Mengapresiasi Upaya Aparat Keamanan Berantas OPM di Papua
Oleh : Markus Yelemaken
Operasi militer yang dilakukan oleh Komando Operasi (Koops) TNI Habema di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua Tengah, berhasil menekan aksi Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang dipimpin oleh Apeni Kobogau. Keberhasilan ini tidak hanya menandakan kemenangan dalam pertempuran, tetapi juga membawa ketenangan dan rasa aman bagi masyarakat setempat yang telah lama hidup dalam ketakutan.
Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III (Pangkopwilhan III) yang dipimpin oleh Letjen TNI Richard T.H Tampubolon mengumumkan melalui sebuah rilis di Timika pasukan OPM yang dipimpin oleh Apeni Kobogau melakukan serangan pada akhir Mei 2024 di Kampung Bazemba. Serangan ini memicu aksi tembak-menembak yang berlangsung antara kedua belah pihak.
Aksi teror OPM tidak hanya mengincar prajurit TNI, tetapi juga menyasar warga sipil. Menurut Richard, prajurit TNI yang tergabung dalam Koops TNI Habema membalas serangan dari OPM hingga memaksa mereka mundur ke Kampung Wandoge. Penghadangan dan tembakan yang dilakukan oleh OPM terhadap prajurit TNI yang sedang bergerak menuju Kampung Bazemba menjadi bukti nyata bagaimana kelompok ini terus mengganggu ketenangan dan keamanan wilayah tersebut.
OPM pimpinan Apeni Kobogau telah berulang kali melakukan tindakan kriminal, seperti merampas barang milik warga, mengambil bahan makanan dan uang secara paksa, serta melakukan penganiayaan. Tindakan-tindakan ini tidak hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga menciptakan suasana ketakutan yang mendorong warga untuk melaporkan kejadian-kejadian tersebut kepada Koops TNI Habema dengan harapan mendapatkan perlindungan.
Mendapatkan laporan dari masyarakat yang merasa tertekan dan terancam, Koops TNI Habema segera melakukan aksi cepat dengan mengerahkan prajurit untuk menyelamatkan masyarakat di Distrik Sugapa. Kehadiran TNI memberikan rasa aman dan meredakan kepanikan yang melanda warga akibat ulah OPM.
Aksi cepat dan tegas dari TNI ini menunjukkan komitmen mereka dalam melindungi dan melayani masyarakat Papua yang selama ini hidup dalam bayang-bayang teror. Dalam konfrontasi tersebut, tiga anggota OPM yang dipimpin oleh Apeni Kobogau terlibat dalam tembak-menembak dengan pasukan TNI hingga akhirnya melarikan diri dan meninggalkan Kampung Wandoga.
Keberhasilan ini menjadi langkah signifikan dalam menciptakan keamanan wilayah dan mendukung percepatan pembangunan di Papua. TNI tidak hanya bertugas untuk melawan musuh, tetapi juga memastikan bahwa masyarakat dapat menjalani kehidupan dengan aman dan damai. Selain operasi militer, upaya peningkatan kompetensi tenaga kesehatan di RSUD Intan Jaya juga menjadi sorotan. RSUD Intan Jaya mengadakan pelatihan Kegawatdaruratan Medik untuk meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam menangani situasi darurat medis.
Pelatihan ini melibatkan 18 tenaga kesehatan, termasuk perawat, bidan, dan apoteker, selama dua hari pada 5 dan 7 Juni 2024 di Nabire. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam penanganan kegawatdaruratan medis, yang mencakup berbagai bidang seperti bedah, anak, dan penyakit dalam.
Sebelumnya, RSUD Intan Jaya juga telah mengadakan pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support (BTCLS) pada tahun 2022 dan pelatihan dasar penyelamatan nyawa dari serangan jantung pada tahun 2023. Pelatihan ini diharapkan dapat membentuk tim medis yang siap dan terampil dalam menghadapi situasi darurat.
Direktur RSUD Intan Jaya, Kristianus Tebai, menekankan pentingnya pelatihan ini untuk menyelamatkan pasien dari kondisi gawat darurat. Semua tenaga kesehatan di RSUD Intan Jaya perlu terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam memberikan pertolongan gawat darurat.
Menurut Kristianus, pelatihan ini juga sejalan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal dan bahwa pemerintah berkewajiban menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau.
Kepala Seksi Keperawatan RSUD Intan Jaya, Dorisma Manik, mengungkapkan bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat bagi peningkatan pelayanan kesehatan di Intan Jaya. Salah satu narasumber, dr. Amelia Kristin Simanjuntak, Sp.B, menjelaskan pentingnya tindakan segera dalam kondisi gawat darurat untuk menghindari kehilangan organ atau ancaman jiwa. Ia juga mendorong peserta pelatihan untuk terus berkonsultasi dan saling membantu dalam pelayanan kesehatan di RSUD Intan Jaya dan RSUD Nabire.
Pelatihan ini tidak hanya memberikan manfaat langsung dalam peningkatan kompetensi tenaga kesehatan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan di daerah yang sulit seperti Intan Jaya. Dengan peningkatan kompetensi ini, diharapkan pelayanan kesehatan di Intan Jaya dapat semakin baik dan mampu memberikan penanganan yang cepat dan tepat dalam situasi darurat.
Keberhasilan operasi TNI dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan di Intan Jaya adalah dua sisi dari upaya besar untuk membawa Papua menuju kondisi yang lebih baik. TNI, dengan keberanian dan pengorbanannya, memastikan bahwa masyarakat Papua dapat hidup dalam damai dan aman.
Sementara itu, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan memastikan bahwa masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan, terutama dalam situasi darurat.
Mari kita bersama-sama menghargai dan mendukung upaya-upaya ini. Keberhasilan TNI dalam memukul mundur OPM dan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan adalah bagian dari langkah besar untuk menciptakan Papua yang damai, aman, dan sejahtera. Dengan dukungan dan kerjasama semua pihak, kita bisa mewujudkan Papua yang lebih baik untuk semua.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua Tinggal di Yogyakarta