Kuat Hadapi Tekanan Ekonomi, Asing Antusias untuk Investasi
Oleh : Deka Prawira
Pandemi Covid-19 yang diperparah dengan konflik Rusia-Ukraina telah memberikan tekanan kuat kepada perekonomian dunia. Kendati demikian, perekonomian Indonesia diyakini masih cukup kuat untuk menghadapi tekanan tersebut, sehingga investor asing tetap antusias mengembangkan usahanya di Indonesia.
Meskipun perekonomian saat ini masih dalam masa pemulihan, Indonesia masih termasuk negara yang cukup resilient dalam menghadapi kondisi termasuk tekanan dari eksternal.
Hal ini dibuktikan dengan defisit Indonesia yang selalu di bawah 3% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan utang negara di bawah 30% dari PDB.
Perekonomian Indonesia pada tiga bulan pertama tahun ini juga tumbuh 5,01% secara tahunan (yoy), di mana lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya, seperti Tiongkok yang sebesar 4,8%, Amerika Serikat 4,29%, Jerman 4%, Singapura 3,4% dan Korea Selatan 3,07%.
Tak hanya itu, neraca berjalan Indonesia konsisten mengalami surplus pada 2022. International Monetary Fund (IMF) memprediksi surplus Indonesia dapat mencapai hingga 3% dari PDB.
Realisasi investasi Indonesia pada tahun 2021 juga tumbuh 9% bila dibandingkan pada tahun 2020, yaitu mencapai Rp. 901,02 triliun, di mana angka tersebut di atas merupakan target yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo yakni sebesar Rp. 900 triliun. Dunia usaha pun optimis perekonomian Indonesia akan terus tumbuh, meskipun di tengah ancaman krisis, inflasi tinggi, hingga naiknya harga pangan dan energi.
Perekonomian Indonesia juga diprediksi masih akan tumbuh 5,1% tahun ini atau meningkat dari 3,7% pada 2021. Indonesia dianggap mampu lepas dari dampak resesi global karena kinerja ekspor komoditas yang cemerlang.
Meski demikian, menurut Arsjad Rasjid selaku Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, upaya tersebut memerlukan adanya stabilitas. Melalui Presidensi B20/roadshow B20, Kadin mempromosikan peluang usaha di Indonesia kepada Investor-investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
Arsjad menuturkan, melihat antusiasme yang positif tersebut, tentu menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk dapat mempercepat pemulihan ekonomi nasional. Semua pihak pun harus memanfaatkannya sebaik mungkin karena kesempatan tidak akan datang dua kali.
Kadin sebagai mitra strategis pemerintah, bersama dengan seluruh pelaku usaha Indonesia, berkomitmen akan bersatu untuk menghadapi kondisi ekonomi demi menyejahterakan masyarakat Indonesia.
Lebih lanjut dirinya menuturkan, bahwa Kadin juga mendorong kepada para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk go digital dengan membuat workshop atau pelatihan. Kadin juga telah banyak melakukan koordinasi dalam pengembangan e-katalog demi memajukan pelaku usaha lokal dengan mengajak mereka untuk onboarding ke dalam sistem katalog elektronik, sebagai upaya mendukung program pengurangan impor paling lambat hingga 2023 sampai dengan 5%.
Arsjad menegaskan, hal tersebut dikarenakan dengan memperbanyak produksi produk lokal, dapat memperluas lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Perlu kita ketahui pula, seiring terkendalinya pandemi Covid-19, tantangan dan risiko global telah bergeser ke arah peningkatan harga komoditas, memanasnya tensi geopolitik, serta percepatan pengetatan moneter AS. Selain itu, disrupsi suplai yang tidak berkesudahan, serta meningkatnya inflasi dan keterbatasan likuiditas global semakin menambah downside risk (risiko negatif) terhadap prospek perekonomian global.
Meski proyeksi pertumbuhan global terkoreksi signifikan, outlook pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup kuat. World Bank memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 dan 2023 masing-masing sebesar 5,1 persen dan 5,3 persen, sementara IMF memprediksi Indonesia akan tumbuh 5,4 persen dan 6,0 persen di periode yang sama. PMI Manufaktur Indonesia pada bulan Mei tetap melanjutkan ekspansi meski melambat dibandingkan bulan sebelumnya. Namun demikian, konsumsi masyarakat semakin kuat dan mendukung pemulihan ekonomi. APBN 2022 hingga akhir Mei telah mencatatkan peningkatan surplus akibat kinerja pendapatan yang baik.
Pembiayaan investasi juga terus didorong untuk meningkatkan nilai aset dan manfaat. Pencairan alokasi pembiayaan Investasi dilakukan berdasarkan analisis kinerja dan urgensi agar dicairkan sesuai dengan kebutuhan penerima investasi dan disertai dengan Key Performance Indicator yang terkait dengan investasi untuk meningkatkan akuntabilitas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Indonesia memiliki beragam keunggulan, utamanya dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi yang saat ini melanda dunia. Oleh sebab itu, pengusaha diimbau untuk tidak ragu untuk berinvestasi dan mengembangkan modalnya di Indonesia.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Insitute