Aparat Keamanan Kepung Sarang KST Papua, Tegaskan Tidak Akan Mundur Demi NKRI
Oleh : Timotius Gobay
Aparat keamanan dari personel gabungan melakukan pengepungan pada sarang KST Papua yang sudah diketahui lokasi penyanderaan dari pilot Susi Air sebelumnya. Tentunya seluruh pihak menegaskan bahwa sama sekali tidak akan pernah mundur demi menjaga kesatuan dari NKRI, termasuk juga dari ancaman seperti gerombolan kelompok separatis.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memberikan update terbatu mengenai bagaimana upaya pembebasan dari Pilot Susi Air, yakni Philip Mark Mehrtens yang disandera oleh Kelompok Speratis dan Teroris (KST) Papua. Dirinya menyatakan bahwa pihak aparat keamanan sudah mengetahui lokasi penyanderaan sang kapten pilot berkebangsaan Selandia Baru itu.
Setelah mengetahui lokasi penyanderaan sang pilot, kemudian aparat keamanan yang terdiri dari personel gabungan antara Kepolisian Negara Repiublik Indonesia (Polri), Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Badan Intelijen Negara (BIN) langsung melakukan pengepungan ke dalam sarang KST Papua.
Bahkan, bukan hanya pengepungan akan lokasi diketahuinya titik penyanderaan Pilot Susi Air, namun aparat keamanan juga melakukan kondisi siaga penuh untuk bisa melaksanakan operasi pembebasan dengan lancar.
Diketahui bahwa total, terdapat sebanyak 965 personel gabungan dari TNI, Polri dan BIN yang merupakan aparat keamanan untuk diterjunkan secara langsung dalam operasi pembebasan Pilot Philip Mark Mehrtens.
Namun, meski sudah mengetahui di mana titik penyanderaan, akan tetapi apresiasi sangat besar patut diberikan kepada seluruh aparat keamanan karena lebih memilih untuk tidak melakukan tindakan secara gegabah karena demi mengedepankan keselamatan dari masyarakat sipil termasuk juga sang pilot sendiri, maka dari itu operasi pengamanan dan penyelamatan dilakukan dengan ekstra hati-hati dengan mempertimbangkan banyak sekali hal.
Tidak hanya berupaya melakukan penyelamatan Pilot Susi Air dengan menggunakan kekuatan dari aparat keamanan yang diterjunkan secara langsung di lapangan saja, melainkan Indonesia jugaterus melakukan banyak upaya lain, termasuk diantara adalah melakukan diplomasi luar negeri dengan Kedutaan Besar Selandia Baru.
Diplomasi yang dijalin oleh Indonesia demi misi penyelamatan ini juga dilakukan kepada Atpol New Zeakand, termasuk juga dengan menggandeng Australia Federal hingga berbagai tokoh lain dari luar negeri. Hasil dari diplomasi yang telah dilakukan adalah, seluruh tokoh luar negeri tersebut mendukung dan menghormati penuh kedaulatan yang dimiliki oleh Indonesia serta turut mengecam keras aksi keji dan tidak berprikemanusiaan yang dilakukan oleh KST Papua dengan melakukan penyanderaan.
Sebelumnya, Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono juga meski pihaknya sudah mengetahui persis di mana lokasi penyanderaan pilot Philip Mark Mehrtens, namun dirinya lebih memilih untuk tidak melakukan tindakan secara gegabah dan terus mengedepankan upaya secara persuasif.
Bagaimana tidak, pasalnya tentu banyak pihak yang turut khawatir apabila misalnya memang kekuatan militer atau dengan cara bertempur dilakukan demi melakukan misi penyelamatan tersebut, maka potensi dan risiko yang bisa saja terjadi adalah justru akan semakin menambah banyak korban jiwa berjatuhan, termasuk juga pilot Susi Air itu sendiri.
Maka, secara logika, misi penyelamatan yang diupayakan dengan penuh kerja keras selama ini justru terkesan tidak akan membuahkan hasil yang optimal karena sebenarnya berniat untuk melakukan misi penyelamatan namun justru lahir banyak korban jiwa dan bahkan mungkin nyawa dari sang pilot sendiri akan terancam.
Untuk itu, dalam hal ini, kebijaksanaan dari para aparat keamanan patut mendapatkan apresiasi yang sangat tinggi karena benar-benar memikirkan banyak sekali hal secara komprehensif dan tidak terburu-buru untuk langsung melancarkan serangan bersenjata dengan kekuatan militer.
Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa pihak KST Papua sendiri memang merupakan gerombolan kelompok yang sama sekali tidak memiliki rasa prikemanusiaan, sehingga bukan tidak mungkin kalau mereka akan langsung membunuh Pilot Susi Air apabila mendapatkan ancaman berupa serangan militer dari aparat keamanan di Republik Indonesia (RI).
Sebenarnya, adanya tindakan tersebut sendiri yang dilakukan oleh KST Papua, dengan sangat jelas pula mencerminkan bahwa sejatinya kekuatan mereka sama sekali tidak sebanding dengan kekuatan para pasukan elite dari aparat keamanan personel gabungan yang dimiliki oleh bangsa ini. Terbukti, bahwa hal-hal nekat bisa saja dilakukan oleh kelompok separatis dan teroris itu untuk mengancam aparat keamanan sehingga mengganggu berjalannya misi penyelamatan.
Kemudian, skenario yang mungkin saja bisa terjadi nantinya adalah ketika pihak KST Papua sudah membunuh pilot Philip Mark Mehrtens, maka mereka akan langsung beroar di media dengan menyudutkan dan menyalahkan aparat keamanan serta memberikan fitnah yang keji, yang mana seolah aparat keamanan adalah pelakunya.
Tentunya meski terus mengedepankan upaya yang persuasif dalam pelaksanaan misi penyelamatan Pilot Susi Air, namun seluruh aparat keamanan sendiri sejatinya sama sekali tidak akan pernah mundur dan tidak akan pernah gentar melawan siapapun, khususnya demi menjaga terus keamanan dan kondusifitas di NKRI.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Gorontalo