Doa dan Merah Putih Sambut Pulihnya Jembatan Teupin Reudeup Aceh

Doa dan Merah Putih Sambut Pulihnya Jembatan Teupin Reudeup Aceh

Oleh : Bimala Calya

Suasana haru dirasakan di kawasan Teupin Reudeup, Aceh, ketika ratusan warga bersama personel TNI melintasi jembatan yang kembali tersambung setelah berminggu-minggu terputus akibat banjir bandang. Langkah-langkah yang menyusuri badan jembatan itu diiringi kumandang sholawat dan doa bersama, menciptakan nuansa religius yang kental dengan rasa syukur. Di sepanjang jembatan, bendera Merah Putih dikibarkan, seolah menegaskan bahwa pulihnya infrastruktur ini bukan sekadar persoalan teknis, melainkan juga simbol kebangkitan dan harapan bagi masyarakat yang sempat terisolasi akibat bencana.

 

 

 

 

Doa bersama tersebut dijadikan ungkapan syukur atas kerja keras berbagai pihak yang telah dilibatkan dalam proses pemulihan jembatan. Selama berminggu-minggu, jembatan Teupin Reudeup tidak dapat difungsikan, sehingga aktivitas masyarakat terganggu dan jalur transportasi antardaerah terputus. Dengan kembali tersambungnya jembatan ini, akses vital seperti jalur Aceh Tenggara–Gayo Lues serta Banda Aceh–Aceh Tengah melalui Beutong Ateuh, Kabupaten Nagan Raya, kembali terbuka. Kehadiran jembatan yang pulih ini dipandang sebagai kunci bagi pemulihan aktivitas ekonomi dan sosial warga di kawasan tersebut.

 

 

 

 

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Abdul Muhari, telah disampaikan bahwa jembatan Teupin Reudeup sudah dapat dilalui kendaraan roda empat. Namun demikian, telah ditegaskan bahwa pengoperasian masih dilakukan secara terbatas, terutama untuk mendukung distribusi logistik dan kebutuhan darurat masyarakat. Langkah ini ditempuh untuk memastikan aspek keselamatan tetap terjaga sembari menunggu kondisi jembatan benar-benar stabil.

 

 

 

 

Proses penyambungan jembatan dipimpin langsung oleh Bupati Bireuen, Mukhlis. Infrastruktur sepanjang 39 meter tersebut dibangun menggunakan material dari Kementerian Pekerjaan Umum dan dikerjakan oleh personel Batalion Zeni Tempur 16/Dhika Anoraga. Pihak Pusat Penerangan TNI telah dijelaskan bahwa berbagai pekerjaan teknis telah dirampungkan, mulai dari penyetelan baut papan lantai hingga pemasangan gelagar rambatan. Setelah seluruh tahapan tersebut diselesaikan, jembatan dinyatakan siap difungsikan secara bertahap guna memperlancar lalu lintas dan mendukung aktivitas masyarakat sehari-hari.

 

 

 

 

Pulihnya Jembatan Teupin Reudeup tidak hanya dipandang sebagai keberhasilan pembangunan fisik, tetapi juga sebagai momentum pemulihan psikologis warga pascabencana. Jembatan ini selama bertahun-tahun telah menjadi urat nadi transportasi yang menghubungkan desa, kecamatan, hingga kabupaten. Ketika jembatan terputus, rasa keterasingan dan keterbatasan sempat dirasakan masyarakat. Oleh karena itu, kembalinya fungsi jembatan ini dianggap telah mengembalikan harapan untuk menjalani kehidupan yang lebih normal.

 

 

 

 

Di sisi lain, pemasangan Jembatan Bailey yang menghubungkan Gampong Teupin Reudeup, Kecamatan Peusangan Selatan, dengan Gampong Awe Geutah, Kecamatan Peusangan Siblah Krueng, Kabupaten Bireuen, juga menunjukkan progres signifikan. Pada Kamis sore, 18 Desember 2025, jembatan sementara tersebut sudah mulai dapat dilalui kendaraan roda dua. Keberadaan jembatan ini dimanfaatkan sebagai jalur alternatif penghubung Jalan Nasional Medan–Banda Aceh yang sempat terganggu akibat bencana.

