Mendorong Pembangunan Papua yang Berbasis pada Kearifan Lokal
Oleh: Mathias Yali
Pembangunan di Papua menjadi salah satu program prioritas pemerintah, dengan mengutamakan keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian kearifan lokal. Di tengah upaya percepatan pembangunan ekonomi dan infrastruktur, penting bagi setiap langkah pembangunan di Papua untuk tetap mengedepankan budaya lokal sebagai fondasi utama. Hal ini tidak hanya mencakup pembangunan fisik tetapi juga aspek sosial, budaya, dan lingkungan yang membentuk identitas masyarakat di Papua.
Penjabat Gubernur Papua, Ramses Limbong, secara tegas menyatakan pentingnya pembangunan berbasis kearifan lokal di wilayahnya. Salah satu poin utama yang ditekankannya adalah penguatan identitas budaya masyarakat di Papua melalui pembangunan yang tidak melupakan hak-hak masyarakat adat. Dalam setiap tahap pembangunan, hak-hak masyarakat adat harus dijaga, sebab budaya dan kearifan lokal adalah identitas yang harus dilestarikan. Identitas budaya Papua adalah kekayaan yang perlu dilindungi dari arus modernisasi yang sering kali berpotensi menggerus nilai-nilai tradisional.
Provinsi Papua telah mengambil langkah strategis dengan mendorong pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada kearifan lokal. Konsep pembangunan berkelanjutan ini tidak hanya berfokus pada aspek ekonomi, tetapi juga pada keseimbangan sosial dan lingkungan. Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Papua, Musa Isir, menegaskan bahwa pembangunan berbasis kearifan lokal sangat penting untuk menjaga ketahanan budaya dan stabilitas sosial masyarakat. Dengan melibatkan Lembaga Masyarakat Adat (LMA) sebagai mitra strategis, diharapkan pembangunan di Papua tidak hanya memenuhi kebutuhan ekonomi saat ini, tetapi juga tetap menjaga warisan budaya bagi generasi yang akan datang.
Masyarakat adat Papua memiliki peran sentral dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan pembangunan dan pelestarian nilai-nilai budaya. Penguatan kapasitas para pemangku kepentingan di lingkungan adat menjadi kunci agar mereka mampu berperan aktif dalam proses pembangunan tanpa mengorbankan kearifan lokal. Peran serta masyarakat adat sangat diperlukan, tidak hanya dalam pengambilan keputusan terkait pembangunan, tetapi juga dalam menjaga stabilitas sosial dan budaya di wilayah pedesaan Papua. Dengan demikian, pembangunan yang dilakukan dapat berjalan selaras dengan kebutuhan masyarakat setempat, sambil tetap mempertahankan identitas budaya yang unik.
Keterlibatan perempuan dalam pembangunan Papua juga menjadi salah satu aspek yang sangat penting. Direktur Yayasan Mitra Perempuan Papua, Ani Sabami, menyampaikan bahwa perempuan di Tanah Papua memiliki posisi strategis sebagai simbol budaya dan agen perubahan dalam pembangunan daerah. Peran perempuan di Papua tidak hanya terbatas pada lingkup keluarga, tetapi juga meluas ke dalam pelestarian nilai-nilai budaya dan adat istiadat. Dalam pembangunan berbasis kearifan lokal, perempuan di Papua memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk menjaga warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Ani Sabami juga menyoroti bahwa peran perempuan di Papua sangat vital dalam menjaga keberlanjutan nilai-nilai kultural di tengah arus modernisasi. Mereka adalah penjaga norma-norma budaya yang menjadi landasan dalam struktur sosial masyarakat di Papua. Dalam konteks pembangunan, keterlibatan perempuan di Papua harus tetap menjaga identitas mereka sebagai penjaga budaya, sehingga pembangunan yang dilakukan tidak menggeser atau menghilangkan nilai-nilai budaya yang telah diwariskan. Perempuan di Papua memiliki kekhasan tersendiri dalam struktur sosial dan kekerabatan suku, yang menjadi elemen penting dalam menjaga kohesi sosial di tengah masyarakat yang sedang beradaptasi dengan pembangunan modern.
Oleh karena itu, pembangunan Papua tidak hanya dapat dilihat dari sisi infrastruktur atau pertumbuhan ekonomi semata. Setiap langkah pembangunan harus mempertimbangkan kearifan lokal dan melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk perempuan, untuk memastikan bahwa pembangunan yang dilakukan benar-benar sejalan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Pendekatan yang inklusif dan berbasis budaya akan memungkinkan masyarakat di Papua untuk merasakan manfaat dari pembangunan tanpa kehilangan identitas mereka.
Di sisi lain, modernisasi yang tengah berjalan di Papua tentu membawa berbagai tantangan, terutama dalam menjaga keseimbangan antara tradisi dan kemajuan. Arus teknologi dan informasi yang semakin cepat dapat memengaruhi nilai-nilai budaya lokal, namun hal ini bisa diatasi jika masyarakat Papua, terutama masyarakat adat, mampu mengambil peran aktif dalam setiap proses pembangunan. Kunci keberhasilan pembangunan Papua terletak pada kemampuan semua pihak untuk berkolaborasi, menjaga keseimbangan antara kebutuhan modernisasi dan pelestarian budaya lokal.
Dalam hal ini, pemerintah daerah dan masyarakat adat harus selalu bersinergi untuk menciptakan pembangunan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan ekonomi, tetapi juga mempertahankan warisan budaya yang menjadi identitas Papua. Pembangunan yang berbasis pada kearifan lokal bukanlah sebuah opsi, melainkan sebuah keharusan untuk memastikan bahwa setiap langkah pembangunan yang diambil akan membawa manfaat yang berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat di Papua.
Dengan demikian, pembangunan Papua yang berbasis pada kearifan lokal dapat menjadi model pembangunan berkelanjutan yang mampu menyeimbangkan kebutuhan ekonomi, lingkungan, dan sosial. Penguatan budaya lokal serta keterlibatan aktif masyarakat adat dan perempuan di Papua dalam pembangunan adalah kunci utama untuk memastikan bahwa pembangunan di Papua tidak hanya sukses secara ekonomi, tetapi juga mempertahankan keunikan budaya yang menjadi ciri khas wilayah tersebut.
)* Penulis merupakan mahasiswa asal Papua di Yogyakarta