Menghargai Perbedaan Politik Dalam Pemilu 2024 Adalah Wujud Demokrasi
Oleh: Rahardika Simangunson
Indonesia saat ini sudah memasuki masa Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, Sebagai negara dengan keberagaman budaya, agama, dan suku, memiliki tantangan besar dalam menjaga persatuan dan kesatuan selama proses pemilihan umum.
Pemilu yang damai bukan hanya menjadi tugas pemerintah dan penyelenggara, tetapi juga tanggung jawab bersama seluruh warga negara. Hal ini adalah dasar yang penting untuk memastikan pemilu yang adil, transparan, dan bermartabat.
Bagi sebagian orang politik itu menjadi soal benar dan salah. Pilihan warna yang tersedia cuma hitam dan putih. Sehingga akhirnya tidak mampu menerima perbedaan. Karena beda pilihan politik, temen karib yang dulu kenal sangat baik, bisa menjelma jadi orang lain yang berbeda sama sekali. Orang yang wajib di musuhi dan dijauhi.
Soal berbeda pilihan, menurut Menko Polhukam, Mahfud MD hal ini merupakan bentuk demokrasi. Dirinya menyampaikan agar para pemilih nantinya memilih berdasarkan keyakinan hati nurani masing-masing. Selain itu, Mahfud menekankan agar siapa pun yang menang nanti harus dihargai karena Pemilu merupakan bentuk musyawarah untuk memilih Pemimpin dan bukan untuk memenangkan kelompok masing-masing.
Disamping itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak menampik pesta demokrasi lima tahunan dalam ajang Pemilu 2024 dapat menimbulkan gesekan perbedaan pilihan di masyarakat. Jokowi mengingatkan adanya perbedaan adalah hal yang biasa. Sebab, Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Artinya, tidak menjadi soal bila pilihan masyarakat harus berbeda di Pemilu 2024.
Jokowi mengatakan bahwa jangan sampai pesta demokrasi yang mulai dari pemilihan presiden (Pilpres), pemilihan anggota legislatif (Pileg) dan pemilihan kepala daerah (Pilkada) malah membuat masyarakat terbelah. Justru, dengan hadirnya pesta demokrasi kerukunan masyarakat makin terjaga. Jangan sampai karena beda pilihan jadi tidak rukun, jangan sampai beda pilihan tidak bersatu, biasa beda pilihan itu.
Jokowi tak menampik pesta demokrasi lima tahunan dalam ajang Pemilu 2024 dapat menimbulkan gesekan perbedaan pilihan di masyarakat. Oleh karena itu, Jokowi ingin, hadirnya Solidaritas Ulama Muda Jokowi atau Samawi yang tersebar secara nasional dapat meredam hal itu.
Jokowi mengingatkan adanya perbedaan adalah hal yang biasa. Sebab, Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Artinya, tidak menjadi soal bila pilihan masyarakat harus berbeda di Pemilu 2024. Peringatan Jokowi bukan tanpa alasan. Menurut kepala negara, hal itu disampaikan karena adanya tantangan di masa depan yang semakin berat. Dia meyakini, dunia akan sedang dalam ancaman yang serius.
Pemilu damai itu tergantung komitmen dan cara pandang. Apabila optimistis pemilu akan berjalan damai. Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian berharap agar para peserta Pemilu 2024 bertanding secara sportif. Tito menegaskan bahwa peserta pemilu, baik partai politik maupun perorangan, yang berkompetisi secara sehat merupakan salah satu pilar penting demi tercapainya Pemilu 2024 yang damai. Ia menyampaikan bahwa siapapun pilihannya harus legowo.
Dalam praktiknya pemilu harus dipastikan berjalan dengan damai karena jika tidak, pemilu yang seharusnya bertujuan baik dan mulia, merekatkan dan mempersatukan niat dan harapan masyarakat malah justru dapat memecah belah bangsa. Dengan terselenggaranya pemilu, kehendak masyarakat untuk memilih pemimpin dan wakil rakyat secara sah dan legal serta dapat dipercayai untuk memperjuangkan aspirasi rakyat dapat terwujud dan terfasilitasi. Pemilu bagaikan sebuah bagian tubuh yang harus berjalan dan berfungsi dengan baik agar kehidupan demokrasi dapat mencapai tujuannya, menciptakan kehidupan masyarakat madani.
Dalam upaya untuk bisa mewujudkan praktik pemilu yang damai, maka diharapkan pula kepada semua pihak untuk bisa melakukan kampanye secara sehat, jangan sampai ada pihak yang dalam berkampanye namun saling menjelekkan satu sama lain. Bila adanya komitmen kuat yang dilakukan oleh seluruh pihak tersebut, maka bukan tidak mungkin perhelatan Pemilihan Umum yang berintegritas dan juga aman akan bisa terwujud dengan maksimal.
Adanya sebuah perbedaan pilihan politik memang merupakan sebuah hal yang lumrah dalam berdemokrasi, namun justru dengan perbedaan tersebut sendiri tidak boleh sampai memisahkan atau malah membuat masyarakat menjadi tercerai-berai. Permusuhan itu menggambarkan sifat kekurang dewasaan dalam berdemokrasi dan berpolitik,
Setiap orang seharusnya bisa saling menghargai dan menghormati pilihan masing-masing. Perbedaan pandangan politik dikhawatirkan akan memecah belah suatu hubungan, baik pertemanan maupun kekeluargaan. Setiap individu memiliki hak untuk menyatakan pendapat dan memberikan suara sesuai dengan keyakinan dan kepentingannya. Meskipun pilihan masing-masing individu berbeda, sikap saling menghormati merupakan bentuk pengakuan atas hak ini.
Dengan sikap saling menghargai, sama artinya dengan menghormati proses demokrasi itu sendiri juga simbol bagi keberagaman pendapat yang ada. Kesadaran akan pentingnya keberagaman pandangan akan membantu masyarakat untuk fokus pada persamaan tujuan bersama, yakni memilih pemimpin terbaik untuk negara.
)* Penulis adalah Alumni IISI