Pemerintah Dorong Akses Kesehatan Merata Lewat Program Pemeriksaan Gratis
Pemerintah Dorong Akses Kesehatan Merata Lewat Program Pemeriksaan Gratis
Oleh: Jessi Amara
Pemerintah terus memperkuat komitmennya dalam menghadirkan layanan kesehatan yang inklusif dan merata bagi seluruh masyarakat Indonesia. Melalui Program Cek Kesehatan Gratis (CKG), pemeriksaan dasar kini dapat diakses tanpa biaya, menjangkau berbagai lapisan masyarakat hingga pelosok negeri. Program ini menjadi simbol nyata dari keseriusan pemerintah dalam membangun sistem kesehatan yang berpihak pada rakyat, bukan sekadar upaya administratif, tetapi bagian dari strategi nasional memperkuat ketahanan kesehatan jangka panjang.
Sejak diluncurkan pada 10 Februari 2025, program ini berhasil mencatat capaian luar biasa. Hingga 4 November 2025, tercatat lebih dari 50,5 juta warga telah mengikuti pemeriksaan kesehatan di seluruh Indonesia dari total 53,6 juta pendaftar. Dari jumlah tersebut, 34,3 juta merupakan peserta pemeriksaan umum dan 16,2 juta berasal dari kategori sekolah. Capaian ini bukan hanya mencerminkan keberhasilan mobilisasi publik, tetapi juga meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kesehatan sejak dini.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, menilai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam program CKG sebagai bukti kuat bahwa strategi promotif dan preventif pemerintah mulai menunjukkan hasil. Ia menegaskan bahwa program ini tidak sekadar pemeriksaan massal, melainkan instrumen strategis dalam deteksi dini dan pengelolaan awal penyakit. Dengan mendeteksi penyakit lebih awal, peluang sembuh menjadi jauh lebih besar, sehingga masyarakat dapat terhindar dari risiko penyakit kronis yang memerlukan biaya besar dan menurunkan produktivitas nasional.
Namun di balik capaian positif tersebut, data yang dihasilkan dari CKG juga menunjukkan realitas kesehatan masyarakat yang perlu menjadi perhatian serius. Dari kelompok dewasa, sekitar 96 persen peserta tercatat kurang melakukan aktivitas fisik. Selain itu, ditemukan pula kasus karies gigi sebesar 41,9 persen, obesitas sentral 32,9 persen, serta overweight dan obesitas umum 24,4 persen. Data ini memperlihatkan bahwa penyakit tidak menular masih menjadi ancaman besar, terutama bagi kelompok usia produktif yang seharusnya menjadi motor pembangunan ekonomi.
Hasil serupa juga muncul pada kelompok usia lain. Pada bayi baru lahir ditemukan risiko kelainan saluran empedu, berat badan lahir rendah, dan penyakit jantung bawaan kritis. Sementara pada balita dan anak prasekolah, masalah gigi tidak sehat serta kondisi stunting dan wasting masih menjadi tantangan utama. Di kalangan remaja dan pelajar, pola hidup tidak aktif semakin tampak dengan 60,1 persen kurang beraktivitas fisik dan lebih dari setengahnya mengalami karies gigi. Bahkan pada kelompok lansia, 96,7 persen dinyatakan kurang bergerak dengan 37,7 persen menderita hipertensi.
Temuan tersebut justru menjadi dasar penting bagi pemerintah untuk memperkuat kebijakan kesehatan berbasis data. Menteri Kesehatan menjelaskan bahwa hasil dari program CKG akan digunakan untuk menyusun arah kebijakan baru, termasuk peningkatan kampanye pola hidup sehat dan penyesuaian layanan puskesmas agar lebih fokus pada pencegahan. Pemerintah ingin agar masyarakat tidak hanya sembuh dari penyakit, tetapi juga memiliki kemampuan menjaga kesehatannya secara berkelanjutan.
Ahli kesehatan dari Universitas Indonesia, dr. Rina Andayani, menilai program CKG sebagai langkah progresif yang memperlihatkan pergeseran paradigma kesehatan nasional. Menurutnya, pemeriksaan rutin berperan vital dalam mendeteksi penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan kolesterol tinggi sebelum berkembang menjadi kondisi serius. Ia menilai semakin cepat suatu penyakit terdeteksi, semakin besar pula peluang kesembuhan dan penghematan biaya pengobatan. Pandangan ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah yang menempatkan upaya pencegahan sebagai fondasi utama sistem kesehatan nasional.
Selain pemeriksaan fisik, CKG juga dirancang untuk memberikan edukasi kesehatan masyarakat. Program ini mendorong perubahan perilaku melalui penyuluhan mengenai pola makan seimbang, aktivitas fisik, manajemen stres, dan pentingnya istirahat cukup. Pendekatan tersebut diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran bahwa menjaga kesehatan tidak hanya bergantung pada fasilitas medis, tetapi merupakan gaya hidup yang harus diterapkan sehari-hari.
Keberhasilan pelaksanaan CKG tidak terlepas dari kolaborasi lintas sektor. Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, Muhaimin Iskandar, menekankan bahwa kesehatan merupakan modal utama dalam membangun manusia Indonesia yang produktif dan berdaya saing. Menurutnya, pemerintah tidak hanya ingin menurunkan angka penyakit, tetapi juga ingin memastikan setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk hidup sehat dan berkontribusi terhadap pembangunan. Ia menilai, masyarakat yang sehat merupakan fondasi dari pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan.
Pemerintah juga menyiapkan langkah strategis untuk memperluas jangkauan program ini ke wilayah terpencil. Melalui sinergi antara tenaga kesehatan, pemerintah daerah, dan komunitas lokal, layanan pemeriksaan gratis dirancang agar tidak hanya berhenti di kota besar, melainkan menjangkau daerah-daerah yang sebelumnya sulit mendapat akses kesehatan memadai. Langkah ini memperkuat prinsip bahwa setiap warga negara, tanpa terkecuali, memiliki hak yang sama atas layanan kesehatan.
Program CKG juga menjadi momentum bagi tenaga medis dan puskesmas untuk meningkatkan kapasitas pelayanan. Pemerintah mengapresiasi kerja keras jutaan petugas lapangan yang memastikan proses pemeriksaan berjalan tertib dan efektif.
Di berbagai daerah, petugas kesehatan bahkan melakukan pendekatan jemput bola dengan mendatangi komunitas masyarakat, sekolah, hingga tempat ibadah. Strategi ini menunjukkan bahwa pelayanan publik dapat berjalan cepat dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat bila dikelola dengan niat tulus dan manajemen yang baik.


