Mengapresiasi Langkah Diplomatik Jokowi Dalam Selenggarakan KTT G20
Oleh : Hestu Waskito
Presiden Jokowi mengundang dua pemimpin negara yang tengah mengalami konflik yaitu Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Langkah ini perlu mendapat apresiasi sebagai langkah Pemerintah untuk mewujudkan perdamainan global.
Indonesia ditunjuk sebagai Presidensi G20 tahun 2022 setelah tahun 2021 lalu dipegang oleh Italia. Posisi Presidensi ini amat strategis, karena dengan jadi tuan rumah, pemerintah bisa mempromosikan pariwisata dan investasi.
Sebagai Presidensi maka Indonesia mengundang negara-negara anggota G20, termasuk Rusia.
Undangan untuk Rusia yang ditujukan langsung kepada Presidennya Vladimir Putin agak mengagetkan karena kondisi politik di sekitar negara beruang merah tersebut sedang bergejolak. Invasi Rusia ke Ukraina membuatnya dijauhi oleh beberapa negara. Namun Indonesia menegaskan bahwa Rusia adalah negara anggota G20, oleh sebab itu berhak diundang ke dalam KTT G20.
Co-Sherpa G20 Indonesia, Dian Triansyah Djani menyatakan bahwa Presidensi G20 Indonesia bersifat imparsial dan netral. Presidensi G20 Indonesia memiliki aturan yang sama dengan G20 sebelumnya yang diadakan di Italia. Dalam artian, jika tuan rumah G20 tahun lalu mengundang Rusia maka tahun ini juga melakukan hal yang sama.
Pernyataan ini muncul karena ada selentingan bahwa Presiden Jokowi jadi pro Rusia karena berani mengundang negara beruang merah tersebut. Padahal sebagai anggota G20 maka wajar jika Rusia diundang, karena memang ia berhak datang.
Indonesia tidak mungkin berpihak pada Rusia karena bukan anggota blok timur. Sejak era orde baru, Indonesia sudah jadi anggota gerakan non-blok. Jadi di masa pemerintahan Presiden Jokowi, tidak mungkin Indonesia keluar dari gerakan non-blok dan akhirnya pro ke blok timur, walau eranya sudah berganti.
Negara-negara lain perlu menyadari akan kenetralan Indonesia dan ketegasan Presiden Jokowi, bukannya menuduh bahwa Indonesia pro Rusia. Mereka tidak usah mengadakan aksi sehingga tidak menghadiri pertemuan G20. Jangan sampai gara-gara emosi sesaat mereka jadi rugi sendiri.
KTT G20 adalah momen yang sangat penting karena jadi ajang untuk musyawarah bagaimana cara mengatasi permasalahan, terutama perekonomian, saat pandemi. Tema pada KTT G20 tahun 2022 adalah: Recover Together, Recover Stronger. Sehingga memang semua anggota G20 wajib bekerja sama untuk memperbaiki kondisi negaranya, agar lebih kuat sehingga tidak terjadi krisis ekonomi secara global.
Tujuan Presiden Jokowi untuk mengundang Rusia, selain karena ia adalah anggota G20, adalah untuk kepentingan nasional, di antaranya kerjasama di bidang ekonomi dan militer. Indonesia juga menegaskan tidak akan membawa isu politik ke pertemuan G20. Hal ini diungkapkan oleh Enggar Furi Hardianto, Dosen Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia.
Enggar Furi juga menambahkan bahwa Indonesia memiliki prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif. Dalam artian, ketika prinsipnya bebas maka tidak akan mudah disetir oleh Rusia, walau ada kerjasama dengan mereka di bidang ekonomi dan militer. Warga negara Indonesia dan pemimpin negara-negara lain tidak usah khawatir karena Indonesia tetap berprinsip netral.
KTT G20 akan membahas soal ekonomi, transisi ke energi hijau, dan lain. Dalam KTT tahun ini tidak akan dibahas tentang politik karena bukan tempat yang tepat. Negara-negara lain tidak usah takut untuk datang karena Indonesia akan selalu on track dan hanya membahas hal-hal yang diperbolehkan dalam pertemuan G20.
Masyarakat mengapresiasi langkah diplomatik Pemerintah Indonesia yang mengundang Presiden Rusia dan Ukraina untuk datang ke KTT G20. Dengan adanya undangan tersebut, kedua belah pihak diharapkan dapat bertemu dan perdamaian dapat segera terwujud.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute