spot_img
BerandaBisnisIndonesia Jadi Tujuan Investasi Berbasis Inovasi

Indonesia Jadi Tujuan Investasi Berbasis Inovasi

Indonesia Jadi Tujuan Investasi Berbasis Inovasi


Oleh : Putu Raditya 


Indonesia merupakan negara favorit untuk dijadikan tujuan investasi oleh banyak negara. Investasi yang datang berbasis inovasi karena kita sudah punya sumber daya manusia yang mumpuni.

Dengan investasi maka kita optimis keadaan finansial negara akan membaik pasca dipukul pandemi.


Pandemi memukul telak banyak negara, termasuk Indonesia. Kita berusaha bangkit agar tidak krisis berkepanjangan, dan caranya adalah dengan membuka pintu bagi para investor.

Mereka tertarik untuk menanamkan modal di Indonesia karena memiliki banyak potensi, seperti bahan tambang dan juga sumber daya manusia yang cerdas.


Ada banyak perusahaan yang mau berinvestasi di Indonesia karena di negeri kita wilayahnya cukup luas, sehingga saat pabrik didirikan tidak akan mengganggu sekitarnya.

Di antara mereka yang semangat untuk menanamkan modal adalah Tesla Inc, yang dikenal sebagai produsen mobil listrik kualitas wahid, yang berasal dari Amerika Serikat.
Namun Tesla Inc tidak membangun pabrik mobil listrik, melainkan power bank raksasa (energy storage system). Masuknya investasi ini amat baik karena 2 tahun lalu Tesla memang sempat ingin menanamkan modal tetapi dibatalkan. Dengan masuknya perusahaan berbasis teknologi maka membuktikan investasi di Indonesia berbasis inovasi.
Dalam artian, investasi yang masuk bukan hanya perusahaan garmen atau yang lain, tetapi juga perusahaan berbasis inovasi seperti Tesla Inc. Indonesia dianggap mampu untuk menerima penanaman modal asing dari perusahaan sekelas Tesla, karena memiliki sumber daya manusia yang cerdas.
Sumber daya manusia di Indonesia bukan hanya buruh kasar tetapi juga karyawan yang ahli dalam bidang informasi tehnologi dan bidang lain. Hal ini yang membuat Tesla percaya bahwa kita mampu untuk diajak kerja sama yang saling menguntungkan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) Arsjad Rasjid menyatakan bahwa Indonesia tengah menjadi salah satu negara tujuan investasi. Dalam dua tahun terakhir, saat pandemi melanda, investasi tetap tumbuh. Tahun 2021 realisasi investasi asing tumbuh sebesar 10% yakni 454 triliun.
Naiknya investasi asing di Indonesia membuat banyak negara tertarik untuk masuk dan menanamkan modalnya. Mereka percaya bahwa berinvestasi di negeri ini akan membawa keuntungan yang besar. Apalagi investasi berbasis inovasi juga didukung oleh banyak hal selain sumber daya manusia, yakni payung hukum yang kuat (dengan adanya UU Cipta Kerja), sumber daya alam yang melimpah, dan pasokan listrik yang stabil.
Selain Tesla, ada beberapa perusahaan lain yang akan berinvestasi di bidang inovasi, khususnya baterai mobil listrik. Pertama ada Contemporary Amperex Technology yang akan membuat pabrik baterai terintegrasi. Nilai investasinya juga tidak main-main, yakni 5,2 miliar dollar.
Sedangkan perusahaan kedua adalah LG Energy Solution dari Korea Selatan yang berinvestasi sebesari 9,8 milliar dollar saat membangun industri baterai. Perusahaan ketiga adalah BASF yang akan membuat industri percusor dan katoda.
Menteri investasi Bahlil Lahadalia menyatakan bahwa jika ketiga perusahaan ini sudah fix dan membangun industri baterai mobil listrik di Indonesia maka dunia akan mulai merasakan kehadiran Indonesia dalam rangka kontribusinya terhadap industri baru terbarukan, khususnya mobil listrik.
Jika ada banyak perusahaan berbasis inovasi yang masuk ke Indonesia maka akan disusul dengan berbagai perusahaan lain dan mereka mau berinvestasi karena memiliki kepercayaan yang tinggi. Tesla saja mau untuk menanamkan modal, mengapa mereka tidak?
Indonesia jadi negara dengan tujuan investasi berbasis inovasi dan kepercayaan dari perusahaan sebesar Tesla sudah muncul, serta mereka benar-benar masuk untuk membangun industri dalam rangka menyokong produksi mobil listrik. Dengan banyaknya investor maka masyarakat yang diuntungkan karena mereka bisa melamar kerja di industri yang dibuat oleh perusahaan hasil penanaman modal.
)* Penulis adalah kontributor Nusa Pers Institute