spot_img
BerandaUncategorizedDeklarasi Damai Guna Tolak Provokasi di Papua

Deklarasi Damai Guna Tolak Provokasi di Papua

Deklarasi Damai Guna Tolak Provokasi di Papua

Oleh : Loa Murib

Tanah Papua, yang merupakan bagian integral dari keberagaman budaya Indonesia, kembali menjadi pusat perhatian setelah meninggalnya mantan Gubernur Papua, Lukas Enembe. Menjelang akhir tahun 2023, Forum Lintas Suku Asli Papua dan Nusantara menggelar deklarasi damai di Polresta Sorong Kota, Provinsi Papua Barat Daya, sebagai respons atas peristiwa tersebut. Pertemuan ini memiliki tujuan mulia untuk menjaga Sorong tetap aman dan damai pasca-kepergian Lukas Enembe.

Ketua Forum Suku Asli Papua Provinsi Papua Barat Daya, Ellyas Yumte, menyuarakan keprihatinannya terhadap situasi di Jayapura yang mengakibatkan banyak korban jiwa. Ellyas mengajak semua pihak untuk menyikapi kondisi tersebut dengan kepala dingin. Kejadian ini tidak hanya merupakan kehilangan bagi orang asli Papua (OAP) di Bumi Cenderawasih, tetapi juga menjadi panggilan untuk menciptakan damai di tengah situasi sulit.

Ellyas mengingatkan agar masyarakat tidak memperkeruh situasi dengan menyebarkan isu hoaks yang tidak jelas asalnya. Terlebih lagi, dalam momen yang penuh keprihatinan ini, kehati-hatian dan kebijaksanaan sangat diperlukan. Hoaks hanya akan memperkeruh suasana dan membuat masyarakat semakin terpecah belah.
Tidak hanya menyerukan damai, Ellyas juga mengajak kepolisian untuk serius menangani peredaran minuman keras (miras) di wilayah Polresta Sorong Kota. Ia menekankan bahwa banyak masalah di Sorong, jika bukan karena hoaks, sering kali terkait dengan miras. Oleh karena itu, pengawasan terhadap peredaran miras perlu ditingkatkan untuk menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
Deklarasi damai ini juga diharapkan dapat menciptakan suasana yang kondusif menjelang Tahun Baru 2024. Ellyas berharap melalui upaya bersama dalam memelihara kedamaian, masyarakat dapat menyambut tahun baru dengan penuh kebahagiaan dan tanpa kekhawatiran yang berlebihan.
Kapolresta Sorong Kota, Kombes Pol Happy Perdana Yudianto, mengucapkan rasa syukurnya atas dukungan dari seluruh pihak di Sorong, akan menindaklanjuti bahwa masukan dari para tokoh masyarakat, dan tindakan akan segera diambil terkait peredaran miras di wilayah Sorong. Happy juga memberikan peringatan agar masyarakat tidak terprovokasi dan memanasi situasi lewat media sosial. Ini merupakan panggilan untuk bersama-sama menjaga ketenangan di luar Sorong, sehingga kondisi tetap kondusif.
Situasi di Papua memang membutuhkan kebijaksanaan dan kepedulian dari semua pihak. Menghormati hasil deklarasi damai ini adalah langkah awal yang penting untuk menciptakan kesejahteraan dan keamanan di Tanah Papua. Semua elemen masyarakat diharapkan dapat bekerja sama untuk meredakan ketegangan dan menolak provokasi yang dapat memicu konflik. Dengan demikian, Tanah Papua akan tetap menjadi bagian yang damai dan harmonis dari NKRI.
Seorang tokoh agama di Papua, Sekretaris Umum (Sekum) Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia (Kingmi) di Tanah Papua, Pendeta (Pdt) Dr. Yones Wenda, memberikan imbauan kepada seluruh masyarakat untuk tetap tenang dan tidak mudah terprovokasi. Dalam pernyataannya, Pdt Yones Wenda menyampaikan bahwa kematian seseorang, termasuk Lukas Enembe, adalah sebuah musibah yang harus dihadapi dengan kepala dingin dan sikap bijak.
Momen ini terasa lebih berat karena terjadi di tengah-tengah perayaan Hari Raya Natal. Pdt Yones Wenda mengingatkan bahwa suasana Natal seharusnya diisi dengan suka cita, dan aksi-aksi yang dapat mengganggu damai Natal sebaiknya dihindari. Ia memohon kepada seluruh masyarakat Papua untuk tidak melakukan tindakan-tindakan tambahan yang dapat memperkeruh suasana, karena hal tersebut hanya akan membuat mereka menjadi korban yang tidak perlu.
Pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat secara bersama-sama harus bekerja untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, terutama di tengah gejolak emosional pasca-kematian Lukas Enembe. Mengedepankan dialog, toleransi, dan sikap bijak dalam menyikapi perbedaan adalah langkah yang diperlukan untuk menghindari potensi konflik yang lebih besar.
Dengan menghormati imbauan tokoh agama seperti Pdt Yones Wenda, diharapkan masyarakat Papua dapat menjaga kedamaian, menolak provokasi, dan bersatu dalam menghadapi masa sulit ini. Tanah Papua yang damai dan harmonis adalah harapan bersama, dan untuk mewujudkannya, setiap individu memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga kedamaian di wilayahnya masing-masing.
Langkah-langkah konkret perlu diambil untuk menghindari provokasi dan konflik di Papua. Masyarakat diharapkan untuk tidak terpengaruh oleh aksi-aksi atau gerakan tambahan yang dapat memicu ketegangan. Pemerintah, tokoh masyarakat, dan semua elemen yang terlibat perlu bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang kondusif. Ini mencakup mengawasi peredaran informasi dan menghindari penyebaran hoaks yang dapat memperkeruh suasana.
Kedamaian di Papua dapat dijaga melalui solidaritas dan dialog. Solidaritas antarwarga Papua, tanpa memandang suku, agama, atau kelompok tertentu, sangat penting. Dialog terbuka dan konstruktif juga diperlukan untuk menciptakan pemahaman bersama dan mencari solusi terbaik dalam menghadapi situasi pasca-kematian Lukas Enembe.

)* Penulis adalah Mahasiswa Papua di Surabaya