Mengapresiasi Peran Ulama Ciptakan Pemilu Damai dan Berintegritas
Oleh : Haikal Fathan Akbar
Untuk menciptakan Pemilu 2024 yang damai dan aman maka pihak Kepolisian RI (Polri) bekerja sama dengan ulama. Pemilu wajib dilakukan dengan integritas dan penuh perdamaian. Oleh karena itu masyarakat mengapresiasi ulama yang membantu pemerintah dalam rangka menyukseskan pesta demokrasi tahun depan.
Puncak pesta demokrasi pemilihan umum (pemilu) akan diselenggarakan tahun 2024 tetapi wajib disiapkan dari sekarang agar nantinya berjalan dengan baik. Masyarakat berperan besar untuk menciptakan Pemilu damai dan didukung juga oleh pihak lain seperti tokoh masyarakat dan tokoh agama. Perdamaian harus dijaga agar pemilu berlangsung dengan lancar tanpa ada kerusuhan.
Dalam rangka Pemilu damai maka Polri bekerja sama dengan ulama. Dibuatlah program “cooling system” dengan memberikan siraman rohani guna meredam isu-isu negatif yang berkaitan dengan Pemilu 2024. Wakabareskrim Polri Irjen Pol. Asep Edi Suheri selaku Ketua Satuan Tugas Nusantara “Cooling System” (Kasatgas NCS) dalam keterangannya di Jakarta, mengatakan salah satu ulama yang dilibatkan adalah Ustad Das’ad Latif. Beliau bersyukur sang ustad mau mendukung program Polri.
Irjen Pol. Asep Edi Suheri menlanjutkan, Polri berupaya menciptakan situasi keamanan, ketertiban masyarakat (kamtibmas) yang kondusif, dan mencegah polarisasi yang mungkin terjadi saat menjelang maupun saat Pemilu 2024. Banyak isu terkait SARA dan provokatif di media sosial yang dapat mengganggu persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia pada tahun politik ini.
Secara khusus Kasatgas NCS menemui Ustad Das’ad Latif di kawasan Kuningan, Kamis September 2023, untuk meminta nasihat sang ustad. Beliau bersedia melakukan safari dakwah, bahkan menjembatani Polri dengan tokoh-tokoh agama di wilayah untuk membantu tugas kepolisian dalam “cooling system”.
Kerja sama antara aparat keamanan dengan ulama tentu wajib diapresiasi. Polri sadar bahwa peranan tokoh agama sangat penting karena ia memiliki posisi di masyarakat, dan hampir semua ceramah dan ucapannya akan dituruti. Dengan menggandeng ulama maka diharap perdamaian di Indonesia akan terus langgeng, terutama saat Pemilu 2024.
Pemilu 2024 harus berlangsung dengan damai. Jangan sampai terjadi kekerasan baik secara langsung maupun kekerasan verbal saat masa kampanye. Oleh karena itu di sinilah para ulama berperan untuk mendamaikan masyarakat dengan cara memberi nasehat. Para tokoh agama juga mendinginkan suasana panas saat Pemilu dengan mendekati daerah rawan konflik serta menyelesaikan masalah-masalah di sana.
Seorang ulama sadar bahwa perdamaian saat Pemilu harus dijaga, dan ia mendukung pemerintah untuk menyelenggarakan pesta demokrasi dengan baik. Ia tidak mau memprovokasi masyarakat untuk golput (golongan putih) atau melakukan tindakan buruk lainnya karena sadar bahwa hal itu salah besar. Seorang tokoh agama bertindak netral dan tidak mau diajak untuk ikut-ikutan membenci pemerintah dengan alasan yang tidak logis.
Kemudian, ulama yang digandeng oleh pemerintah dalam menjalankan Pemilu damai adalah benar-benar tokoh agama yang berintegritas. Ia seorang nasionalis dan tidak mau terpengaruh oleh kelompok radikal dan teroris. Penyebabnya karena ia yakin bahwa radikalisme adalah paham yang terlarang di negeri ini.
Sementara itu, ulama Lhokseumawe yang tergabung dalam Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) mendukung Pemilu damai. Ketua HUDA Tengku Haji Zulkarnaen Juned menyatakan bahwa pihaknya akan mendukung penuh pemerintah, termasuk Pemilu 2024. Para ulama ingin agar Aceh dan seluruh daerah di Indonesia maju.
Tengku Haji Zulkarnaen Juned menyampaikan peesan untuk calon presiden yang nanti terpilih agar lebih memperhatikan rakyatnya. Terutama masalah gizi karena untuk mengatasi stunting. Kemudian, beliau juga berpesan agar menaikkan gaji guru honorer terutama para guru mengaji yang gajinya masih di bawah UMR (Upah Minimum Regional).
Banyaknya ulama yang mendukung Pemilu damai wajib diapresiasi oleh masyarakat. Pemilu adalah ajang untuk memilih pemimpin dan calon legislasi baru. Jangan dijadikan tempat peperangan atau permusuhan sengit karena terlalu mendukung partai politik atau capres tertentu.
Para ulama diharap untuk mendukung Pemilu damai. Meski mereka mendukung capres atau partai tertentu tetapi wajib merahasiakannya. Hal ini sesuai dengan azas Pemilu LUBER (Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia). Jangan memprovokasi masyarakat, apalagi sebelum masa kampanye dimulai, karena sama saja melakukan pelanggaran.
Ada tiga harapan penting dalam pelaksanaan Pemilu tahun depan yaitu berjalan damai sesuai aturan, semua pihak bergotong royong sukseskan Pemilu dari rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat serta yang ketiga memenuhi keterwakilan aspirasi rakyat sehingga hasilnya menyejahterakan masyarakat dan masyarakat dapat berdaulat. Oleh karena itu perdamaian saat Pemilu wajib dijaga.
Masyarakat mengapresiasi peranan ulama dalam meendukung pemerintah, untuk menciptakan Pemilu 2024 yang aman dan damai. Perdamaian dalam Pemilu wajib dijaga untuk mengurangi potensi kerusuhan, baik secara fisik maupun verbal. Para tokoh agama bekerja sama dengan aparat keamanan untuk menjaga perdamaian dan tidak memprovokasi masyarakat dengan tujuan yang negatif.
)* Penulis adalah kontributor Kontributor Vimedia Pratama Institut