spot_img
BerandaEkonomiKebijakan Moneter Pemerintah Berhasil Jaga Stabilitas Cadangan Devisa

Kebijakan Moneter Pemerintah Berhasil Jaga Stabilitas Cadangan Devisa

Kebijakan Moneter Pemerintah Berhasil Jaga Stabilitas Cadangan Devisa

Oleh Laras Arta Prameswari

Stabilitas ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan dari kecermatan pengelolaan kebijakan moneter, terutama dalam menghadapi tantangan global yang dinamis. Indonesia, melalui Bank Indonesia (BI), menunjukkan kemampuan adaptif dan proaktif dalam menjaga kestabilan makroekonomi, salah satunya tercermin pada terjaganya posisi cadangan devisa nasional. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi bukti efektivitas kebijakan moneter, tetapi juga mencerminkan soliditas koordinasi antara pemerintah dan otoritas moneter dalam memperkuat daya tahan ekonomi nasional.

Posisi cadangan devisa Indonesia per akhir Juni 2025 mencapai USD 152,6 miliar, meningkat tipis dibandingkan bulan sebelumnya. Meskipun peningkatannya tidak signifikan secara nominal, hal ini tetap memberikan sinyal positif bagi pasar. Kenaikan ini didukung oleh penerimaan negara dari sektor pajak, jasa, serta penerbitan surat utang global oleh pemerintah. Lebih dari itu, posisi cadangan devisa saat ini mampu membiayai 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka ini jauh melampaui standar kecukupan internasional yang berada pada kisaran tiga bulan impor.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menyatakan bahwa level cadangan devisa yang memadai sangat vital dalam menjaga stabilitas ekonomi makro serta menopang sistem keuangan nasional. Posisi ini juga memperkuat ketahanan eksternal Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih berlangsung. Stabilitas cadangan devisa tidak hanya menjaga kelangsungan transaksi internasional, tetapi juga memberikan rasa aman bagi pelaku usaha dan investor asing yang menilai Indonesia sebagai negara dengan iklim investasi yang stabil dan prospektif.

Ketahanan devisa yang kuat tentu tidak lepas dari strategi kebijakan moneter yang terukur dan responsif. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta, menegaskan bahwa BI tetap menerapkan pendekatan yang forward-looking dan pre-emptive dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Pendekatan ini didukung oleh bauran kebijakan yang adaptif terhadap perubahan global, seperti penerapan simulasi berbasis skenario untuk mengantisipasi risiko rambatan global terhadap perekonomian domestik.

Lebih lanjut, Filianingsih menjelaskan bahwa BI juga memperkuat koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk memastikan sinergi kebijakan dalam merespons berbagai dinamika ekonomi. Upaya ini didukung pula oleh pendalaman pasar keuangan, penguatan kerja sama regional, dan komunikasi kebijakan yang jelas serta konsisten. Semua ini bertujuan menjaga ekspektasi pasar sekaligus memperkuat kredibilitas kebijakan moneter.

Dari sisi eksternal, faktor global turut memberi kontribusi positif. Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro, menyoroti bahwa ketenangan relatif di pasar global menjadi faktor pendukung menguatnya nilai tukar rupiah dan naiknya cadangan devisa. Walaupun tensi perdagangan dunia belum sepenuhnya mereda, kesepakatan bilateral antara Amerika Serikat dan sejumlah negara seperti Vietnam dan Inggris memberi ruang positif bagi sentimen pasar. Kondisi ini turut meningkatkan minat investor terhadap instrumen keuangan di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Andry juga mencatat bahwa minat investor terhadap surat berharga Indonesia menunjukkan tren positif, yang tercermin dari arus masuk modal asing yang stabil. Hal ini berpotensi mengurangi tekanan capital outflow dan memperkuat neraca transaksi modal dan finansial. Dalam pandangannya, jika tren ini terus berlangsung, cadangan devisa nasional berpeluang meningkat ke kisaran USD 155–160 miliar pada akhir 2025. Ia menegaskan bahwa dukungan kebijakan moneter yang responsif akan menjadi kunci keberhasilan menjaga stabilitas ekonomi ke depan.

Selain itu, langkah Bank Indonesia untuk memperluas kerja sama internasional, termasuk dengan negara-negara BRICS, menunjukkan komitmen untuk memperkuat jaring pengaman keuangan global. Inisiatif dalam mengeksplorasi kerja sama sistem pembayaran, pembiayaan berkelanjutan, serta keamanan siber memperkuat ketahanan sektor keuangan Indonesia di tengah meningkatnya risiko digital dan geopolitik global.

Apa yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa stabilitas cadangan devisa bukanlah hasil dari satu kebijakan tunggal, melainkan buah dari sinergi kebijakan fiskal, moneter, dan kerja sama internasional yang terstruktur dan terencana. Meskipun terdapat tantangan seperti perlambatan ekonomi global dan fluktuasi harga komoditas, langkah BI yang terukur memberikan keyakinan bahwa Indonesia memiliki fondasi ekonomi yang kokoh dan tahan terhadap gejolak eksternal.

Ke depan, pemerintah dan otoritas moneter terus berupaya untuk menjaga kesinambungan arah kebijakan yang telah terbukti efektif ini. Penguatan koordinasi lintas sektor, peningkatan kualitas komunikasi kebijakan, serta inovasi dalam pengelolaan instrumen moneter perlu terus ditingkatkan untuk menjaga kepercayaan investor dan memperluas basis pertumbuhan ekonomi domestik.

Kebijakan moneter yang berhasil menjaga stabilitas cadangan devisa memberikan efek berantai bagi perekonomian nasional. Tidak hanya memperkuat nilai tukar rupiah dan menstabilkan harga, tetapi juga menciptakan ruang fiskal yang lebih sehat serta meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia di mata dunia. Hal ini menjadi fondasi penting bagi pembangunan ekonomi jangka panjang dan menjamin keberlanjutan pertumbuhan yang inklusif dan berdaya saing.

Dengan menjaga ketahanan devisa melalui kebijakan yang akurat dan proaktif, Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa kestabilan ekonomi bukan hanya cita-cita, melainkan kenyataan yang terus diupayakan secara konsisten dan terukur.

)* penulis merupakan pengamat kebijakan ekonomi