Harga BBM di Indonesia Termasuk yang Termurah di Dunia
Oleh : Alif Fikri
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia termasuk yang termurah di dunia, meskipun Pemerintah telah menaikan harga Pertamax. Masyarakat pun diimbau bijak menyikapi kenaikan Pertamax karena penyesuaian harga tersebut merupakan kebijakan yang tidak dapat dihindari.
Kenaikan harga BBM di Indonesia tak bisa dielakkan, PT Pertamina menaikkan harga bahan bakar minyak jenis Pertamax pada 1 April 2022 dari Rp 9.000 menjadi Rp 12.500 per liter.
Kenaikan yang tak terhindarkan ini merupakan dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina. Meski demikian, harga Pertamax di Indonesia termasuk yang termurah di dunia.
Piter Abdullah selaku Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menyatakan bahwa walaupun naik, sebenarnya harga Pertamax di termasuk paling murah di dunia.
Piter menekankan, masyarakat harus paham bahwa kenaikan harga harus dilakukan. Selain itu, kenaikan harga hanya diberlakukan untuk BBM non subsidi, yakni Pertamax yang sebenarnya ditujukan untuk masyarakat kelas menengah ke atas. Itu pun volume penjualan Pertamax juga kecil, hanya 14% dari total penjualan BBM Pertamina.
Di sisi lain, pemerintah tidak menaikkan harga BBM dan LPG subsidi, termasuk Pertalite, Biosolar, dan gas melon yang notabene ditujukan untuk kalangan menengah ke bawah, hingga saat ini tidak terjadi kenaikan harga.
Piter menjelaskan, harga baru Pertamax sebesar Rp 12.500 per liter sebenarnya juga masih jauh di bawah harga keekonomian Rp 16.000 per liter. Dengan demikian, pertamina sebenarnya masih memberikan subsidi pada Pertamax sebesar Rp 3.500 per liter.
Dengan segala kondisi ini, bisa dipahami bahwa kebijakan kenaikan harga Pertamax sudah tepat. Tinggal bagaimana pemerintah nantinya bisa mengkomunikasikan kepada masyarakat dengan baik terkait dengan kondisi yang ada saat ini.
Data dari Global Petro Prices menyebutkan bahwa harga Pertamax yang dijual seharga Rp 12.500 per liter jauh lebih murah dibandingkan dengan BBM sejenis di negara-negara ASEAN. Di Singapura, BBM serupa Pertamax dipatok Rp 30.208 per liter, Laos Rp 24.767 per liter, Filipina Rp 20.828 per liter, Kamboja Rp 20.521 per liter, Thailand Rp 19.767 per liter dan Vietnam Rp 16.500 per liter.
Satu-satunya negara Asia Tenggara yang menjual BBM sejenis lebih murah adalah Malaysia yaitu Rp 6.965 per liter. Tetapi harus diingat, bahwa di Malaysia, BBM setara Pertamax memang mendapat subsidi, sehingga harganya lebih rendah. Sedangkan di Indonesia, Subsidi diberikan kepada Pertalite.
Di Hongkong, harga BBM sejenis Pertamax juga jauh lebih mahal, yakni mencapai Rp 41.346 per liter, Belanda Rp 36.148 per liter, bahkan di Zimbabwe Rp 33.795 per liter. Di dalam negeri, harga Pertamax lebih murah dibandingkan SPBU swasta yang menjual BBM dengan RON 92 dengan harga Rp 12.900 hingga Rp 16.000 per liter.
Kondisi serupa juga terjadi pada harga LPG. Bright gas keluaran Pertamina dijual Rp 15.725 per kilogram, jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain, seperti Vietnam Rp 26.927 per kilogram, Filipina Rp 26.989 per kilogram dan Singapura Rp 29.927 per kilogram. Hanya Malaysia yang lebih rendah, yaitu Rp 6.466 per kilogram.
Tetapi Gas Petronas 12 Kg tersebut merupakan produk subsidi dari pemerintah Malaysia, sehingga bisa dijual lebih murah. Oleh karena itu, Piter meminta kepada kalangan mahasiswa untuk bijak dalam menyikapi kenaikan harga BBM Pertamax tersebut.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo mengaku, bahwa tidak mudah menghadapi kondisi perekonomian saat ini. Salah satu tantangannya adalah pemerintah tidak bisa lagi menahan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di tengah lonjakan harga minyak dunia.
Dalam kesempatan sidang Kabinet di Istana Negara, Jokowi mengatakan, Situasinya tidak memungkinkan. Tidak mungkin tidak menaikkan harga BBM, oleh sebab itu harga Pertamax naik.
Dirinya juga memerintahkan kepada para menterinya untuk terus waspada dan menghitung kenaikan harga tiap pekan. Jokowi mengatakan, hampir seluruh negara saat ini mengalami inflasi. Tak terkecuali Amerika Serikat yang mengalami inflasi mencapai 7.9% dari yang biasanya di bawah 1%.
Dengan harga Pertamax di Indonesia saat ini, tentu saja kita perlu membuka mata secara global bahwa BBM Pertamina di Indonesia masih termasuk dalam kategori murah di khususnya di Asia Tenggara. Semua pihak diharapkan dapat menahan diri dan menyikapi penyesuaian harga Pertamax secara tepat, salah satunya dengan perubahan pola konsumsi.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute