spot_img
BerandaEkonomiSurplus Neraca Perdagangan Perkuat Posisi Indonesia di Pasar Global

Surplus Neraca Perdagangan Perkuat Posisi Indonesia di Pasar Global

Surplus Neraca Perdagangan Perkuat Posisi Indonesia di Pasar Global

 

Oleh : Andi Mahesa

 

Dalam dinamika perekonomian global yang semakin kompleks, kabar menggembirakan datang dari kinerja neraca perdagangan Indonesia. Data terbaru menunjukkan bahwa Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar 3,12 miliar dolar AS. Lebih mengesankan lagi, capaian ini memperpanjang rekor surplus selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Ini bukan sekadar angka, melainkan sinyal kuat bahwa perekonomian Indonesia tengah menunjukkan daya tahan dan daya saing yang semakin kokoh di tengah gejolak global.

 

Menurut peneliti pada Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ragimun bahwa tren surplus ini mencerminkan keberhasilan strategi perdagangan nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam lanskap ekonomi dunia. Ragimun menyoroti langkah strategis pemerintah yang mewajibkan eksportir sumber daya alam, kecuali minyak dan gas, untuk menahan seluruh hasil ekspor mereka di dalam negeri selama minimal satu tahun. Kebijakan ini dinilai logis dan berpotensi besar menjaga stabilitas nilai tukar rupiah serta memperkuat ketahanan sektor keuangan.

 

Kebijakan ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada pencapaian angka-angka surplus, tetapi juga berusaha menata ulang fondasi perekonomian nasional agar lebih tahan terhadap volatilitas global. Dengan menahan devisa hasil ekspor di dalam negeri, Indonesia memperkuat likuiditas domestik yang pada gilirannya dapat meningkatkan kepercayaan investor dan menjaga stabilitas makroekonomi.

 

Namun demikian, mempertahankan dan bahkan meningkatkan surplus perdagangan tentu membutuhkan strategi yang komprehensif dan berkelanjutan. Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, menyarankan agar Indonesia mulai menggarap lebih serius peluang ekspor ke negara-negara ASEAN. Kawasan Asia Tenggara memiliki potensi pasar yang besar dan relatif stabil, sehingga bisa menjadi andalan dalam menjaga surplus dagang.

 

Bhima juga menekankan pentingnya penguatan sektor manufaktur dan teknologi digital sebagai strategi jangka panjang. Tidak bisa dipungkiri, ketergantungan pada ekspor komoditas mentah membuat perekonomian rentan terhadap fluktuasi harga global. Oleh karena itu, transformasi struktural menuju ekonomi berbasis nilai tambah dan inovasi menjadi sangat penting. Dalam hal ini, sinergi antara kebijakan moneter dan fiskal harus terus dijaga agar stabilitas ekonomi nasional tetap terjaga di tengah ketidakpastian global.

 

Sejalan dengan itu, Menteri Perdagangan, Budi Santoso menegaskan komitmen pemerintah untuk terus mendorong ekspor sebagai motor penggerak utama perekonomian. Menurutnya, kegiatan pitching produk dan business matching dengan calon pembeli luar negeri harus menjadi bagian integral dari strategi ekspor nasional. Dengan pendekatan ini, Indonesia tidak lagi pasif menunggu pembeli, melainkan aktif menjajaki pasar dan menciptakan peluang.

 

Pendekatan ini sangat relevan dalam era persaingan global saat ini. Ketika negara-negara lain juga berlomba-lomba memperluas pasar ekspor mereka, Indonesia tidak bisa hanya mengandalkan partisipasi dalam pameran dagang. Strategi yang lebih agresif dan terencana diperlukan agar produk-produk Indonesia tidak hanya dikenal, tetapi juga menjadi pilihan utama di pasar internasional. Budi juga menambahkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar menjadi kekuatan ekonomi global, namun untuk mencapainya, diperlukan keberanian dalam melakukan transformasi struktural yang lebih cepat dan mendalam.

 

Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa surplus neraca perdagangan bukanlah akhir dari perjalanan, melainkan titik awal dari proses penguatan ekonomi nasional yang lebih besar. Kinerja ekspor yang baik harus dibarengi dengan pembangunan industri dalam negeri yang tangguh, investasi pada sektor-sektor strategis, serta pengembangan sumber daya manusia yang mumpuni.

 

Di sisi lain, keberhasilan mempertahankan surplus perdagangan selama hampir lima tahun berturut-turut juga menunjukkan bahwa arah kebijakan ekonomi Indonesia berada pada jalur yang benar. Pemerintah telah menunjukkan ketegasan dalam mengatur arus devisa, keberanian dalam membuka pasar ekspor baru, dan kecermatan dalam menjaga keseimbangan fiskal dan moneter.

 

Ini merupakan hasil nyata dari kerja sama lintas sektor, termasuk kontribusi dunia usaha, pelaku UMKM, hingga peran aktif diplomasi ekonomi di level internasional. Surplus perdagangan bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan instrumen penting dalam memperkuat posisi tawar Indonesia di panggung global.

 

Sekali lagi, upaya ini tidak bisa hanya mengandalkan kerja pemerintah semata. Peran dunia usaha, pelaku ekspor, akademisi, dan masyarakat luas juga sangat penting dalam mendukung visi besar menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi global. Para pelaku usaha harus mulai berani melakukan inovasi, meningkatkan kualitas produk, dan memanfaatkan teknologi digital untuk meningkatkan daya saing.

 

Perjalanan ekonomi Indonesia saat ini adalah sebuah ajakan bagi seluruh elemen masyarakat untuk bersatu mendukung kebijakan pemerintah dalam memperkuat posisi Indonesia di pasar global. Dengan semangat kolaborasi, inovasi, dan transformasi, Indonesia memiliki semua potensi untuk menjadi pemain utama dalam ekonomi dunia. Surplus neraca perdagangan yang konsisten adalah modal awal yang kuat. Kini saatnya kita menjadikan momentum ini sebagai batu loncatan menuju masa depan yang lebih sejahtera, berdaya saing, dan berdaulat secara ekonomi.

 

)* Penulis merupakan mahasiswa salah satu PTS di Jakarta.