spot_img
BerandaUncategorizedMenciptakan Pemilu yang Mempersatukan, Bukan Membelah

Menciptakan Pemilu yang Mempersatukan, Bukan Membelah

Menciptakan Pemilu yang Mempersatukan, Bukan Membelah

Oleh : Ratih Safira Utami

Menjelang Pemilu 2024, tantangan besar muncul untuk menciptakan sebuah proses demokrasi yang tidak hanya menghasilkan pemimpin terpilih, tetapi juga mampu mempersatukan bangsa.

Harapan besar terletak pada kemampuan masyarakat dan para pemangku kepentingan untuk bersama-sama menciptakan suasana Pemilu yang memupuk persatuan, sekaligus menolak potensi pemecahan dan perpecahan di tengah-tengah masyarakat.

Polda Jateng (Polda Jawa Tengah) tengah menghadapi tantangan serius dalam mengantisipasi penyebaran paham konten radikal dan terorisme melalui media sosial selama masa kampanye Pemilu 2024. Ancaman ini, khususnya bagi kaum generasi muda Indonesia, memerlukan perhatian serius untuk menjaga stabilitas keamanan dan keberlanjutan demokrasi di tanah air.

Pada Kamis, 1 Februari 2024, Kabidhumas Polda Jawa Tengah, Kombes Satake Bayu Setianto, dalam konferensi pers, menyampaikan keprihatinannya terhadap peningkatan aktivitas kelompok radikal di media sosial.
Menurutnya, kelompok-kelompok ini memanfaatkan momentum kampanye Pemilu untuk menyebarkan propaganda yang dapat memengaruhi generasi muda. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat, khususnya orang tua, guru, dan stakeholder pendidikan, untuk menjaga anak-anak muda dari pengaruh negatif tersebut.
Satake Bayu Setianto mengingatkan bahwa kelompok radikal tidak hanya berusaha menciptakan ketidakstabilan keamanan nasional, tetapi juga menentang nilai-nilai Pancasila dan meragukan proses demokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia. Dalam konteks ini, Pemilu 2024 menjadi arena di mana kelompok-kelompok ini berupaya merekrut kader muda untuk mendukung agenda mereka.
Khususnya menyoroti pemilih muda, Kombes Satake Bayu Setianto menyatakan bahwa 52 persen dari total pemilih pada Pemilu 2024 merupakan kaum muda. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk bijak dalam menggunakan media sosial dan menjaga agar generasi muda tidak terpapar oleh ideologi radikal yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan semangat demokrasi.
Kepada masyarakat diingatkan untuk memiliki sikap bijak dan cerdas dalam menggunakan media sosial. Grup-grup dengan pandangan radikal diketahui memanfaatkan beragam platform media, terutama media sosial. Hal ini dianggap sebagai ancaman serius terhadap stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. Kabidhumas Polda Jawa Tengah menegaskan pentingnya kewaspadaan terhadap hal ini.
Lebih lanjut, Satake Bayu Setianto menyoroti peran aktif generasi muda dalam proses demokrasi. Ia mengajak mereka untuk tidak hanya menjauhi paham radikal, tetapi juga untuk turut serta memberikan suara dalam Pemilu 2024.
Ia mengingatkan agar pemilih muda tidak terpengaruh oleh konten palsu dan berita bohong di media sosial, sehingga mampu membuat keputusan yang berlandaskan informasi yang akurat.
Kami mengajak, terutama generasi muda yang merupakan mayoritas pengguna media sosial, untuk aktif berpartisipasi dalam memberikan suara pada Pemilu 2024. Penting untuk tidak terpengaruh oleh konten palsu berupa radikalisme yang tersebar di media sosial.
Hindarilah golput, bahkan lebih jauh, jangan sampai kehilangan kepercayaan terhadap sistem demokrasi dan menunjukkan sikap intoleran terhadap keberagaman yang ada di Indonesia.
Polda Jawa Tengah bersama instansi terkait terus melakukan sosialisasi agar masyarakat memiliki kewaspadaan tinggi terhadap konten negatif, terutama yang berpotensi mengarah pada radikalisme, SARA, atau intoleransi.
Satake Bayu Setianto menegaskan bahwa apabila ada konten-konten negatif yang ditemukan, masyarakat diharapkan melaporkannya agar dapat segera ditindaklanjuti.
Dalam konteks serupa, Datuk Besar Panglima Pucuk DPP LLMB Riau – Kepri dan Sumatera Utara, Datuk Ismail Amir, juga memberikan pernyataan mengenai menjaga keamanan dan kerukunan jelang Pemilu 2024.
Menyikapi momentum penting ini, ia menekankan bahwa menjaga keamanan dan kondusifitas adalah tanggung jawab bersama. Datuk Ismail Amir mendesak masyarakat untuk menolak praktik money politik, isu SARA, dan penyebaran berita bohong.
Ketika menghadapi Pemilu 2024, kita perlu bersama-sama menjaga situasi keamanan agar tetap kondusif. Ayo tolak praktik politik uang, penyebaran isu SARA, dan penyebaran berita palsu (hoaks). Kita perlu saling menghargai dan menghormati satu sama lain, serta tidak terprovokasi oleh isu-isu yang bertujuan untuk memecah belah. Mari kita bersatu dalam menjaga kedaulatan Republik Indonesia ini, tegas pernyataan Datuk Ismail Amir.
Pernyataan ini mencerminkan keinginan untuk menciptakan iklim yang sejuk dan kondusif jelang Pemilu. Datuk Ismail Amir juga menyoroti pentingnya kedewasaan dalam menyikapi informasi di media sosial. Ia meminta masyarakat Riau untuk berperan aktif dalam menjaga situasi keamanan di wilayah mereka, terutama karena keterbatasan jumlah polisi.
Pemilu 2024 bukan hanya menjadi ajang pencoblosan, tetapi juga momentum untuk menunjukkan kedewasaan dan tanggung jawab bersama dalam memastikan keamanan dan kelancaran proses demokrasi.
Partisipasi aktif masyarakat, bukan hanya sebagai pemilih tetapi juga sebagai penjaga keamanan, diharapkan dapat menciptakan Pemilu yang demokratis, bebas dari ancaman radikalisme, dan menghasilkan pemimpin yang mampu membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia.
Sebagai negara yang pluralistik, Indonesia dihadapkan pada tantangan besar dalam menjaga keberagaman dan menjalankan proses demokrasi. Menghadapi Pemilu 2024, masyarakat perlu memahami peran penting mereka dalam menciptakan pemilihan yang damai, demokratis, dan tidak terpengaruh oleh agenda-agenda radikal.
Kita tidak boleh lengah terhadap ancaman yang muncul di dunia maya, terutama melalui media sosial. Keberhasilan Pemilu 2024 tidak hanya terletak pada hasil pemilihan, tetapi juga pada integritas dan kedewasaan masyarakat dalam menghadapi berbagai dinamika politik.
Mari bersama-sama menjaga keutuhan bangsa, menciptakan pemilihan yang mempersatukan, bukan membelah, serta menghormati prinsip-prinsip demokrasi yang telah menjadi pondasi negara ini.

)* Penulis adalah contributor Persada Institute