Penyesuaian Harga BBM untuk Menyehatkan APBN
Oleh : Ricky Partomo
Harga BBM jenis pertalite akan dinaikkan dan masyarakat diharapkan mengerti karena tujuannya untuk menyehatkan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Jika subsidi BBM berkurang maka selisihnya bisa digunakan untuk hal lain, dan tidak membuat APBN membengkak. Pemerintah sedang mengatur strategi agar kondisi finansial negara tetap stabil walau di masa pandemi, dengan penyesuaian harga BBM.
Harga minyak mentah dunia mengalami lonjakan, menjadi 100 dollar per barrelnya, padahal beberapa bulan lalu hanya 60-56 dollar.
Kenaikan ini dikarenakan kondisi politik di Eropa Timur yang kurang stabil, dan jadi berpengaruh karena di sana ada kilang minyak yang penting bagi sumber bahan bakar beberapa negara, termasuk Indonesia. Pemerintah akan menaikkan harga BBM beberapa hari lagi dan menyesuaikan dengan harga minyak dunia.
Mamit Setiawan, Direktur Eksekutif Energy Watch menyatakan bahwa kenaikan BBM akan menyelamatkan APBN dan memberikan ruang fiskal yang sedikit longgar. Rencana kenaikan sebaiknya sekali saja agar efeknya tidak berulang. Dalam artian, meski penyesuaian harga BBM jenis Pertalite mengagetkan tetapi perlu ada sosialisasi bahwa hal ini terpaksa dilakukan demi menyelamatkan situasi keuangan negara.
KJika harga BBM tidak dinaikkan maka negara harus menanggung beban subsidi sebesar 578 Triliun rupiah. Beban ini tentu sangat mencekik karena pertama, ada kenaikan harga minyak dunia sehingga membuat nominal harus dinaikkan. Kedua, akan sangat membebani APBN dan terancam menggoyangkan keuangan negara.
APBN harus dijaga agar tetap tertib dan sesuai dengan pos-posnya. Jika pos subsidi BBM terlalu banyak maka tidak mungkin pos untuk yang lain dikurangi nominalnya, karena sama pentingnya. Oleh karena itu subsidi pelan-pelan dikurangi, agar APBN lebih sehat dan membiasakan rakyat Indonesia hidup tanpa subsidi.
Harga BBM jenis pertalite awalnya hanya 7.500 rupiah dan akan dinaikkan jadi 10.000 rupiah. Namun harga keekonomiannya 13.500 rupiah sehingga rakyat masih mendapat sedikit subsidi dari pemerintah. Masyarakat diharap mengerti bahwa harga yang awalnya diberikan oleh pemerintah masih jauh di bawah harga keekonomian, sehingga lama-lama jadi beban negara.
APBN harus disehatkan karena Indonesia sedang dalam fase menstabilkan kembali kondisi finansialnya, setelah 2 tahun lebih digoyang oleh pandemi. Ada pos untuk memperbaiki efek pandemi seperti bantuan sosial dan lain-lain. Tidak mungkin anggaran ini dihapus karena mengalah dengan subsidi BBM, karena juga sangat penting demi masyarakat Indonesia.
Selain itu, jika terlalu banyak anggaran subsidi BBM maka APBN akan sangat membengkak dan harus ke mana lagi mencari sumber uangnya? Tidak mungkin untuk menambah hutang negara karena malah akan membebani di tahun-tahun ke depan. Pemerintah sebisa mungkin menghindarinya dan memilih untuk mendapatkan sumber dana dari investasi dan sumber-sumber lain.
Jika subsidi BBM ada selama bertahun-tahun maka masyarakat akan kurang paham bahwa harga minyak dunia mengalami dinamika. Saat ada konflik di Eropa Timur maka harga minyak jadi naik karena distribusi tersendat, dan efek perang yang sangat mengerikan. Oleh karena itu pemerintah menyesuaikan harga BBM di Indonesia, agar APBN tetap sehat.
APBN harus dijaga stabilitasnya agar Indonesia mengalami keseimbangan finansial. Pemerintah sudah berhasil menaikkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,01% pada triwulan pertama tahun 2022. Jangan sampai ekonomi jadi stagnan, bahkan ambruk, karena anggaran negara jadi tidak karu-karuan. Penyebabnya karena terlalu banyak menanggung beban subsidi BBM di negeri ini.
Penyesuaian harga BBM bukan berarti pemerintah berbuat seenaknya, tetapi merupakan hal yang rasional karena menyesuaikan dengan harga minyak dunia. Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah menghitung bagaimana rumusan APBN agar tetap stabil dan bisa survive walau masih pandemi. Satu-satunya cara adalah dengan mengurangi subsidi BBM dan menyesuaikan harga Pertalite, agar beban APBN tidak terlalu banyak.
Lagipula, harga BBM di Indonesia termasuk sangat murah. Bandingkan dengan di Amerika Serikat yang harga bensinnya 19.400 rupiah per liter (jika dikurskan ke dalam rupiah). Sedangkan harga BBM Pertamax Turbo (yang paling mahal) hanya 13.500 rupiah per liternya. Hal ini menandakan bahwa subsidi sudah terlalu banyak dan bisa jadi bumerang di masa depan.
Jika ada subsidi terus-menerus maka APBN akan membengkak dan mengakibatkan terjadinya defisit. Akibatnya perekonomian terkena imbasnya karena jadi melambat. Selain itu, bisa menyebabkan inflasi dan kenaikan harga yang gila-gilaan. Pemerintah berusaha menahan akibat-akibat buruk ini dan akhirnya memilih opsi untuk mengurangi subsidi BBM dan menyesuaikan harga Pertalite.
Kenaikan harga BBM terpaksa dilakukan untuk mengurangi beban subsidi yang ditanggung oleh APBN. Jangan sampai negara harus membayar lebih dari 500 Triliun rupiah demi subsidi BBM, karena akan sangat memberatkan anggaran negara. APBN harus distabilkan agar kondisi finansial negara stabil, dan masyarakat diharapkan mengerti bahwa harga BBM sedunia juga sedang naik.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini