KST Sumber Konflik dan Hambat Pembangunan Papua
Oleh : Rebecca Marian
Kelompok separatis dan teroris (KST) telah menjadi sumber konflik yang menyengsarakan rakyat dan menghambat pembangunan Papua. KST wajib diberantas karena juga menghambat pembangunan di Bumi Cendrawasih.
Papua adalah wilayah paling timur Indonesia yang terkenal akan beberapa hal: sebagai venue PON XX tahun lalu, sebagai tempat wisata yang eksotis (Raja Ampat dan Puncak Jaya Wijaya), dan lain sebagainya.
Akan tetapi Papua juga dikenal sebagai tempatnya KST sebagai kelompok pemberontak. Sayang sekali jika ada citra negatif seperti ini, karena bisa menutupi beribu kebaikan lain di Bumi Cendrawasih.
Pemberantasan KST terus dilakukan untuk mengamankan masyarakat. Keselamatan warga diutamakan karena mereka terbukti berkali-kali melakukan penyerangan.
Saat ada masyarakat sipil yang meninggal akibat ulah KST, maka mereka beralasan bahwa itu karena korban adalah mata-mata, padahal tidak sama sekali.
KST jelas menyengsarakan rakyat karena warga jadi tidak bisa bebas beraktivitas, terutama jika mereka sedang ‘turun gunung’ alias keluar dari markasnya. Masyarakat takut akan diserang karena dari beberapa kejadian lalu, selalu ada korban jiwa. Mulai dari anak sekolah, guru, sampai petugas kesehatan, semua jadi korban serangan KST yang sangat brutal.
Atas dasar tersebut, aparat keamanan selalu menjaga warga agar tidak terkena serangan KST. Memang saat ini ada strategi baru yakni dengan pendekatan kesejahteraan. Operasi Nemangkawi pun diganti menjadi operasi Damai Cartenz. Akan tetapi damai bukan berarti membiarkan KST. Justru KST harus ditangkap agar ada kedamaian di tengah masyarakat.
KST ditangkap karena ia menjadi sumber konflik. Liciknya, kelompok separatis ini merayu warga sipil yang masih polos untuk bergabung. Atau mereka mencari dana dan akhirnya mengemplang dana desa untuk dijadikan modal membeli senjata api ilegal. Konflik jelas terjadi karena ada pertentangan antara yang pro KST dan kontra. Mereka yang terayu oleh KST wajib disadarkan bahwa kelompok ini terlarang dan tidak boleh didukung.
Penangkapan KST jadi agenda wajib bagi aparat keamanan di Papua, karena mereka uga menghambat pembangunan di Papua. Saat ada pembuatan jalan trans Papua maka KST melakukan penyerangan terhadap pekerja proyek. Sehingga para pekerja harus dikawal oleh aparat, agar aman dari tembakan KST.
Selain itu, KST juga menghambat pembangunan di bidang pendidikan, karena mereka menembak para guru dan membakar gedung sekolah. Padahal jika tidak ada pendidikan, anak-anak Papua bisa suram masa depannya. Mereka jelas salah karena pendidikan sangat penting, agar orang asli Papua terus maju dan menjadi calon pemimpin selanjutnya.
Sungguh tidak habis pikir, mengapa KST menghambat pembangunan? Padahal jika ada pembangunan infrastruktur, yang menikmati fasilitasnya adalah rakyat. Sungguh aneh ketika mereka menuduh Indonesia menjajah Papua, karena jika menjajah tentu tidak akan ada jembatan dan jalan raya yang representatif.
Ketika ada anggota KST yang ditangkap maka itu adalah hal yang wajar karena mereka memang bersalah. Masyarakat tidak usah menghiraukan tuduhan pihak luar yang bilang bahwa ini adalah pelanggaran HAM, karena justru KST yang melanggar hak asasi warga sipil dengan menembak sembarangan. Jika KST membunuh masyarakat maka sudah masuk ke kasus pembunuhan berencana.
KST terus menyengsarakan rakyat dengan menyerang membabi-buta sampai ada korban jiwa. Bukan hanya masyarakat sipil, mereka juga nekat menembak aparat keamanan. Pemberantasan KST didukung penuh oleh rakyat Papua, karena mereka terbukti menghambat pembangunan di Bumi Cendrawasih dan tidak mau ada kemajuan di sana.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta