantuan bagi pekerja migran lintas area di semua tahap kesiapsiagaan krisis, respons dan pemulihan untuk spesifik kebutuhan pekerja migran, khususnya perempuan dan keluarga yang sudah bertempat tinggal dengan mereka dalam situasi krisis.
Seluruh prioritas pembahasan ini adalah bagian dari pilar epicentrum of growth, yang mana memang menjadi salah satu dari tiga pilar besar tema keketuaan Indonesia.
Kemudian untuk mewujudkan pilar lainna yakni ASEAN Matters, Menlu RI menegaskan bahwa kesatuan dan sentralitas ASEAN memang sangat penting untuk terus dijaga. Ke depannya bahkan juga sedang disiapkan visi besar dari ASEAN 2045.
“Di pilar ini, juga sedang disiapkan sebuah visi besar ASEAN 2045 yang saat ini sedang disusun oleh High Level Task Force,” ungkap Menlu.
Masih di bawah ASEAN Matters, beberapa isu seperti pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) akibat penyalahgunaan teknologi, percepatan negosiasi teks Code of Conduct (COC).
Terdapat pula penyusunan peta jalan keanggotaan penuh Timor-Leste di ASEAN, hingga penandatanganan protokol SEANWFZ oleh Nuclear Weapon States (NWS) yang prosesnya terhenti pada 2012 juga terus dibahas.
Kemudian dari pilar AOIP, Retno mengatakan, selama menjabat keketuaan ASEAN, Indonesia ingin melihat penguatan kerja sama konkret dari AOIP dengan penekanan pada prinsip inklusivitas dan kerja sama ekonomi serta ekonomi pembangunan. Oleh karena itu, sejalan dengan implementasi AOIP, Indonesia akan menjadi tuan rumah ASEAN-Indo-Pacific Forum.
“Persiapannya sedang terus dilakukan dan AIPF akan diselenggarakan di Jakarta pada 5-7 September 2023 mendatang, yang akan dilakukan back-to-back dengan KTT ke-43 ASEAN,” pungkasnya.
Menlu Retno juga menegaskan, Hasil dari KTT ASEAN ke-42 di Labuan Bajo merupakan upaya dalam merealisasikan tema ASEAN Matters: Epicentrum of Growth.
“Peran Asean sangat penting bagi perdamaian, stabilitas dan kemakmuran kawasan. Kita tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi di kawasan ini jika kita tidak memiliki Asean,” katanya.
Menurutnya, pencapaian tersebut harus menjadi modal untuk membangun pondasi Asean yang lebih kuat lagi.
“Tapi kita tidak boleh berpuas diri. Pencapaian ini harus menjadi modal untuk membangun ASEAN yang lebih kuat,” imbuhnya.