Cegah Gangguan KST Jelang Natal, TNI – Polri Tingkatkan Patroli Keamanan
Oleh: Elen Laurens Manggarai
Aksi teror Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua masih berpotensi mengganggu perayaan Natal di Papua mendatang. Sejak pertengahan November lalu, mereka beberapa kali melakukan penyerangan yang menyebabkan korban jiwa masyarakat sipil maupun aparat keamanan.
Masyarakat diminta untuk terus waspada akan serangan KST, tetapi mereka tidak perlu takut untuk merayakan Natal karena aparat akan terus bersiaga mengamankan mereka dan memperketat penjagaan di Papua.
Awal bulan Desember di saat mereka akan merayakan HUT nya, baku tembak terjadi antara pihak TNI dengan KSTP pimpinan Manfred Fatem, di Dusun Aimasa Lama, Kampung Ayata, Distrik Aifat Timur Tengah, Kabupaten Maybrat, Provinsi Papua Barat Daya. Akibatnya, ratusan warga merasa ketakutan, sebanyak 149 orang dari 34 keluarga di permukiman tersebut mengungsi ke sejumlah lokasi yang aman, seperti kediaman kerabatnya hingga ke sekolah di Ayata, Maybrat.
Kejadian bermula dari rencana pengibaran bendera bintang kejora di Kampung Ayata oleh KST yang kemudian digagalkan Satgas Yonif 133/YS dan berujung pada baku tembak. Kelompok KST kemudian melarikan diri ke arah hutan. Beberapa kali terdengar tembakan sebagai bentuk intimidasi mereka kepada masyarakat.
Setelah kejadian tersebut pihak TNI berupaya menjamin keselamatan para warga dusun tersebut. Satgas Yonif 133 turut memberi pengamanan kepada warga, dan juga memberikan pelayanan kesehatan serta logistik.
Aksi KST yang berpotensi akan mengganggu jalannya perayaan Misa Natal, tentunya telah menjadi atensi bagi para aparat keamanan. TNI pun tengah menyusun cara untuk mengantisipasi dan mengatasi aksi KST tersebut demi keamanan Papua, salah satu caranya patroli memakai drone. Panglima TNI Jenderal, Agus Subiyanto menyebutkan TNI telah menggunakan teknologi drone untuk memantau situasi di Papua. Hal ini dinilai efektif dan lebih aman bagi para prajurit yang melaksanakan tugas operasi. Teknologi ini dimaksimalkan agar prajurit yang berpatroli tidak lagi seperti dulu yang harus masuk ke pedalaman sampai 10-20 kilometer.
TNI kini mengandalkan drone untuk penyisiran awal. Jika rute tampak aman, baru pasukan akan melintasi rute tersebut. Untuk mengoptimalkan kemajuan teknologi ini, TNI membentuk Satuan Drone. Drone tersebut nantinya juga akan digunakan untuk menangani bencana alam, seperti pencarian korban. Tentunya dengan spek yang berbeda-beda, ada spek yang low sampai high.
Sebelumnya Jenderal Agus telah menjelaskan terkait penanganan konflik di Papua yang harus menggunakan Smart Power dan Hard Power sebagai jalan terakhir. Agus mengaku akan menggunakan Hard Power untuk menangani konflik di Papua sebagai jalan terakhir. Namun, TNI terus mengoptimalkan teknologi guna memantau situasi di Papua.
Di beberapa wilayah Papua salah satunya Mapolres Tolikara, Distrik Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan, untuk menciptakan Kamtibmas menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru serta Pemilu Tahun 2024, Dandim 1716/Tlk Letkol Inf Marolop E.B Hutapea, M.Han telah melakukan apel gabungan TNI-Polri. Kestabilan keamanan di wilayah Papua tidak terlepas dari peran serta Pemda, Aparat TNI/Polri dan seluruh komponen masyarakat harus aktif sehingga roda pemerintahan dan kehidupan masyarkat tetap terjaga.
Kapolres Tolikara AKBP Achmad Fauzan, menekankan pentingnya sinergitas yang Baik antara Aparat TNI/Polri harus terjaga sehingga dapat menciptakan rasa aman kepada masayarakat. Setiap kegiatan dan momen penting butuh koordinasi yang baik sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar dan aman di setiap wilayah.
Sementara itu, Dandim 1716/Tolikara Letkol Inf Marolop E.B Hutapea, juga menjelaskan bahwa perlunya koordinasi yang melekat antara TNI/Polri serta melaksanakan tugas sesuai dengan SOP dari masing-masing Instansi.
Masyarakat Papua sangat antusias jelang perayaan Natal karena mayoritas merayakannya sekaligus khawatir akan teror KST. Jika KST muncul maka mereka akan ketakutan karena serangannya tidak pandang bulu, baik pendatang, warga asli, maupun aparat juga diserang. Namun mereka tak perlu khawatir karena aparat akan melakukan pengamanan ketat untuk menjaga agar hari Natal dirayakan secara kondusif.
Oleh sebab itu perlu ada himbauan dari tokoh adat maupun tokoh masyarakat yang menjadi penengah, bahwa Papua adalah bagian dari Indonesia. Seluruh warga bersatu, tidak hanya orang asli Papua tetapi juga para pendatang. Jika seluruhnya kompak dan bersatu dalam melawan KST maka masyarakat optimis bahwa kelompok pemberontak tersebut bisa dibubarkan.
Faktor keamanan juga perlu diperhatikan, dan jumlah aparat juga ditambah. Pihak aparat keamanan tidak hanya fokus ke penangkapan KST, tetapi juga ke pencegahan. Intelijen bisa disebar agar tidak ada penyerangan yang memakan banyak korban jiwa seperti ini jelang perayaan Natal.
Masyarakat mewaspadai serangan KST jelang hari raya Natal dan aparat makin ketat dalam mengamankan Papua. Kelompok pemberontak tersebut sangat merugikan karena berkali-kali melakukan penyerangan ke warga sipil, dan sampai menimbulkan korban jiwa. Perayaan Natal di Papua harus aman, oleh karena itu TNI dan Polri bekerja sama untuk mengamankan Bumi Cendrawasih.
*) Mahasiswa Papua tinggal di Surabay