Apresiasi Strategi Hard dan Soft Approach Terhadap KST Papua
Oleh : Dika Samba
Akhir-akhir ini Kelompok Separatis dan Teroris (KST) Papua semakin menunjukan aksi dan tindakannya untuk mengacaukan NKRI, dimana kelompok tersebut telah melakukan kekerasan hingga berakhir pembunuhan terhadap warga sipil bahkan Orang Asli Papua. Pemerintah tetap bersinergi kuat dengan aparat keamanan dalam mencari solusi/strategi jangka panjang untuk mencapai stabilitas di wilayah Papua.
Dimana saat ini KST Papua kembali berulah dan tidak menghentikan kekejamannya dengan melakukan penyerangan terhadap enam prajurit TNI di Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan. Dari aksi serangan KST Papua mengakibatkan enam prajurit gugur dan dua lainnya terluka, keempat prajurit itu diserang karena operasi pengejaran terhadap TPNPB-OPM.
Dari peristiwa penyerangan ini Kapolda Papua, Irjen Mathius D. Fakhiri mengatakan agar aparat keamanan tidak terpancing oleh aksi yang telah dilakukan KST Papua dan tidak gegabah dalam mengambil tindakan karena sangat berisiko terhadap nyawa. Aparat harus tetap berjaga-jaga agar insiden tersebut tidak terjadi kembali.
Aparat tetap akan menindak tegas KST Papua yang selama ini menciptakan gangguan, termasuk membongkar jaringan-jaringan kelompok tersebut.
Irjen Mathius D. Fakhiri mengatakan aparat keamanan tentunya telah mempersiapkan langkah penegakan hukum, anggota KST Papua sudah banyak yang ditangkap dan akan terus dikembangkan sehingga semua jaringan KST Papua bisa di tangkap.
Selain pembunuhan terhadap aparat keamanan, KST Papua juga telah membunuh 3 orang pekerja di Kampung Jambul, Distrik Beoga, Kabupaten Puncak. Pembunuhan dilakukan pada pukul 15.30 WIT di sekitar proyek Pembangunan Puskesmas Beoga Barat. Tiga anggota KST Papua menggunakan pistol dan parang untuk melakukan penyiksaan, terdapat luka tembak di lengan dan luka bacok di tubuh korban yang meninggal dunia.
Berdasarkan informasi masyarakat, terdapat tiga orang korban yang merupakan pekerja proyek yang meninggal dunia dan dua lainnya berhasil selamat. Aksi ini menyebabkan ketakutan masyarakat papua hingga tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan sementara proses Pembangunan menjadi tersendat karena wilayah Pembangunan merupakan area yang sering dilintasi oleh KST Papua.
Dari kejadian tersebut, benar-benar menjadi sebuah peringatan bahwa KST Papua yang berada di wilayah Kabupaten Puncak masih terus eksis melakukan aksinya di sekitar Kabupaten Puncak dengan tidak memandang baik Aparat Keamanan maupun masyarakat sipil yang menjadi target mereka.
Menanggapi aksi KST Papua yang semakin brutal, panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto mengatakan perlu strategi kusus dalam menangani KST Papua yang semakin rentan terhadap aksi penyerangan hingga menewaskan sejumlah prajurit. Dalam menangani konflik di Papua ini harus menggunakan smart power. Yakni, soft power tetap menjadi langkah utama dan hard power merupakan upaya terkahir.
Hard power menjadi jalan terakhir untuk menangani konflik di Papua, hal ini menjadi solusi lantaran serangan KST Papua semakin brutal. Namun, tindak tegas aparat keamanan tetap dilakukan, dimana Satuan Tugas (Satgas) Damai Cartenz 2023 bersama Polda Papua terus memperketat pengamanan di sembilan daerah operasi yang dianggap sebagai titik tindak kejahatan dari KKB.
Menangani konflik di Papua harus menggunakan mekanisme yang cerdas, yaitu gabungan pendekatan lembut dan keras. Namun, serangkaian aksi serangan KKB telah mengakibatkan sejumlah prajurit TNI meninggal dunia.
AKBP Bayu Suseno, Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Humas Damai Cartenz 2023 mengatakan pihaknya giat melakukan deteksi dini dan patroli intensif di Sembilan daerah operasi damai Cartenz. Tim gabungan TNI-Polri yang masuk dalam damai Cartenz fokus pengamanan di sembilan daerah untuk mencegah gangguan keamanan dari kelompok yang ingin memisahkan diri dari NKRI.
Penanganan aksi KST di Papua melibatkan kombinasi pendekatan keamanan dan upaya non-keamanan. Ini mencakup operasi militer atau polisi untuk mengatasi kekerasan bersenjata, serta upaya diplomasi, dialog, dan pembangunan untuk mencapai pemecahan masalah jangka panjang.
Upaya pencegahan konflik dan penanganan situasi secara bijaksana juga dapat membantu menciptakan lingkungan yang aman dan stabil bagi seluruh Masyarakat Papua. Keberhasilan penindakan KST Papua adalah wujud sinergitas TNI-Polri. Prajurit TNI turut, aktif mendukung operasi penegakan hukum yang dilakukan oleh aparat keamanan.
Tindak tegas dan strategi kuat aparat keamanan diharapkan sebagai efek jera bagi KST yang sangat menghambat kesejahteraan di wilayah Papua. Masyarakat diharapkan tetap tenang dan terus membangun, karena pemerintah hanya menindak KST bersenjata, sementara rakyat sipil sudah pasti dilindungi.
KST Papua wajib di tindak tegas karena selalu melakukan kekerasan hingga pembunuhan yang dengan jelas melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Masyarakat Tanah Air perlu mendukung penuh upaya yang dilakukan oleh aparat keamanan dan Pemerintah RI dalam menindak dengan sangat tegas sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku para KST Papua serta tidak ada toleransi sedikitpun untuk kelompok yang ingin mengacaukan NKRI.
)* Mahasiswa Papua yang tinggal di Yogyakarta