Presiden Jokowi Gencarkan Pembangunan di Wilayah Papua
Oleh : Roy Andarek
Pembangunan Papua menjadi salah satu prioritas utama pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hal ini dibuktikan dengan berbagai program dan kebijakan yang telah digulirkan oleh pemerintah pusat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.
Beberapa hari lalu secara berturut-turut meresmikan sarana prasarana pembangunan di wil. Papua Barat. Pertama, Presiden Jokowi baru saja melakukan groundbreaking Proyek Strategis Nasional (PSN) Kawasan Industri Pupuk Fakfak di Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat.
Dalam sambutannya, Presiden menekankan pembangunan industri pupuk di wilayah Papua merupakan bagian dari strategi Indonesia dalam menegakkan kedaulatan pangan. Menurutnya, Indonesia harus mandiri dan berdikari termasuk dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Kedaulatan pangan harus dicapai agar Indonesia dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan tidak bergantung kepada negara lain. Contoh nyata yang terjadi belakang yakni konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia telah mengganggu pemenuhan kebutuhan pangan Indonesia.
Namun, urusan pangan bukan hanya mengenai pemenuhan kebutuhan beras saja, melainkan juga untuk meningkatkan produktivitas dari tanaman yang ditanam. ini menjadi bagian yang sangat penting karena pupuk itu akan meningkatkan produktivitas tanaman yang kita tanam, baik itu padi, baik itu tebu, baik itu jagung, semuanya membutuhkan pupuk.
Sementara itu, mengenai kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) di wilayah Papua dalam mendukung industri pupuk tersebut, Presiden menilai perlu adanya penyesuaian suplai SDM yang dapat sesuai dengan kebutuhan industri dan kebutuhan lapangan. Dalam kesempatan inilah SDM-SDM muda di tanah Papua dalam berperan aktig untuk ikut membangun industri pupuknya sendiri.
Kedua di samping kebutuhan pangan, Presiden juga mengejar pembangunan infrastruktur lainnya yakni Bandara Siboru di Kabupaten Fakfak, Papua Barat dan Bandara Douw Aturure atau Bandara Nabire Baru di Kabupaten Nabire, Papua Tengah. Kedua bandara tersebut baru saja diresmikan dan keduanya merupakan PSN.
Kini daerah Papua semakin berkembang, dengan pembangunan yang semakin banyak. Sehingga kegiatan ekonomi akan semakin meningkat dan membutuhkan fasilitas serta sarana transportasi yang lebih baik.
Presiden berharap dengan peresmian Bandara Siboru dan Bandara Douw Aturure akan meningkatkan konektivitas di Papua, meningkatkan mobilitas orang dan barang, dan membuka banyak peluang untuk memicu tumbuhnya ekonomi-ekonomi baru.
Bandara Siboru akan menjadi jembatan udara di wilayah Papua Barat, yang menghubungkan Fakfak dengan daerah-daerah lain yakni Sorong, Timika, Kaimana, Amahai, Babo, Dobo, dan Bintuni. Sementara Bandara Nabire Baru akan menghubungkan Nabire dengan beberapa kota di Papua seperti Timika, Manokwari, dan Jayapura.
Pemerintah daerah dan masyarakat diharapkan bisa memanfaatkan bandara ini sebaik-baiknya. Memanfaatkan akses yang semakin terbuka untuk memperkenalkan potensi yang ada di daerah kita ini, destinasi wisata yang ada, sehingga akan meningkatkan kunjungan wisatawan ke tanah Papua.
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan, Bandara Siboru dibangun mulai tahun 2020 s.d. 2023, sedangkan Bandara Nabire Baru dibangun mulai tahun 2020 s.d. 2022. Pembangunan kedua bandara ini menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang berasal dari Sukuk Negara. Adapun biaya pembangunan Bandara Siboru menelan biaya senilai Rp 891 miliar dan Bandara Nabire Baru senilai Rp 671,54 miliar.
Bandara Siboru dan Bandara Nabire Baru memiliki panjang runway 1.600 m x 30 m sehingga dapat dilalui pesawat ATR 72 dan sejenisnya. Bandara Siboru memiliki luas terminal 4.600 m² yang dapat menampung hingga 153.945 penumpang per tahun. Sedangkan Bandara Nabire Baru memiliki luas terminal 6.320 m² yang dapat menampung hingga 289.700 penumpang per tahun.
Desain bangunan kedua bandara ini mengusung konsep kearifan lokal dengan sentuhan simpel modern. Desain bangunan Bandara Siboru menggunakan konsep “Satu Tungku Tiga Batu”, terlihat dari adanya tiga atap yang mencerminkan masyarakat Kabupaten Fakfak hidup rukun. Sedangkan arsitekturnya mengambil konsep “Rumah Kaki Seribu”, yakni rumah adat suku Arfak di Papua Barat.
Lalu untuk Bandara Nabire Baru mengambil konsep pepohonan yang diadopsi dari pohon hutan tropis Papua. Kemudian, penutup atap terminal diadopsi dari hutan tropis Papua dan pesawat kertas.
Presiden Joko Widodo juga meresmikan PSN Kilang Gas Alam Cair (LNG) Tangguh Train 3 di Teluk Bintuni, Papua Barat. Setelah itu, Presiden Jokowi pun meresmikan mulai dibangunnya (groundbreaking) pengembangan 3 proyek lain di Papua Barat yang merupakan bagian dari proyek hulu minyak dan gas (migas) beserta turunannya. Ketiga proyek tersebut adalah proyek Ubadari Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS), proyek hilirisasi Blue Ammonia, dan proyek lapangan migas Asap Kido Merah.
Proyek Ubadari CCUS berpotensi menjadi PSN, lantaran masuk dalam daftar PSN dalam Peraturan Menteri Koordinator (Permenko) Perekonomian Nomor 21 Tahun 2022. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menuturkan, Proyek Ubadari CCUS merupakan proyek CCS yang paling terdepan dan akan menjadi CCS Hub pertama di Indonesia, dengan potensi kapasitas penyimpanan CO2 hingga 1,8 giga ton (GT). Selain menghasilkan tambahan produksi gas, proyek ini akan menginjeksikan sekitar 30 juta ton CO2 sampai tahun 2035 ke reservoir yang ada.
Proyek selanjutnya yang juga akan dibangun adalah hilirisasi gas alam menjadi low carbon ammonia dengan rencana produksi 875 ribu ton per tahun blue ammonia, yang akan digunakan untuk co-firing di pembangkit listrik dan juga di pabrik baja.
Proyek penting lainnya adalah Lapangan Gas Asap, Kido, Merah. Proyek ini akan memproduksi cadangan gas (gross) sebesar 2.244,45 BSCF, serta produksi kondensat sebesar 5,4 MMSTB. Total nilai investasi proyek ini diperkirakan sebesar US$ 3,37 miliar.
Proyek-proyek hilirisasi tersebut merepresentasikan ketangguhan atau daya tahan industri hulu migas Indonesia dalam menjalankan tugasnya di tengah dinamika dan tantangan baik yang bersifat global maupun nasional.
)* Mahasiwa Papua bertempat di Yogyakart