Kebanggaan Indonesia Sebagai Tuan Rumah Forum Parlemen Internasional
Sidang Inter-Parliamentary Union (IPU) ke – 144 atau 144th Inter-Parliamentary Union (IPU) Assembly & Related Meetings, berlangsung di Nusa Dua Bali dari tanggal 20 hingga 24 Maret 2022. Ini adalah ketiga kalinya forum parlemen dunia dilaksanakan di Indonesia.
Semua persiapan telah dilakukan sedetil-detilnya. Hal ini tentu saja merupakan suatu kebanggaan bagi Indonesia.
Pelaksanaan 144th Inter-Parliamentary Union (IPU) Assembly & Related Meetings merupakan suatu ajang pergulatan gagasan lembaga legislatif negara-negara anggota IPU dalam menanggapi dan menemukan solusi atas isu-isu krusial global saat ini.
Hal tersebut dikatakan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Sultan B Najamudin, yang juga menaruh apresiasi terhadap komitmen dan kinerja Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) atas segala upaya yang dilakukan agar IPU bisa dilaksanakan dengan aman dan lancar.
Persiapan IPU juga sangat memperhatikan protokol kesehatan yang sangat ketat selama pelaksanaanya, mulai dari datangnya para delegasi, berlangsungnya berbagai forum hingga kepulangan delegasi ke negara masing-masing, Apalagi, publik internasional memang memuji penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia, termasuk program percepatan vaksinasi yang digratiskan hingga vaksin booster.
Dengan mengusung tema Getting to zero: Mobilizing parliaments to act on climate change, diharapkan Indonesia dapat menunjukkan kepemimpinannya dalam menjaga keselamatan manusia dan turut serta dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Indonesia menjadi tuan rumah bagi ratusan anggota parlemen dari seluruh dunia. Dalam beragam forum, para anggota IPU akan mempertimbangkan tindakan parlemen apa saja yang perlu diambil untuk mengurangi dampak darurat iklim dan mengimplementasikan kesepakatan Paris, yaitu kesepakatan global untuk menghadapi perubahan iklim, termasuk mencari solusi untuk menggunakan masa pemulihan Covid-19 dalam mempercepat transisi hijau.
Untuk diketahui, pada bulan April 2016 lalu, mewakili Presiden Joko Widodo, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Siti Nurbaya telah turut menandatangani Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim pada Upacara Tingkat Tinggi Penandatanganan Perjanjian Paris (high-level Signature Ceremony for the Paris Agreement) di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat.
Dalam kesempatan kali ini di Nusa Dua Bali, anggota parlemen akan mendengar kesaksian dari para aktivis iklim dan perwakilan dari negara-negara di garis depan perubahan iklim, terutama negara-negara kepulauan kecil yang sedang berkembang.
Dalam laman ipu.org, dijelaskan bahwa IPU akan meluncurkan dua alat baru untuk anggota parlemen selama pelaksanaan sidang, yakni buku pegangan tentang kemperkuat kesiapsiagaan keamanan kesehatan, dalam kemitraan dengan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), dan Laporan Parlemen Global ketiga tentang keterlibatan publik dalam pekerjaan parlemen, dalam kemitraan dengan Program Pengembangan PBB.
Selain itu, anggota parlemen yang tergabung dalam Komite Hak Asasi Manusia akan mempertimbangkan kasus terbaru pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh anggota parlemen di seluruh dunia termasuk di Belarus, Ekuador, Eswatini, Myanmar dan Venezuela.
IPU adalah organisasi global parlemen yang didirikan pada pada tahun 1889, sebagai organisasi politik multilateral pertama di dunia. Pembentukan IPU adalah untuk mendorong kerja sama dan dialog antara semua negara. Masih berdasarkan pada laman ipu.org, bahwa saat ini, IPU terdiri dari 178 Parlemen Anggota nasional dan 14 badan parlemen daerah.
Indonesia tentu saja mendapatkan banyak peluang dengan dilaksanakan even global ini untuk dapat memperkuat diplomasi dan kerjasama, baik bilateral maupun multirateral dengan negara-negara anggota IPU.
Tidak perlu diragukan lagi bahwa Indonesia menjadi perhatian dunia internasional. Beragam even internasional digelar di Indonesia, apalagi masyarakat nusantara juga sedang sibuk menyambut acara KTT G20. Bangsa Indonesia bangga karena bisa membuktikan kemampuannya menggelar acara berstandar internasional di tanah air. —-
( Marie Apituley – Pengamat Ekonomi Politik / Program Director Salah Satu Radio Komunitas Indonesia Timur )