 

 

 

 

Berdasarkan pantauan di lapangan, kehadiran jembatan Bailey ini menarik perhatian masyarakat sekitar. Warga berbondong-bondong datang untuk menyaksikan secara langsung kesiapan jembatan yang telah lama dinantikan pascabanjir bandang pada akhir November lalu. Momen tersebut banyak diabadikan melalui foto dan video, baik sebagai dokumentasi pribadi maupun untuk dibagikan di media sosial. Awalnya, jembatan ini ditargetkan rampung pada Jumat, namun upaya percepatan yang dilakukan pemerintah daerah bersama tim teknis membuat jembatan dapat dimanfaatkan lebih awal, meskipun masih terbatas untuk kendaraan roda dua.

 

 

 

 

Jembatan Bailey tersebut dibangun sebagai solusi sementara untuk mengalihkan arus lalu lintas di jalur Aceh–Medan, khususnya di wilayah Kabupaten Bireuen. Sebelumnya, Jembatan Kuta Blang mengalami kerusakan parah dan putus akibat banjir bandang pada 25 November 2025. Putusnya jembatan utama itu sempat mengganggu kelancaran arus transportasi dan aktivitas ekonomi masyarakat, mengingat jalur tersebut merupakan akses nasional yang sangat vital.

 

 

 

 

Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST, mengatakan bahwa jembatan Bailey yang dipasang memiliki panjang sekitar 36 meter dan disambungkan dengan sisa konstruksi jembatan rangka baja lama yang masih memungkinkan untuk digunakan. Demi menjaga faktor keselamatan, telah ditegaskan bahwa jembatan ini hanya diperuntukkan bagi kendaraan dengan beban maksimal 12 ton. Pembatasan tersebut diterapkan sebagai langkah preventif untuk menghindari risiko kerusakan maupun kecelakaan.

 

 

 

 

Proses pemasangan jembatan Bailey tidak terlepas dari sejumlah kendala teknis. Material jembatan yang berasal dari tiga unit jembatan Bailey berbeda harus digabungkan menjadi satu konstruksi utuh, sehingga menuntut ketelitian dan penyesuaian teknis yang lebih kompleks di lapangan. Kondisi ini menyebabkan waktu pengerjaan sedikit lebih lama dari perencanaan awal.

 

 

 

 

Sementara itu, Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, telah melakukan peninjauan langsung terhadap progres pembangunan jembatan darurat tersebut. Jembatan Bailey sepanjang sekitar 35 meter itu disiapkan sebagai jalur alternatif sementara pada lintas nasional Banda Aceh–Medan. Hingga saat ini, pengerjaan telah memasuki tahap penyelesaian akhir, namun jembatan belum dibuka untuk umum sebelum seluruh aspek teknis dan keselamatan dinyatakan memenuhi standar.

 

 

 

 

Pembangunan jembatan darurat ini dipandang sebagai langkah cepat pemerintah untuk menjaga konektivitas wilayah, mengingat perbaikan jembatan permanen membutuhkan waktu yang tidak singkat. Setelah rampung dan dinyatakan laik fungsi, jembatan Bailey tersebut diharapkan dapat kembali menghubungkan Kabupaten Bireuen dengan Aceh Utara. Dengan tersambungnya kembali jalur nasional ini, arus transportasi dan mobilitas masyarakat pada rute Banda Aceh–Medan diharapkan dapat pulih secara bertahap, seiring doa dan harapan yang terus dipanjatkan oleh warga Teupin Reudeup di bawah kibaran Merah Putih.

 

 

 

 

)* Penulis adalah seorang Pengamat Sosial