Pemuda Mampu Manfaatkan Teknologi Perangi Peningkatan Radikalisme Jelang Pemilu
Oleh : Janu Farid Kesar
Para pemuda penerus generasi bangsa mampu memanfaatkan penggunaan teknologi yang canggih untuk bisa terus memerangi adanya peningkatan penyebaran paham radikalisme, utamanya menjelang pelaksanaan Pemilu 2024 seperti sekarang ini.
Tidak bisa dipungkiri bahwa memang gerakan radikal terus berpotensi untuk semakin marak dan muncul, utamanya menjelang pelaksanaan pesta demokrasi serta kontestasi politik dalam perhelatan Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun 2024 mendatang. Padahal seharusnya momentum tersebut merupakan sebuah momentum di mana akan ada sirkulasi pergantian kepemimpinan di Indonesia setiap 5 (lima) tahun sekali dan mampu disambut dengan sangat meriah sebagai sebuah ‘pesta’ oleh masyarakat. Namun dengan adanya potensi ancaman penyebaran paham radikal, tentu akan sangat mengganggu.
Tatkala penyebaran radikalisme terus terjadi, tentu hal tersebut akan mampu mengancam keberlangsungan dan juga kelancaran dalam pelaksanaan Pemilihan Umum. Padahal seharusnya kegiatan itu merupakan momen yang penting bagi bangsa ini untuk bisa terus mewujudkan dan menegakkan asas demokrasi dengan memilih Presiden hingga Anggota Legislatif yang baru.
Diketahui bahwa kelompok radikal dan teroris memang dengan sengaja berupaya untuk terus memecah belah bangsa ini agar terjadi kekacauan di tengah masyarakat. Mereka memanfaatkan banyaknya jumlah massa, termasuk juga mereka dengan licik melihat adanya momentum tahapan Pemilu yakni masa kampanye untuk bisa terus menyebarluaskan narasi kebencian hingga narasi-narasi bohong atau hoaks di dunia maya.
Ketika gerilya yang dilakukan oleh para propagandis gerakan dan paham radikal serta intoleran itu terus dibiarkan, maka jelas akan sangat mengancam keberhasilan Pemilihan Umum yang seharusnya bisa terlaksana dengan lancar, aman dan juga damai. Maka dari itu, upaya untuk bisa mencegah praktik radikalisme dan terorisme menjelang pelaksanaan Pemilu memang perlu dilakukan oleh semua pihak, termasuk juga dari Pemerintah RI sendiri, dan didukung oleh masyarakat serta media.
Pada era digitalisasi saat ini, yang mana memungkinkan hampir seluruh aktivitas manusia dilakukan melalui pemanfaatan teknologi secara digital dan berada di dunia maya, maka memang hampir semua orang tidak pernah jauh dari gawai atau gadget yang mereka miliki masing-masing.
Pasalnya, memang berbagai sumber informasi dapat dengan sangat mudah untuk didapatkan dan diakses dari sana, namun terdapat pula ancaman lain lantaran banyak sekali arus informasi yang sangat memadati dunia maya, sehingga terkadang antara informasi yang positif dan juga informasi yang negatif sekalipun bercampur aduk dan menjadikan masyarakat kadang kala kesulitan untuk membedakan keduanya.
Berbagai macam konten yang disajikan dan dengan sangat mudah untuk diakses atau dilihat oleh seluruh elemen masyarakat dari semua kalangan pun, tidak ajaran akan mampu untuk memengaruhi bagaimana perilaku kehidupan mereka sehari-harinya. Jelas sekali hal tersebut akan sangat berbahaya apabila ternyata konten yang diterima oleh masyarakat merupakan sebuah konten yang tidak benar.
Biasanya, para pemuda yang memang masih labil dan tengah terus menjadi jati diri mereka akan dengan sangat mudah menelan bulat-bulat berbagai macam informasi yang mereka dapatkan dari dunia maya dan sosial media untuk bisa membentuk branding diri mereka.
Memang sebenarnya tidak salah apabila misalnya informasi yang mereka serap dan mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari itu adalah merupakan jenis informasi yang positif. Namun, bagaimana jadinya apabila ternyata justru informasi yang dikonsumsi oleh para pemuda penerus bangsa adalah konten negatif termasuk juga penyebaran paham radikal?
Tentu jawabannya adalah sangat membahayakan keberlangsungan bangsa ini ke depannya. Karena radikalisme sendiri merupakan suatu paham yang dibuat oleh sekelompok orang yang menginginkan adanya perubahan tatanana sosial dan politik secara drastis dengan cara apapun termasuk kekerasan serta anarkisme.
Sungguh tidak bisa dibayangkan apabila ternyata para generasi muda penerus bangsa ini telah terpapar oleh paham demikian, yang mana belakangan ini menjelang pelaksanaan Pemilu memang terus menerus digencarkan di berbagai sosial media. Sangat amat berbahaya apabila hal itu terus dibiartkan karena akan sangat merusak tumbuh kembang mereka dan juga orang-orang di sekitarnya.
Sebaliknya, sebenarnya dengan adanya kecanggihan teknologi yang saat ini terus berkembang, maka para pemuda juga memiliki peranan yang sangat penting untuk bisa memanfaatkannya secara positif dan membantu dalam upaya mengatasi masalah radikalisme di dalam negeri.
Maka dari itu, pihak BNPT bekerja sama dengan berbagai lembaga terkait dengan penyebaran informasi serta membentuk kemitraan dengan Duta Damai Dunia Maya yang terdiri dari para anak muda dan memiliki komitmen kuat untuk berperan aktif dalam menyebarkan berbagai informasi perdamaian melaluia website dan banyak konten menarik di media sosial mereka, khususnya di media online dan difokuskan penyebaran informasinya melalui Tiktok serta Instagram.
Diharapkan dengan sumbangsih yang dilakukan oleh Duta Damai Dunia Maya, yang terdiri dari para pemuda itu, maka mereka mampu memanfaatkan keberadaan teknologi yang canggih untuk bisa terus menebarkan hal positif dan membantu memerangi penyebaran ajaran radikal menjelang Pemilu 2024.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantar