Demi Tingkatkan Pelayanan , Transjakarta Berikan Kebijakan Khusus Selama Ramadhan dan Lebaran
Oleh : Almila Pricilia
Sebagai salah satu moda transportasi terbaik di ibukota, PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) terus berupaya memberikan pelayanan maksimal untuk para penggunanya. Untuk itu, Transjakarta membuat kebijakan khusus selama bulan Ramadan 2023.
Kebijakan tersebut adalah penumpang yang dalam perjalanan diperbolehkan makan dan minum untuk berbuka puasa dalam armada bus Transjakarta. Diketahui, di hari biasa penumpang tidak diperkenankan makan dan minum di moda transportasi umum, termasuk Transjakarta.
Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Transjakarta, Apriastini Bakti Bugiansri, mengatakan penumpang yang menjalankan ibadah puasa dapat makan dan minum untuk membatalkan saat waktu telah tiba. Penumpang dapat makan dan minum baik di halte maupun di dalam bus selama bulan Ramadan.
Apriastini mengatakan, kebijakan ini diambil untuk mewujudkan rasa aman dan nyaman bagi para penumpang Transjakarta. Kendati demikian, pelanggan yang berbuka puasa diminta agar tetap menjaga kebersihan lingkungan serta menaati aturan-aturan yang ditetapkan Transjakarta.
Beberapa aturan tersebut di antaranya mematuhi aturan protokol kesehatan yang berlaku, tidak diperkenankan mengonsumsi makanan berat, hanya diperbolehkan maksimal 10 menit sejak adzan Maghrib, wajib mengenakan masker kembali setelah selesai, dan tetap menjaga kebersihan serta ketertiban bersama.
Tak hanya saat Ramadan, Transjakarta juga tetap memberikan pelayanan di momen Lebaran mendatang. Seperti yang dilakukan di tahun lalu, di mana Transjakarta tetap beroperasi selama perayaan malam takbiran dan Hari Raya Idul Fitri 1443 H.
Saat itu, Kepala Departemen Komunikasi Korporasi dan CSR Transjakarta, Iwan Samariansyah, menyampaikan, saat malam takbiran, Transjakarta tetap beroperasi normal mulai pukul 05.00–22.00 WIB dan layanan Angkutan Malam Hari (Amari) mulai pukul 22.01–24.00 WIB
Namun, kata Iwan, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta ini memperpendek jam layanan pada Hari Raya Idul Fitri 1443 H. Transjakarta beroperasi lebih lambat dari biasanya, yakni mulai pukul 09.00–22.00 WIB dan Amari pukul 22.01–24.00 WIB.
Iwan mengatakan, kebijakan ini diberlakukan untuk memberi kesempatan kepada para petugas menjalankan ibadah salat Idul Fitri dan berkumpul bersama keluarga, sebelum menjalankan tugasnya melayani pelanggan.
Selain itu, Transjakarta pada tahun lalu juga menyiapkan layanan bus gratis untuk mengantar masyarakat yang ingin melakukan salat Idul Fitri di Jakarta International Stadium (JIS). Iwan menjelaskan, pihaknya menyiapkan armada bus di 13 titik yang terbagi menjadi empat layanan reguler dan delapan lainnya untuk layanan pulang pergi.
Sebelumnya, kabar mengenai mundurnya M. Kuncoro dari jabatannya sebagai Direktur Utama (Dirut) Transjakarta pada 13 Maret 2023 lalu sempat mendapat sorotan. Padahal, ia baru menjabat posisi tersebut selama dua bulan. Kendati demikian, pengunduran diri Kuncoro yang terkesan tiba-tiba ini tak akan berimbas pada pelayanan Transjakarta terhadap para penggunanya.
Tanpa berlama-lama, pemegang saham PT Transjakarta kemudian menunjuk Mohamad Indrayana yang merupakan Direktur Teknik PT Transjakarta, sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama sampai diangkatnya pejabat direktur utama definitif. Hal ini dilakukan untuk menjamin kepastian keberlangsungan layanan transportasi kepada masyarakat.
Secara terpisah, Indrayana menjelaskan, sebagai Plt Dirut Transjakarta, ia menaruh perhatian utama pada pembenahan aspek keselamatan dan peningkatan layanan kepada para pelanggan Transjakarta. Salah satunya untuk melakukan perbaikan transportasi dan peningkatan pelayanan Transjakarta saat Ramadan dan Lebaran.
Salah satu cara untuk mengoptimalisasikan pelayanan Transjakarta saat ini ialah dengan mengoperasikan 9 halte BRT Transjakarta yang terintegrasi dengan LRT Jabodetabek. Hal ini dilakukan sebagai upaya agar para pengguna transportasi umum dapat dengan mudah berpindah antarmoda transportasi.
Halte-halte BRT Transjakarta terintegrasi yang akan dioperasikan antara lain adalah halte Departemen Kesehatan, halte GOR Soemantri, halte Setiabudi Utara, halte BNN, dan halte Dukuh Atas 2. Sedangkan halte-halte Transjakarta non integrasi yang akan dioperasikan adalah halte Kuningan Timur, halte Patra Kuningan, halte Karet Kuningan, dan halte Kuningan Madya.
Kehadiran transportasi massal, seperti Transjakarta ini, merupakan opsi terbaik untuk mengurangi kemacetan di Jakarta. Bahkan, hal ini juga telah disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia mengatakan pembangunan transportasi massal atau publik di DKI Jakarta mengalami keterlambatan sekitar 30 tahun. Keterlambatan ini, kata dia, yang menyebabkan banyak orang memilih kendaraan pribadi dibandingkan transportasi umum untuk kegiatan sehari-hari.
Menanggapi pernyataan Jokowi, penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, tak memungkiri jika Jakarta memang macet. Maka, untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Kota Jakarta, Pemprov DKI telah merealisasikan dengan pembangunan MRT, Transjakarta, dan LRT. Jadi, antarmoda dibangun agar bisa terintegrasi satu sama lain.
Sebagai masyarakat, kita juga memiliki andil besar untuk mengurangi kemacetan di ibu kota. Salah satunya dengan menggunakan moda transportasi publik untuk bepergian. Apalagi, kini transportasi massal di Jakarta sudah lebih banyak dan menjangkau banyak daerah, sehingga memudahkan masyarakat untuk bepergian tanpa menggunakan transportasi pribadi.
)* Penulis adalah Pemerhati Transportasi