Indonesia Tujuan Investasi Terpopuler di ASEAN
Oleh : Afif Futaqi
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak diminati dan menjadi tujuan para investor dalam upaya menanamkan modal mereka. Bahkan menjadi yang terbaik jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Perkembangan jaman di era sekarang ini tidak bisa dipungkiri lagi pasti dituntut untuk mengarah pada digitalisasi sehingga membuat hampir segala sesuatu dilakukan dengan serba digital.
Era teknologi seperti itu juga turut membentuk bagaimana perekonomian berkembang, termasuk di Indonesia.
Bahkan sangat melesatnya perkembangan digitalisasi dan juga ekonomi digital yang terjadi di Tanah Air sejak beberapa tahun terakhir ini, membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan tujuan berinvestasi paling populer di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Menko Perekomonian Airlangga Hartarto menyebutkan bahwa Indonesia berhasil mewakili sebanyak 40 persen digitalisasi yang telah terjadi di ASEAN dengan nilai jika ditaksir mencapai Rp 300 triliun.
Tentunya itu semua juga tidak bisa dilepaskan dari bagaimana peranan iklim usaha yang sangat kondusif terjadi.
Seperti diketahui bahwa Tanah Air telah memiliki sebanyak lebih dari 2.300 startup dengan 2 decacorn dan juga 8 unicorn. Bahkan pada 2021 lalu saja nilai dari perdagangan digital yang berhasil tercatat mencapai hingga Rp 401 triliun tentunya dengan ada semakin banyaknya aktivitas belanja serba online yang dilakukan oleh masyarakat serta sistem pembayaran yang serba digital membuatnya menjadi semakin meroket. Pertumbuhan yang terjadi itu juga diikuti dengan adanya transaksi QRIS hingga mencapai angka 245 persen dengan nilai transaksi pada digital banking terus mengalami peningkatan angka hingga 20,82 persen secara tahunan.
Terdapat proyeksi yang menyatakan kalau nanti pada tahun 2030 mendatang, nilai ekonomi digital yang dimiliki oleh Indonesia berpotensi bahkan mencapai kenaikan berkali-kali lipat hingga menjadi Rp 4.531 triliun dengan kenaikan uang elektronik sampai 32,25 persen. Sementara itu nilai transaksi pembayaran yang dilakukan dengan menggunakan kartu ATM, debet hingga kredit juga meningkat senilai 5,43 persen menjadi Rp 630,9 triliun.
Airlangga Hartarto juga memaparkan kalau akselerasi terjadi dengan begitu cepat pada digitalisasi ekonomi dan keuangan di Indonesia termasuk salah satunya adalah dikarenakan adanya perbaikan secara inklusif yang telah dilakukan oleh BI dan juga DNKI. Data menunjukkan optimisme inklusi keuangan bahkan hingga mencapai 90 persen proyeksinya pada 2024 yang tentunya disertai dengan adanya enguatan sinergitas serta implementasi pada tingkat Nasional dan juga daerah.
Untuk itu, Pemerintah saat ini terus menujukkan komitmennya demi bisa melakukan reformasi secara struktural pada perekonomian di Tanah Air untuk bisa terus menerus mendukung adanya inovasi serta transformasi ke arah digital. Dengan adanya komitmen yang telah diucapkan oleh Pemerintah tersebut, maka investasi digital akan semakin meningkat karena para pelaku pasar memahami bahwa pertumbuhan ekonomi inklusif sangatlah menjanjikan di Indonesia.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin juga menyatakan bahwa Indonesia berhasil menjadi negara yang paling populer dimasuki investor se-ASEAN, bahkan mampu mengungguli Singapura. Baginya, justru dengan adanya pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu membuat semua orang terpaksa untuk melakukan inovasinya dan harus mampu bertahan dengan menerapkan digitalisasi.
Sejak tahun 2020 hingga 2021 terdapat sebanyak 21 juta masyarakat Indonesia telah menjadi seorang konsumen digital baru, yang mana menuntut adanya efisiensi dan juga kemudahan serta serba praktis dalam bertindak, utamanya dalam hal bertransaksi.
Namun, Ma’ruf Amin juga mengkhawatirkan jika ada pelesatan perubahan perilaku menjadi serba digital seperti sekarang ini, maka juga berpotensi menimbulkan beberapa dampak negatif seperti adanya kelalaian dalam pembayaran pajak dan juga munculnya risiko pengangguran jenis baru. Maka dari itu sangat penting memiliki kemandirian digital.
Pada kesempatan yang lain, Managing Director, Investment Tamasek Fock Wai Hoong menjelaskan jika Indonesia memiliki kemampuan untuk menarik para pemodal bahkan hingga di tingkat global untuk terus masuk menanamkan dana mereka meski di sisi lain memang tidak bisa dipungkiri kalau kondisi pasar dan perekonomian dunia tengah dalam arah yang tak tentu karena adanya ancaman mengenai inflasi hingga resesi.
Jadi meski memang kondisi makroekonomi global pada saat ini terjadi banyak guncangan, namun nyatanya pasar Tanah Air masih memiliki daya tarik kuat yang mampu memikat para pemodal asing untuk terus berdatangan adanya pertumbuhan ekonomi terus terjadi bahkan dengan kuat, yang mana terutama pada sektor seperti pelayanan digital, e-commerce, fintech hingga edtech.
Kekuatan sektor ekonomi digital yang dimiliki oleh Indonesia juga dibuktikan dari bagaimana banyaknya perusahaan yang mulai melakukan pelepasan sahamnya ke publik atau mulai menyelenggarakan IPO di Bursa Efek. Menurut Fock Wai Hoong, pertumbuhan digital ekonomi yang sangat melesat di Tanah Air disebabkan pula oleh banyaknya jumlah populasi masyarakat yang turut merasakan kemajuan teknologi dengan menggunakan internet di jaman sekarang.
Berbagai percepatan pertumbuhan yang terjadi pada sektor ekonomi digital di Indonesia tersebut akhirnya membuat para pemodal berbondong-bondong untuk menanamkan kekayaan mereka dengan melakukan investasi di Tanah Air dan menjadikannya sebagai paling populer di kawasan ASEAN. Dengan adanya kepercayaan ini, maka investor lain diharapkan tidak ragu untuk terus mengembangkan modalnya di Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute