Danantara dan Asta Cita: Fondasi Harmoni Baru Pasca Demo

Danantara dan Asta Cita: Fondasi Harmoni Baru Pasca Demo

Oleh : Carrisa Alvina

Gelombang demonstrasi beberapa waktu lalu menyisakan luka mendalam bagi bangsa. Namun, di balik gejolak tersebut, lahir kesadaran bahwa arah pembangunan Indonesia harus semakin terarah, terukur, dan berpijak pada prinsip harmoni.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa pemulihan pasca demo bukan hanya menyangkut stabilitas keamanan, tetapi juga bagaimana ekonomi dan kehidupan sosial berjalan seimbang. Pada titik inilah, sinergi antara program pembangunan Asta Cita dengan keberadaan Danantara menjadi fondasi yang diyakini mampu menghadirkan harmoni baru bagi bangsa.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Asta Cita telah diposisikan sebagai kompas besar dalam mewujudkan pembangunan hingga menyasar ke seluruh pelosok negeri, diketahui bahwa terdapat berisi delapan pilar yang menegaskan komitmen negara terhadap keadilan, kemandirian, pemerataan, hingga penguatan toleransi.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Salah satu misi penting dalam Asta Cita ialah membangun kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, budaya, serta meningkatkan toleransi antarumat beragama. Nilai-nilai tersebut menegaskan bahwa pembangunan tidak hanya mengejar angka pertumbuhan, melainkan juga kualitas kehidupan bersama.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Di sisi lain, Danantara hadir sebagai instrumen strategis untuk mengelola aset negara, memperkuat investasi, dan menstabilkan pasar. Lembaga ini dirancang sebagai superholding BUMN sekaligus sovereign wealth fund yang bertugas mengoptimalkan kekayaan negara demi pertumbuhan jangka panjang. Danantara membawa mandat untuk menjaga stabilitas keuangan, menciptakan lapangan kerja, dan mempercepat industrialisasi, sehingga kesejahteraan dapat dirasakan lebih merata.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Anggota DPR RI, Bambang Soesatyo menegaskan bahwa lahirnya Danantara melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025 semakin memberi legitimasi hukum yang kokoh. Baginya, legitimasi tersebut merupakan hal yang penting agar setiap langkah pengelolaan investasi dapat berjalan transparan dan akuntabel.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ia menilai Danantara sebagai motor baru perekonomian yang harus didukung seluruh elemen bangsa. Dalam pandangannya, peran lembaga seperti BPK dan KPK menjadi kunci menjaga Danantara tetap berfungsi sesuai tujuan pembangunan nasional, bukan sekadar kepentingan sesaat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rosan Roeslani memandang Danantara sebagai jangkar stabilitas pasar sekaligus katalis pertumbuhan. Ia menekankan bahwa lembaga ini berfungsi meredam gejolak, termasuk ketika pasar modal tertekan oleh aksi jual investor asing.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Menurutnya, fokus investasi pada sektor vital seperti hilirisasi sumber daya alam, energi baru terbarukan, manufaktur canggih, hingga transformasi digital bukan hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memperkuat daya saing bangsa di kancah global. Rosan menilai tata kelola berbasis transparansi dan profesionalitas menjadi fondasi agar Danantara benar-benar dipercaya investor domestik maupun internasional.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pandangan senada datang dari Herry Gunawan yang menekankan bahwa Danantara mampu menjawab keterbatasan modal yang selama ini menghambat percepatan ekonomi. Ia melihat lembaga ini dapat memperbesar rasio investasi terhadap PDB sehingga target pertumbuhan delapan persen pada 2029 menjadi realistis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Baginya, sinergi Danantara dengan arah pembangunan Asta Cita akan melahirkan pemerataan ekonomi yang lebih luas, memperkecil kesenjangan, dan memberikan akses peluang yang lebih adil bagi masyarakat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sinergi antara Danantara dan Asta Cita menghadirkan kerangka harmoni baru. Asta Cita berfungsi sebagai visi pembangunan yang mengedepankan keadilan sosial, toleransi, serta kelestarian lingkungan, sedangkan Danantara bertindak sebagai penggerak ekonomi yang mengoptimalkan sumber daya untuk mewujudkan visi tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keduanya membentuk lingkaran saling menguatkan: visi pembangunan yang jelas memberikan arah bagi investasi, sementara instrumen investasi yang kuat menyediakan modal bagi pencapaian visi itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harmoni yang dihadirkan bukan hanya harmoni sosial, melainkan juga harmoni ekonomi. Dengan Danantara mengelola lebih dari Rp14 ribu triliun aset BUMN, peluang terciptanya lapangan kerja baru semakin terbuka.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sektor-sektor prioritas yang menjadi fokus investasi akan mendukung pemerataan pembangunan dari desa hingga kota, selaras dengan misi Asta Cita untuk membangun dari bawah dan memberantas kemiskinan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bambang Soesatyo mengingatkan bahwa tantangan terbesarnya adalah memastikan tata kelola yang benar-benar bersih dari intervensi politik. Ia menekankan pentingnya pengawasan berlapis agar Danantara tidak terjebak pada penyalahgunaan wewenang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Rosan menambahkan bahwa kepercayaan investor hanya bisa tumbuh bila prinsip good governance benar-benar dijalankan. Herry melihat peluang besar itu hanya bisa tercapai bila Danantara tetap konsisten pada mandatnya sebagai katalis pertumbuhan, bukan sebagai alat politik jangka pendek.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pasca demo, masyarakat membutuhkan bukti nyata bahwa arah pembangunan bangsa tidak hanya menjanjikan, tetapi juga mampu menciptakan rasa aman, adil, dan makmur. Sinergi antara Asta Cita sebagai visi dan Danantara sebagai instrumen menjadi jawaban atas keresahan publik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keharmonisan yang lahir dari kolaborasi keduanya diharapkan dapat memperkuat persatuan, menjaga stabilitas, dan membawa Indonesia semakin dekat pada cita-cita besar Indonesia Emas 2045.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Harmoni baru bangsa tidak lagi sebatas slogan, melainkan harus terwujud melalui langkah konkret. Dengan Danantara sebagai pilar ekonomi dan Asta Cita sebagai arah pembangunan, stabilitas pasca demo dapat diubah menjadi momentum. Momentum itu harus dijaga agar Indonesia melangkah maju dengan penuh keyakinan, lebih kuat menghadapi gejolak global, sekaligus lebih damai dalam kehidupan sosial. (*)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

)* Penulis adalah kontributor Lingkar Khatulistiwa Institute