Mengapresiasi Aparat Keamanan Tingkatkan Patroli Cegah Pergerakan KST
Oleh : Veronica Lokbere
Aparat keamanan bekerja keras mengamankan Papua dengan mengadakan patroli. Pengamanan diperketat agar tidak ada pergerakan lagi dari Kelompok Separatis dan Teroris (KST). Jangan sampai mereka datang lagi dan mengganggu masyarakat serta menyerang markas aparat.
KST adalah kelompok pemberontak yang ada di Papua.
Mereka bertugas di lapangan untuk menyelesaikan misi pembelotan dan membentuk Republik Federal Papua Barat. Masyarakat membenci KST karena sering melakukan tindakan kekerasan dan merugikan warga sipil.
Aksi KST makin brutal dan membawa korban jiwa.
Masyarakat mengecam aksi kelompok pemberontak tersebut karena akan merugikan banyak orang dan membuat teror berkepanjangan di Papua. KST harus diberantas agar warga Papua bisa beraktivitas dengan bebas.
Untuk memberantas KST, aparat gabungan TNI dan Polri terus melakukan berbagai cara untuk mempersempit ruang gerak mereka di wilayah rawan Papua. Salah satunya adalah melakukan sweeping di sejumlah titik, termasuk di Kabupaten Pegunungan Bintang.
Terbaru, Satgas Operasi Damai Cartenz berhasil melumpuhkan 5 orang KST di Kabupaten Pegunungan Bintang, pada 30 September 2023 lalu. Kelima anggota KST tersebut dilumpuhkan karena sering berbuat onar dan meresahkan masyarakat Papua selama ini.
Menurut Kasatgas Damai Cartenz Kombes Faizal Ramadhani, mulanya Satgas Damai Cartenz menembak 4 orang KST yang mencoba melawan petugas saat menggelar sweeping. Dari kejadian tersebut, personel aparat gabungan berhasil mengamankan 2 senpi laras panjang sebagai barang bukti. Namun setelah menggelar Sweeping lanjutan, aparat juga berhasil menewaskan 1 lagi anggota KST yang memiliki 1 senpi laras pendek.
Sementara itu, Kasatgas Humas Damai Cartenz AKBP Bayu Suseno mengatakan tiga pucuk senpi yang disita terdiri dari berbagai jenis. Ada jenis SS1, USA Nouves, dan senpi laras pendek jenis FN. Tidak hanya itu, parat juga mengamankan beberapa barang bukti lain seperti atribut bendera bintang kejora, amunisi, handy-talky (HT), dan handphone.
Langkah KST dalam menindak tegas anggota KST tentu saja perlu mendapat apresiasi luas. Bukan tanpa sebab, KST selama ini tega melukai tidak saja aparat keamanan yang berupaya melindungi rakyat, namun juga sesama orang asli Papua. Bahkan, seorang Anggota Satpol PP bernama Simon Petrus Sroyer turut menjadi sasaran kekejaman KST pada Selasa (19/9) lalu. Beruntung, Petrus dapat lolos dari maut.
Dia menceritakan pengalamannya diadang dan diserang oleh kawanan KST. Saat itu Petrus pergi dari rumahnya untuk melaksanakan tugas di kantor bupati Pegunungan Bintang. Namun di tengah jalan, tiga orang bersenjata yang diduga kuat KST Pegunungan Bintang mengadangnya. Tiba-tiba anggota KST langsung menembaknya dan menyerempet telinganya. KST pun kembali akan menembak Petrus namun tembakan yang kedua gagal meledak. Petrus pun melawan dan tiga orang KST tersebut pergi.
Namun saat Petrus akan menaiki motor, muncul tiga orang lain dengan bersenjata lengkap hendak menyerang dirinya. Petrus lantas melarikan diri dan melapor ke pos TNI Polri di area Gereja GBI. Dia pun dibawa ke rumah sakit untuk mendapat perawatan.
Patroli personel gabungan mulai dari TNI, Polri, hingga Badan Intelijen Negara (BIN) tentu saja dilakukan untuk mengamankan warga di Papua. Pertama, di sana adalah daerah yang rawan serangan KST. Kedua, patroli wajib karena untuk mencegah serangan KST yang bisa jadi berniat untuk balas dendam karena ada anggotanya yang ditangkap oleh aparat. Keselamatan warga harus dinomorsatukan, oleh karena itu perlu ada patroli secara rutin.
Sementara itu, Tokoh Pemuda Kabupaten Jayapura, Nelson Ondi, geram dengan tindakan KST yang hingga kini masih terus terjadi. Tindakan KST mestinya direspon dengan tindakan tegas oleh pemerintah. Tanpa itu, anggota kelompok separatis tersebut akan selalu melancarkan aksi-aksinya.
Pernyataan tegas Nelson Ondi itu menyusul aksi tak berkesudahan yang dilakukan oleh KST di daerah tersebut. kekejaman KST tersebut mestinya diladeni dengan tindakan yang tegas pula oleh pemerintah. Dengan begitu, KST akan menghentikan aksinya walau harus perlahan-lahan.
Berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk melawan aksi KST, yakni dengan menambah kekuatan prajurit, pendekatan tokoh masyarakat, memutus logistik KST, pembangunan berorientasi kesejahteraan hingga penguasaan basis KST khususnya di wilayah Nduga.
Untuk melindungi warga dari serangan KST maka kelompok pemberontak tersebut harus ditindak secara tegas. Pasalnya, mereka sering melakukan kasus-kasus berat, seperti pencurian dan pembunuhan massal. Jika ada anggota KST yang tertangkap maka wajib untuk diadili dan mendapat hukuman yang paling berat sebagai efek jera.
Warga sipil Papua mendukung patroli dan penangkapan KST karena mereka sudah lelah dengan berbagai teror yang dilakukan oleh kelompok separatis tersebut. Selain ada teror secara fisik (yang membuat takut kena peluru nyasar) juga ada teror secara mental, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Aparat keamanan terus meningkatkan kesiagaan untuk mengamankan rakyat Papua dari serangan KST. Untuk mencegah tindakan kriminal dan penyerangan KST maka dilakukan patrol, sekaligus membuat suasana di Papua makin tentram. Masyarakat di Bumi Cendrawasih berterima kasih kepada aparat gabungan TNI dan Polri yang selalu bekerja keras agar tidak ada lagi anggota KST yang berkeliaran.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Yogyakart