spot_img
BerandaUncategorizedIndonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2 di Bali, Usung Kerja Sama...

Indonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2 di Bali, Usung Kerja Sama Global South

Indonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2 di Bali, Usung Kerja Sama Global South

Bali – Indonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2 menandai era baru dalam kerja sama antara Indonesia dan negara-negara Afrika. Dengan tema “Bandung Spirit for Africa’s Agenda 2063,” forum ini tidak hanya merayakan sejarah panjang hubungan antara kedua belah pihak sejak Konferensi Asia-Afrika tahun 1955, tetapi juga mengukuhkan komitmen mereka dalam menghadapi tantangan global masa kini dan mendatang.

Presiden Joko Widodo menekankan pentingnya solidaritas antar negara-negara Global South dan menggambarkan forum ini sebagai langkah konkret untuk memperdalam kerjasama yang saling menguntungkan.

Jokowi juga menyebut, suatu kehormatan bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah untuk menyelenggarakan konferensi tingkat tinggi dari Forum Indonesia Afrika yang kedua. Dia menyebut forum ini didedikasikan untuk memajukan pembangunan global yang inklusif dan berkelanjutan.

Dalam kesempatan tersebut presiden Joko Widodo memperkenalkan Presiden terpilih Prabowo Subianto di hadapan Forum Indonesia-Afrika (IAF)

“Pada kesempatan yang menggembirakan ini izinkan saya untuk memperkenalkan presiden terpilih Indonesia, Bapak Prabowo Subianto yang akan dilantik bulan depan dan akan memimpin Indonesia ke depannya,” kata Jokowi pada saat membuka jamuan makan malam peserta IAF.

Indonesia tetap fokus pada empat sektor utama yang menjadi fokus kerjasama yakni terkait ketahanan pangan, energi, kesehatan, dan mineral.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi di hadapan para Ketua Parlemen Indonesia dan negara-negara Afrika, Retno menyambut baik diselenggarakannya IAPF. Ini mencerminkan persahabatan erat dan kesamaan nilai antara Indonesia dan negara-negara Afrika.

“Meskipun kita terpisah secara geografis, kesamaan nilai-nilai solidaritas dan kesetaraan yang berakar dari Semangat Bandung (Bandung Spirit) Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 terus menyatukan kita,” ujar Menlu RI.
Indonesia terus berkomitmen untuk mempererat hubungan ini dengan mewujudkan Semangat Bandung ke dalam kerja sama praktis yang menguntungkan masyarakat Indonesia dan negara-negara Afrika. Spirit Bandung terus disebut-sebut dalam pertemuan IAPF ini

Forum ini juga menjadi ajang penting untuk mengatasi isu proteksionisme, terutama dalam konteks kebijakan lingkungan yang sering kali menghambat negara berkembang. Dialog antar peserta menghasilkan pembahasan yang konstruktif tentang bagaimana negara-negara Global South bisa bekerja sama untuk menghadapi praktik-praktik diskriminatif dan mempromosikan kebijakan yang lebih adil di kancah internasional.

Dengan dihadiri oleh kepala negara dan pejabat tinggi dari berbagai negara Afrika, IAF Ke-2 tidak hanya sebagai forum dialog, tetapi juga sebagai platform untuk menandatangani nota kesepahaman yang signifikan. Total nilai MoU yang ditandatangani mencapai US$3,5 miliar, mencakup berbagai proyek yang diharapkan dapat meningkatkan konektivitas ekonomi antara Indonesia dan Afrika. Ini mencerminkan potensi besar untuk diversifikasi pasar ekspor, pasokan komoditas, dan investasi luar negeri yang saling menguntungkan.

Di tengah kondisi global yang tidak menentu, ketidakpastian ekonomi dan meningkatnya ketegangan geopolitik, dan juga dampak dari perubahan iklim, Retno menekankan pentingnya kolaborasi antar-parlemen. Menurutnya, kolaborasi ini memungkinkan parlemen untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam menemukan solusi bersama

Acara ini tidak hanya menandai komitmen bersama untuk masa depan yang lebih cerah, tetapi juga sebagai pengingat bahwa kerja sama berbasis kepercayaan dan saling pengertian adalah kunci untuk mengatasi banyak tantangan global saat ini. Dengan semangat tersebut, Indonesia dan Afrika siap menjalankan kerjasama yang membawa dampak positif bagi kedua belah pihak dan lebih luas lagi, bagi seluruh dunia.

Menlu menekankan bahwa perdamaian dan stabilitas adalah syarat utama bagi jalannya pembangunan. Dalam isu Palestina, Menlu menyampaikan pentingnya parlemen memainkan peran dalam memobilisasi tekanan publik internasional, mendukung bantuan kemanusiaan, serta mendorong two-state solution.

“Bersama-sama, kita harus terus perjuangkan keadilan dan kemanusiaan bagi rakyat Palestina,” tegasnya.
*