Pemerintah Arahkan Investasi pada Hilirisasi Sektor Mineral Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Pemerintah Arahkan Investasi pada Hilirisasi Sektor Mineral Dorong Pertumbuhan Ekonomi

 

Oleh: Alexandro Dimitri

 

Pemerintah terus menegaskan komitmennya dalam mengarahkan investasi ke sektor hilirisasi mineral sebagai strategi utama mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Di tengah dinamika ekonomi global yang penuh tantangan, kebijakan hilirisasi dinilai menjadi fondasi penting untuk memperkuat struktur industri dalam negeri, meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, sekaligus menciptakan lapangan kerja berkualitas. Langkah ini relevan dengan kebutuhan Indonesia untuk tidak lagi bergantung pada ekspor bahan mentah, melainkan bertransformasi menjadi negara dengan basis industri yang kuat dan berdaya saing.

 

 

 

 

Dalam berbagai kesempatan, pemerintah menekankan bahwa hilirisasi bukan sekadar kebijakan ekonomi jangka pendek, tetapi bagian dari agenda besar transformasi ekonomi nasional. Sektor mineral, khususnya mineral kritis dan strategis, menjadi salah satu fokus utama karena perannya yang krusial dalam mendukung industri manufaktur, energi baru dan terbarukan, serta rantai pasok global kendaraan listrik. Dengan cadangan sumber daya yang melimpah, Indonesia berada pada posisi strategis untuk menjadi pemain penting dalam ekonomi hijau dunia, asalkan potensi tersebut dikelola melalui investasi yang tepat sasaran.

 

 

 

 

Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Nurul Ichwan, menilai hilirisasi mineral kritis merupakan kunci transformasi ekonomi hijau Indonesia. Pemerintah, menurutnya, secara konsisten mendorong masuknya investasi yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek keberlanjutan dan lingkungan. Hilirisasi dipandang mampu menciptakan ekosistem industri yang terintegrasi dari hulu ke hilir, sehingga nilai tambah tidak lagi dinikmati negara lain. Ia juga menekankan bahwa pengembangan industri pengolahan mineral kritis seperti nikel, tembaga, dan bauksit akan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global, terutama untuk industri baterai dan kendaraan listrik yang saat ini tumbuh pesat.

 

 

 

 

Nurul Ichwan juga menyoroti bahwa kebijakan pemerintah dalam memperbaiki iklim investasi telah memberikan sinyal positif bagi investor global. Penyederhanaan perizinan, kepastian hukum, serta penyediaan kawasan industri yang terintegrasi menjadi faktor penting dalam menarik minat penanaman modal. Dengan pendekatan tersebut, hilirisasi tidak hanya berkontribusi pada peningkatan ekspor produk bernilai tambah, tetapi juga mendorong transfer teknologi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia nasional. Dalam jangka panjang, strategi ini diyakini akan memperkuat daya tahan ekonomi Indonesia menghadapi fluktuasi global.

 

 

 

 

Pandangan senada disampaikan Deputi Bidang Hilirisasi Investasi Strategis BKPM, Heldy Satrya Putera, yang menyebut pemerintah telah memacu investasi hilirisasi dengan target ambisius hingga tahun 2029. Menurutnya, arah kebijakan investasi kini semakin fokus pada proyek-proyek strategis yang memberikan dampak luas bagi perekonomian. Hilirisasi mineral menjadi prioritas karena mampu menciptakan efek berganda, mulai dari peningkatan pendapatan negara, penyerapan tenaga kerja, hingga tumbuhnya industri pendukung di daerah. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak hanya mengejar besaran investasi, tetapi juga kualitas investasi yang mampu memperkuat struktur industri nasional.

 

 

 

 

Heldy juga menilai bahwa capaian investasi hilirisasi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang menggembirakan. Masuknya investor besar ke sektor pengolahan mineral menjadi bukti kepercayaan terhadap arah kebijakan pemerintah. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pelaku usaha terus diperkuat agar proyek hilirisasi dapat berjalan tepat waktu dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Dengan pendekatan yang terencana, hilirisasi diharapkan mampu mengurangi ketimpangan pembangunan antarwilayah, terutama di daerah penghasil sumber daya alam.

 

 

 

 

Sejalan dengan pernyataan para narasumber, berbagai berita ekonomi terkini juga menunjukkan bahwa hilirisasi telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kinerja ekspor produk olahan mineral yang terus meningkat menjadi indikator keberhasilan kebijakan ini. Selain itu, pembangunan smelter dan kawasan industri baru di berbagai daerah telah mendorong aktivitas ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Di tengah perlambatan ekonomi global, langkah pemerintah memperkuat basis industri dalam negeri melalui hilirisasi dinilai sebagai kebijakan yang tepat dan visioner.

 

 

 

 

Ke depan, tantangan tentu masih ada, mulai dari kebutuhan infrastruktur pendukung, ketersediaan energi, hingga penguatan kapasitas sumber daya manusia. Namun, dengan komitmen kuat pemerintah dan dukungan kebijakan yang konsisten, hilirisasi sektor mineral diyakini akan menjadi motor penggerak ekonomi nasional. Arah investasi yang jelas, ditopang oleh kepastian regulasi dan visi pembangunan jangka panjang, memberikan optimisme bahwa Indonesia mampu keluar dari jebakan negara pengekspor bahan mentah.

 

 

 

 

Pada akhirnya, kebijakan pemerintah yang mengarahkan investasi pada hilirisasi sektor mineral menunjukkan keberpihakan pada kepentingan nasional dan masa depan ekonomi Indonesia. Dengan mengelola kekayaan alam secara bernilai tambah dan berkelanjutan, pemerintah tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga meletakkan dasar kuat bagi Indonesia untuk menjadi negara maju yang mandiri dan berdaya saing global.

 

 

 

 

*) Penulis merupakan Pengamat Ekonomi