AMANAH Aceh Bantu UMKM Kriya Berkembang untuk Mendukung Komitmen Jokowi dalam Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
Oleh: Cut Putri Mariska
Aneuk Muda Aceh Unggul Hebat (AMANAH) terus memperkuat komitmennya dalam memberdayakan masyarakat Aceh melalui pelatihan dan pendampingan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Salah satu program terbaru yang tengah dijalankan adalah pengembangan UMKM kriya produk anyaman bili droe di Kabupaten Aceh Besar. Program ini tidak hanya bertujuan untuk melestarikan warisan budaya lokal tetapi juga untuk meningkatkan nilai jual produk kerajinan tangan agar mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.
Produk kriya anyaman bili, yang dihasilkan dari batang tanaman bemban, telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Aceh. Namun, produk-produk ini sebelumnya hanya berfungsi sebagai alat sederhana, seperti bakul besar untuk takaran zakat atau untuk keperluan pertanian. Kini, AMANAH berupaya mengembangkan produk-produk tersebut menjadi lebih bernilai dengan desain yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan pasar saat ini.
Untuk memperluas cakupan produk dan pasar, AMANAH menggandeng desainer produk dari Rumpun Gagas Unggul, Iman Setiobudy, yang memiliki pengalaman dalam mengembangkan produk kerajinan berbasis bahan alami. Iman bersama timnya berkomitmen untuk membantu para pengrajin mengembangkan produk turunan dari anyaman bili tanpa menghilangkan nilai tradisionalnya. Selama ini, anyaman bili hanya diproduksi untuk barang-barang sederhana, seperti ayakan beras atau pot bunga. Namun, dengan bantuan desainer, AMANAH berupaya mengarahkan produk ini ke pasar modern yang lebih luas.
Iman menjelaskan bahwa tanaman bili memiliki banyak keunggulan, termasuk sifat kelenturan kulitnya yang mirip dengan rotan dan ketersediaannya yang melimpah di daerah Aceh. Keunikan dari bahan alami ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pasar yang semakin peduli dengan produk-produk ramah lingkungan. Menurut Iman, inilah kesempatan besar untuk memanfaatkan potensi yang ada dan memperkenalkan produk-produk kriya dari Aceh ke pasar yang lebih besar.
Iman Setiobudy mengungkapkan bahwa produk kerajinan bili ini memiliki potensi besar untuk berkembang di pasar global, terutama karena semakin tingginya permintaan terhadap produk-produk ramah lingkungan. Oleh karena itu, pelatihan yang diberikan oleh AMANAH tidak hanya berfokus pada peningkatan keterampilan produksi, tetapi juga pada strategi pemasaran yang efektif agar produk-produk ini bisa diterima oleh pasar yang lebih luas.
Terakhir, Iman Setiobudy juga menyampaikan apresiasinya atas semangat tim AMANAH dalam mendukung pengembangan UMKM di Aceh. Menurutnya, program pendampingan ini sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memberdayakan para pengrajin agar lebih mandiri. Ia menekankan bahwa dengan adanya dukungan berkelanjutan, para pengrajin tidak hanya mampu meningkatkan keterampilan, tetapi juga bisa bersaing di pasar yang lebih luas.
Sementara itu, salah satu pengrajin lokal dan peserta pendampingan, Ibu Sri, yang telah lama menggeluti usaha anyaman bili, bercerita bahwa kerajinan ini dahulu hanya digunakan untuk membuat bakul besar yang disebut katinale dan hanya dibeli oleh tengkulak. Namun, pada tahun 1981, kerajinan kriya ini mulai dibina oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag). Seiring waktu, produk anyaman bili ini mulai berkembang, dan dengan dukungan dari AMANAH, potensi pengembangan produk baru terus meningkat.
Ibu Sri mengaku sangat terbantu dengan adanya dukungan dari AMANAH melalui pendampingan UMKM kriya produk anyaman bili ini. Ibu Sri mengatakan bahwa pelatihan yang diberikan tidak hanya menambah pengetahuannya tentang teknik baru dalam pembuatan kerajinan, tetapi juga memperluas wawasan mengenai desain dan pemasaran. Ibu Sri berharap bahwa AMANAH akan terus konsisten memberikan pendampingan kepada para UMKM kriya di Aceh, sehingga para pengrajin dapat terus berkembang dan meningkatkan kesejahteraan.
Ibu Sri dan para pengrajin lainnya berharap bahwa pendampingan dari AMANAH tidak akan berhenti di sini. Para pengrajin ingin agar program ini terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi para pelaku UMKM di Aceh, khususnya di sektor kriya. Dengan adanya dukungan berkelanjutan, para pengrajin yakin bahwa kerajinan anyaman bili dari Aceh dapat berkembang menjadi produk unggulan yang diminati tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di pasar internasional.
Program pendampingan UMKM yang dilakukan oleh AMANAH ini sejalan dengan visi besar pemerintah, khususnya dalam hal pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Presiden Joko Widodo telah lama mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan dengan memprioritaskan pengembangan sektor UMKM sebagai motor penggerak ekonomi nasional. Dukungan yang diberikan oleh AMANAH kepada para pengrajin lokal merupakan bentuk nyata dari upaya untuk mewujudkan visi tersebut.
Selain memberikan pelatihan teknis dan pendampingan pemasaran, AMANAH juga turut serta dalam membuka akses para pengrajin untuk bisa lebih dikenal di kancah nasional dan internasional. Dengan berkembangnya UMKM kriya seperti anyaman bili, diharapkan ekonomi lokal Aceh dapat tumbuh lebih pesat dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap pembangunan ekonomi secara keseluruhan.
Ke depan, AMANAH berkomitmen untuk terus mengembangkan program-program pemberdayaan UMKM dan berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk desainer dan pemasar, untuk memastikan bahwa produk kriya lokal memiliki daya saing di pasar modern. Dengan demikian, produk-produk seperti anyaman bili dapat menjadi simbol kebangkitan ekonomi kerakyatan Aceh yang mandiri dan berkelanjutan.
)* Penggiat Usaha Kerajinan