Banyak Negara Incar RI untuk Investasi
Oleh : Savira Ayu
Pemerintah terus berusaha maksimal untuk memudahkan arus investasi baik dari segi kepastian hukum maupun perampingan regulasi. Akibat kemudahan ini, banyak negara asing mengincar Indonesia sebagai sasaran investasi.
Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menyebutkan ada potensi investasi masuk Indonesia senilai Rp. 1.800 triliun ke berbagai sektor. Tingginya angka potensi investasi tersebut tentu saja harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar bisa memberikan dampak yang besar bagi perekonomian Indonesia.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengungkapkan, saat ini banyak negara-negara tengah mengincar untuk melakukan investasi di Indonesia. Ada potensi hingga Rp 1.800 triliun. Menurutnya, investasi yang masuk ke Indonesia akan memberi multiplayer effect bagi ekonomi. Apalagi saat ini investasi yang masuk terus diperkuat untuk memaksimalkan potensi di hilir. Sehingga bisa menggerakkan UMKM.
Indonesia, tentu harus bersiap dalam menghadapi berbagai tantangan ke depan bak dari sisi pandemi dan ekonomi. Tantangan ini apabila bisa dikelola dengan baik tentu saja akan memberikan dampak positif bagi ekonomi. Serta peluang terbukanya 23 juta lapangan kerja.
Arsjad juga mengatakan, kuartal 1 ekonomi naik 5%. Perdagangan Indonesia juga naik. Pertumbuhan yang besar adalah manufakturing. Saat ini pemerintah juga berusaha untuk melakukan hilirisasi, supaya ada nilai tambah di Indonesia.
Sementara itu, industri digital juga mengalami kenaikan lima kali lipat. Dulu UMKM di Pekalongan hanya bisa berdagang di wilayah lokal saja, namun saat ini juga bisa ke manapun termasuk di dunia. Secara tegas Arsjad mengatakan, Indonesia masih banyak potensi yang bisa diangkat baik startup, energi dan lainnya.
Sebelumnya, pengamat APBN Awalil Rizky mengatakan kebutuhan negara akan investasi asing tidak hanya sekadar nilai investasi yang ditanamkan. Melainkan kebutuhan transfer teknologi dari perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia.
Kehadiran investasi dari negara lain juga akan mempermudah Indonesia untuk masuk ke dalam ekosistem perdagangan internasional. Tidak hanya itu, ini juga membuka peluang produk buatan asli Indonesia ini terjual ke pasar global dengan adanya pasar terbuka. Di sisi lain, gelombang investor global mulai mengincar investasi mobil listrik di tanah air.
Menteri Investasi Republik Indonesia Bahlil Lahadalia memastikan bahwa investasi mobil listrik di Indonesia tidak hanya berasal dari Korea Selatan saja, namun ada 7 negara lain yang menyatakan minat investasi kendaraan listrik di Indonesia.
Konsorsium Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution sudah mulai membangun pabrik baterai mobil listrik. Selain itu, ada investasi yang sudah mencapai tahap perjanjian bisnis pengembangan EV battery yaitu produsen baterai kendaraan listrik asal China, Contemporary Amperex Technology Co.Ltd.
Menteri Bahlil secara tegas mengatakan bahwa pemerintah tidak ingin memberi ruang hanya kepada satu negara saja untuk industri mobil listrik tersebut. Setelah Korea Selatan dan China, ada negara Eropa yang juga tengah dalam tahap penjajakan rencana investasi mobil listrik.
Melalui kerja sama dengan banyak negara, Bahlil mengaku optimis jika kelak Indonesia akan menjadi negara pusat produsen baterai mobil dunia. Dengan hampir 26% bahan baku nikel yang dikuasai oleh Indonesia, Bahlil membayangkan Indonesia seharusnya menjadi negara besar untuk produksi mobil listrik ini.
Konsorsium Hyundai terdiri atas Hyundai Motor Company, KIA Corporation, Hyundai Mobis dan LG Energy Solution yang bekerja sama dengan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Baterai Corporation (IBC) selaku holding dari empat BUMN, yaitu PLN, Pertamina, MIND ID dan Antam.
Sementara untuk fasilitas sel baterai yang baru groundbreaking ini rencananya akan memiliki kapasitas produksi sebesar 10 Giga watt Hour (GwH), yang nantinya akan menyuplai kendaraan listrik produksi Hyundai. Secara keseluruhan investasi proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi senilai USD 9,8 miliar.
Pemerintah Indonesia akan membangun produksi mobil listrik ini mulai dari hulu sampai ke hilirnya. Setelah membangun pabrik mobil dan memproduksi baterai listriknya, pemerintah juga mendorong pembangunan prekursor ketot dan smelter untuk hilirisasi produk nikel yang melimpah di dalam negeri.
Tentu saja sudah sejak lama, Indonesia ingin membangun pabrik baterai pertama khususnya bagi kendaraan listrik. Peletakan batu pertama sudah dilakukan oleh presiden Joko Widodo pada 15 September 2021 lalu di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Pabrik yang dibangun Jokowi dengan nilai 1,1 miliar dolar AS itu akan menjadi yang pertama di kawasan ASEAN.
Mantan Walikota Surakarta tersebut mendukung ide pembangunan pabrik baterai lantaran Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Sehingga bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi produsen utama produk-produk berbasis nikel seperti baterai litium, baterai listrik atau baterai kendaraan listrik yang saat ini tengah digadang-gadang oleh pemerintah.
Pemerintah Indonesia telah menunjukkan keseriusannya dalam mempermudah investasi demi perkembangan ekonomi, sehingga tidak sedikit negara yang menaruh minat untuk berinvestasi di Indonesia. Dengan banyaknya investasi asing tersebut, maka pemulihan ekonomi diharapkan dapat berjalan maksimal.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute