Pendekatan Humanis Aparat Gabungan Berhasil Bebaskan Pilot Susi Air dari OPM
Oleh: Yunus Korowa
Pendekatan humanis terbukti menjadi strategi kunci dalam operasi pembebasan pilot Susi Air, Philip Mehrtens, yang disandera oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) selama 19 bulan. Satgas Damai Cartenz 2024 memprioritaskan langkah-langkah dialogis melalui pendekatan soft approach, alih-alih menggunakan kekuatan militer yang lebih agresif. Keberhasilan tersebut menjadi bukti bahwa pendekatan melalui jalur damai mampu menghasilkan solusi nyata di tengah konflik berkepanjangan di Bumi Cenderawasih.
Brigjen Pol Dr. Faizal Ramadhani, selaku Kepala Operasi Satgas Damai Cartenz 2024, menyatakan bahwa sejak awal operasi, pihaknya telah memutuskan untuk mengedepankan soft approach, yang melibatkan tokoh agama, tokoh adat, dan keluarga Egianus Kogoya, pemimpin kelompok separatis Papua yang bertanggung jawab atas penyanderaan Philip.
Pendekatan tersebut dilakukan demi meminimalisir jatuhnya korban jiwa, baik dari pihak aparat keamanan, masyarakat sipil, maupun penyandera itu sendiri. Tujuan utama dari langkah ini ialah menjaga keselamatan Pilot Philip selama proses negosiasi berlangsung.
Pendekatan humanis bukan hanya pilihan taktis, tetapi juga moral. Satgas Damai Cartenz memahami bahwa penggunaan kekuatan militer berlebihan di wilayah berjuluk Surga Kecil di ujung Indonesia tersebut dapat memperparah situasi.
Oleh karena itu, peran penting tokoh-tokoh masyarakat lokal sangat diutamakan. Dialog intensif dengan pihak yang dekat dengan Egianus Kogoya diharapkan dapat menyentuh sisi kemanusiaan para penyandera dan membuka ruang negosiasi lebih efektif. Setelah melalui proses panjang, pada 21 September 2024, tim gabungan TNI-Polri yang tergabung dalam Satgas Damai Cartenz berhasil menjemput Philip dalam keadaan sehat.
Sementara itu, Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2024, KBP Dr. Bayu Suseno, menambahkan bahwa Pilot Philip berhasil dibebaskan di Kampung Yuguru, Distrik Maibarok, Kabupaten Nduga, kemudian langsung diterbangkan menuju Markas Brimob Batalyon B di Timika.
Setelah tiba di Timika, Pilot Philip segera menjalani mitigasi medis untuk memastikan kondisi kesehatannya stabil, baik secara fisik maupun psikologis. Langkah tersebut penting dilakukan guna memastikan bahwa proses pembebasan tidak meninggalkan dampak trauma yang berkelanjutan bagi Philip.
Proses evakuasi dan pemulihan yang cepat itu menunjukkan bagaimana koordinasi antara seluruh jajaran aparat keamanan TNI, Polri hingga BIN berjalan dengan baik di lapangan. Kombes Pol. Bayu menekankan bahwa meski penyanderaan berakhir dengan damai, kewaspadaan tetap harus dijaga agar situasi serupa tidak terulang kembali di masa depan.
Oleh karena itu, pengawasan lebih intensif terhadap kegiatan masyarakat di wilayah tersebut harus terus dilakukan, terutama di area-area yang rawan terjadinya konflik dengan kelompok separatis.
Keberhasilan itu mendapat apresiasi langsung dari Presiden Joko Widodo. Presiden RI ketujuh tersebut memuji kinerja TNI-Polri dalam menjalankan operasi dengan mengedepankan negosiasi dan menghindari tindakan represif.
Menurut Presiden, pencapaian tersebut mencerminkan bagaimana pendekatan humanis dapat menjadi solusi efektif untuk menyelesaikan krisis di wilayah berjuluk Surga Kecil di Timur Indonesia itu.
Presiden juga menegaskan pentingnya keberlanjutan pendampingan dari aparat keamanan dalam setiap kegiatan pembangunan di Papua. Termasuk pembangunan infrastruktur dan distribusi logistik yang membutuhkan pengawasan ketat dari aparat agar proses pembangunan berjalan lancar tanpa gangguan dari kelompok separatis.
Selain itu, Presiden juga mengingatkan bahwa setiap upaya pembangunan di wilayah berjuluk Kota Emas tersebut tidak boleh terpisah dari kehadiran TNI-Polri. Penjagaan terhadap proyek-proyek vital seperti pembangunan jembatan dan fasilitas publik lainnya harus terus dilakukan, agar masyarakat Papua dapat menikmati hasil pembangunan dengan aman dan nyaman. Upaya ini juga diharapkan dapat mencegah terulangnya peristiwa penyanderaan seperti yang dialami oleh Pilot Philip.
Keberhasilan pembebasan tersebut merupakan refleksi dari komitmen pemerintah untuk menjaga stabilitas keamanan di Papua melalui pendekatan yang lebih humanis. Operasi ini membuktikan bahwa solusi damai bisa tercapai di tengah konflik yang telah berlangsung lama.
Selain itu, peran aktif dari tokoh masyarakat lokal dan pendekatan dialogis memberi harapan bahwa konflik yang terjadi di Bumi Cenderawasih dapat diselesaikan tanpa harus mengorbankan nyawa.
Satgas Damai Cartenz telah menunjukkan bahwa pendekatan soft approach bukan hanya taktik yang efektif dalam menghadapi kelompok pembuat onar di wilayah tersebut, tetapi juga sebuah bentuk komitmen untuk menjaga kedamaian dan keselamatan masyarakat Papua.
Penerapan strategi itu bisa menjadi inspirasi bagi operasi-operasi keamanan lainnya di berbagai daerah rawan konflik di Indonesia. Ke depannya, menjaga keseimbangan antara penegakan hukum dan pendekatan humanis akan menjadi tantangan penting bagi aparat keamanan, terutama dalam upaya menyelesaikan konflik berkepanjangan di wilayah-wilayah yang rentan terhadap gerakan separatis.
Dengan strategi tersebut, diharapkan keamanan di wilayah Papua akan semakin terjaga, dan masyarakat setempat dapat menikmati pembangunan tanpa ancaman. Dialog yang terus dijalankan diharapkan mampu menurunkan tensi ketegangan di Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi, sehingga masa depan wilayah ini akan semakin cerah.
*) Peneliti Senior Isu Papua – Lembaga Kajian Sosial dan Politik Papua Mandiri