spot_img
BerandaUncategorizedIndustri Otomotif Masih Prospektif

Industri Otomotif Masih Prospektif

Industri Otomotif Masih Prospektif


Oleh : Kiara Rahayu 


Isu resesi memang memberikan sedikit ancaman di sektor industri maupun investasi, tetapi di Indonesia, Industri otomotif dinilai masih memiliki prospek dan diyakini akan terus tumbuh pada 2023 mendatang.


Ancaman resesi ekonomi global memang berpotensi akan melanda di seluruh dunia pada 2023. Kondisi tersebut sepertinya akan sulit untuk dihindari melihat respons bank sentral dalam rangka meningkatkan upaya untuk menahan inflasi dengan kenaikan suku bunga yang lebih besar.


Kondisi tersebut akan semakin memburuk akibat dari tidak selesainya perang antara Rusia dan Ukraina.


Di tengah tantangan, terjadilah rebound signifikan dari industri otomotif. Padahal, selama pandemi covid-19 industri otomotif diperkirakan mencapai titik terburuk setelah krisis tahun 1998.
Meski demikian industri otomotif dikabarkan akan semakin menggeliat. Pada April 2022, tercatat angka penjualan serta transaksi di Indonesia Internasional Motor Show (IIMS) Hybrid 2022 menigkat sebanyak 108,35 persen dari penjualan 2021.
Selama 11 hari, pameran tersebut telah berhasil menorehkan transaksi sebanyak Rp 3.435.634.425.990 dengan total penjualan sebanyak 9.634 unit kendaraan. Pencapaian IIMS 2022 tersebut tentu saja memberikan sinyal positig terhadap kebangkitan industri otomotif di Indonesia.
Lonjakan penjualan mobil disebabkan oleh adanya permintaan yang lebih kuat karena aktivitas ekonomi menjadi normal, bahkan ketika diskon pajak mobil secara bertahap ditarik, mencerminkan pertumbuhan yang sehat.
Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menilai, bahwa industri otomotif Indonesia merupakan pasar kendaraan bermotor terbesar di ASEAN. Oleh pemerintah, sektor ini diproyeksikan memiliki prospek menjanjikan di masa mendatang bagi perekonomian nasional.
Tumbuhnya perekonomian tersebut didorong dengan adanya penyerapan tenaga kerja yang tinggi, penggunaan komponen dalam negeri, peningkatan daya tarik investor, serta pengurangan impor pada sektor otomotif dalam negeri.
Prospek menjanjikan industri otomotif tersebut kian diperkuat dengan berbagai capaian seperti wholesales pabrik ke dealer mobil baru pada Juni 2022 tercatat sebanyak 79,1 ribu unit atau tumbuh 8,87 persen (yoy).
Selain itu, sektor industri alat angkutan sendiri juga mengalami pertumbuhan signifikan pada Q2-2022 hingga mencapai sebesar 7,35 persen (yoy) dengan kontribusi terhadap PDB Nasional sebesar 1,36 persen.
Pada kesempatan berbeda, Wakil Menteri BUMN, Pahala Mansury, menyampaikan bahwa sektor otomotif sangat penting bagi visi pemerintah untuk mengurangi emisi gas karbon.
Terlebih Indonesia memiliki potensi untuk menjadi salah satu pemain kunci dalam rantai pasok komponen kendaraan listrik di masa depan. Indoneisia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia.’
Berdasarkan catatan kementerian Investasi/BKPM, realisasi investasi asal Jepang di Indonesia pada tahun 2017 hingga Juni 2022 mencapai 20,86 miliar dolar AS atau setara Rp 312 triliun dan berada pada peringkat kedua negara asal investasi ke Indonesia.
Selama periode 2019-2022 negara di Asia Tenggara telah meneriman foreign direct investment atau investasi asing langsung untuk pengembangan industri kendaraan listrik sebesar 25,57 miliar US Dolar.
Hal ini dilaporkan oleh Sekretariat ASEAN dalam ASEAN Investment Report yang dirilis pada September 2022.
Dalam laporan tersebut menjelaskan, meski pandemi, investor industri otomotif di ASEAN tetap aktif, terutama dalam rantai pasok kendaraan listrik.
Kegiatan investasi mulai dari sektor penambangan dan peleburan nikel, produksi baterai dan kendaraan listrik, serta penelitian dan pengembangan infrastruktur baru.
Adapun selama 2019-2022, aliran investasi asing untuk industri kendaraan listrik di kawasan ASEAN paling banyak masuk ke Indonesia, dengan nilai total mencapai 17,8 miliar US Dolar.
Di urutan setelahnya ada Thailand, Malaysia, Filipina dan Singapura seperti terlihat pada grafik. Sedangkan negara ASEAN lainnya, yaitu Myanmar, Kamboja, Laos, Vietnam dan Brunei Darussalam tidak tercatat menerima aliran investasi asing serupa.
Kementerian Investasi mencapat empat perusahaan raksasa dunia masuk ke dalam ekosistem baterai dan mobil listrik. Investasi tersebut memperkuat rencana pemerintah untuk mendorong hilirisasi nikel dan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi baterai dan mobil listrik dunia.
Keempat perusahaan raksasa tersebut adalah ; LG Energy Solutions, Contemporary Amperex Technology atau CATL, Foxconn dan British Volt.

Populasi Tanah Air yang mencapai 270 juta jiwa juga menjadi potensi tersendiri untuk kemajuan program percepatan kendaraan listrik. Tidak heran jika pemerintah RI menargetkan hanya akan menjual kendaraan listrik di tahun 2050.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama Bank Danamon, Yayushi Itagaki, mengatakan bahwa industri otomotif memiliki peranan sangat penting bagi perekonomian nasional.
Sementara itu, Pasca pandemi Covid-19, Selama periode 2019-2022 negara di Asia Tenggara telah meneriman foreign direct investment atau investasi asing langsung untuk pengembangan industri kendaraan listrik sebesar 25,57 miliar US Dolar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa di sektor industri otomotif di Indonesia berada dalam kondisi yang sangat baik. Apalagi di Indonesia di mana 270 juta jiwa tersebar di berbagai pulau.

)* Penulis adalah kontributor Persada Institute