Bersinergi Cegah Radikalisme dan Intoleransi Jelang Pemilu
Oleh : Devi Putri Anjani
Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 semakin mendekat, dan suasana politik di Indonesia semakin hangat. Oleh sebab itu, diperlukan sinergitas semua pihak untuk tetap waspada terhadap penyebaran radikalisme dan intoleransi yang berpotensi muncul jelang Pemilu.
Antusiasme warga negara dalam merayakan pesta demokrasi ini tampak sangat kuat. Namun, di tengah gejolak demokrasi yang membara ini, ada ancaman yang perlu diwaspadai, yaitu penyebaran propaganda radikalisme yang cenderung memanfaatkan momen “keramaian” dalam proses politik.
Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat ancaman tersebut dan berupaya keras untuk mencegah penyebaran paham radikalisme menjelang Pemilu 2024.
Mereka mengkhawatirkan bahwa radikalisme dapat mengganggu kelancaran pelaksanaan Pemilu di Negeri Serumpun Sebalai. Ketua FKPT Provinsi Kepulauan Babel, Sri Wahyuni, memandang pentingnya tetap waspada dalam menghadapi tahun politik menuju Pemilu 2024.
Wahyuni menjelaskan bahwa kelompok-kelompok tertentu telah menyiapkan berbagai bentuk propaganda, baik yang dilakukan secara daring maupun luring.
Propaganda ini mencakup ajakan untuk tidak mematuhi pemerintah, ajakan untuk tidak mengikuti Pemilu, dan penyebaran berita palsu yang berpotensi mengandung unsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan).
Selama kelompok-kelompok ini tidak mengganggu ketertiban masyarakat, masih ada toleransi. Namun, jika mereka menciptakan keresahan, aparat hukum dan negara akan bertindak tegas.
Menurut Wahyuni, meskipun Kepulauan Bangka Belitung dalam keadaan umumnya kondusif, potensi radikalisme tetap harus diwaspadai. Paham radikalisme bisa muncul kapan saja, dan pihak berwenang tidak boleh lengah. Radikalisme tidak mengenal batasan geografis, dan bahkan bisa memanfaatkan agama sebagai kemasan untuk tujuan tertentu.
Saat ini, belum ada kasus radikalisme dan intoleransi yang terang-terangan, tetapi kelompok-kelompok dengan ciri khas ini terdeteksi bergerak secara berkelompok di beberapa wilayah, dan inilah yang perlu menjadi perhatian khusus masyarakat.
Wahyuni berharap masyarakat Bangka Belitung, yang dikenal karena sikap toleransinya dalam kehidupan sehari-hari, akan selalu waspada dan cerdas dalam menghadapi berbagai tantangan. Masyarakat harus peduli dan sigap dalam mendeteksi dini tanda-tanda gangguan yang berpotensi merusak ketentraman sosial.
Di tempat lain di Indonesia, tepatnya di Sulawesi Barat, Direktorat Binmas Polda Sulawesi Barat juga berupaya keras mengantisipasi penyebaran paham radikalisme dan terorisme menjelang Pemilu 2024.
Mereka melalui satuan operasi bina waspada gencar dalam melakukan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat. Salah satu aksi penyuluhan dilakukan oleh Iptu Lukman dan timnya di jalan Sukarno Hatta Mamuju.
Iptu Lukman menjelaskan kepada masyarakat bahwa penting untuk menolak paham yang menyimpang, radikal, dan terorisme demi menjaga situasi kamtibmas yang kondusif menjelang Pemilu 2024. Saat ini,
penyebaran paham radikalisme memiliki dimensi global, sehingga masyarakat harus lebih peduli dan aktif dalam menolak setiap pemikiran atau tindakan yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban.
Respon masyarakat terhadap upaya penyuluhan ini sangat positif. Masyarakat menyatakan kesiapan untuk mendukung kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban, khususnya dari ancaman yang berhubungan dengan pemahaman radikal dan terorisme.
Mereka sadar bahwa mewujudkan situasi kamtibmas yang kondusif menjelang Pemilu adalah tanggung jawab bersama.
Pada akhirnya, menjelang Pemilu 2024, upaya bersinergi antara pemerintah, masyarakat, dan aparat keamanan adalah kunci dalam mencegah penyebaran paham radikalisme dan intoleransi.
Dengan tingkat partisipasi pemilih yang tinggi dan antusiasme yang meluas, Pemilu di Indonesia adalah sebuah tonggak penting dalam proses demokratisasi.
Namun, sebagai sebuah negara demokratis yang beragam, Indonesia juga menghadapi tantangan dalam bentuk propaganda dan penyebaran paham radikalisme. Inilah mengapa langkah-langkah pencegahan dan pendidikan masyarakat sangat penting untuk memastikan bahwa pemilu berjalan dengan lancar dan aman.
Dalam perspektif Sri Wahyuni, Ketua FKPT Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pentingnya kehati-hatian dan kewaspadaan dalam menghadapi tahun politik menjelang Pemilu 2024 adalah kunci untuk menjaga integritas demokrasi di Indonesia.
Dalam beberapa pemilu sebelumnya, terlihat bagaimana radikalisme dapat merusak proses pemilihan umum. Kepulauan Bangka Belitung, yang dikenal karena toleransi dan kerukunan antar-etnis, sebagaimana kawasan lainnya di Indonesia, tidak luput dari risiko ini.
Penting untuk memahami bahwa radikalisme tidak mengenal batasan geografis atau latar belakang etnis. Ini adalah masalah yang melintasi seluruh spektrum masyarakat, dan Indonesia sebagai negara yang heterogen, dengan berbagai suku, agama, dan budaya, harus selalu waspada.
Hal ini tercermin dalam respon positif masyarakat di Sulawesi Barat terhadap penyuluhan yang dilakukan oleh Iptu Lukman dan timnya. Masyarakat telah menunjukkan kesiapan untuk mendukung aparat keamanan dalam menjaga kamtibmas yang kondusif menjelang Pemilu.
Sebagai negara demokratis, Indonesia telah menunjukkan komitmen kuatnya dalam menjalankan pesta demokrasi dengan lancar. Namun, di tengah gejolak politik, menjaga integritas demokrasi menjadi semakin penting.
Oleh karena itu, ajakan ini merupakan sebuah panggilan kepada semua pihak untuk bersinergi dalam upaya menjaga persatuan, keselamatan, dan stabilitas negara menjelang Pemilu 2024. Semoga Indonesia dapat melewati tantangan ini dengan sukses dan menjaga semangat demokrasi yang kuat.
)* Kontributor Duta Medi